Tampilkan postingan dengan label Pesan Para Imam Madzhab kepada Umat Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesan Para Imam Madzhab kepada Umat Islam. Tampilkan semua postingan

7/23/2015

Pesan-pesan Imam Madzhab kepada Ummat Islam :

Pesan-pesan Imam Madzhab kepada Ummat Islam :

Imam Abu Hanifah berkata :
اُتــْرُكُوْا قَوْلــِى لِقَوْلِ اللهِ وَ رَسُوْلــِهِ وَ الصَّحَابَةِ.
Tinggalkanlah perkataan (pendapatku) yang berlawanan dengan firman Allah dan Sabda Rasul-Nya dan perkataan shahabat.
لاَ يَحِلُّ ِلاَحَدٍ اَنْ يَقُوْلَ بِقَوْلـــِنَا حَتَّى يَعْلَمَ مِنْ اَيــْنَ قُلْنَاهُ.
Tidak halal bagi seseorang yang berkata dengan perkataan kami hingga mengetahui dari mana kami mengatakannya.

1/22/2013

Sebab-sebab Timbulnya Perbedaan Pendapat Para Imam Mujtahidin.

Timbulnya perselisihan pendapat masalah furu' diantara para imam itu disebabkan :
a.  Adakalanya seorang Imam tidak mendapatkan sesuatu hadits tentang sesuatu masalah, maka beliau menggunakan qiyas atau fikiran, sedang hadits itu didapatkan oleh Imam yang lain.
b.  Adakalanya seorang Imam mengeluarkan fahamnya dari suatu hadits atau riwayat yang dianggapnya shahih, padahal bagi yang lain hadits tersebut dianggap tidak shahih.
c.  Ada juga para Imam itu tidak mendapatkan sesuatu hadits untuk sesuatu masalah, sehingga masing-masing mempergunakan qiyas atau fikiran pada saat itu, sedang di belakang beliau (sesudah zaman beliau) orang mendapatkan hadits itu.
d.  Begitu pula karena fikiran beliau dalam menimbang berlainan, maka keputusannya pun juga berbeda.
Demikianlah antara lain sebab timbulnya perselisihan pendapat diantara para Imam itu. Dan apabila kita mengingat kembali pesan-pesan beliau atau perkataan-perkataan para Imam yang lalu, akan lebih nyata betapa jujurnya beliau-beliau itu, sehingga melarang orang lain bertaqlid atau menurut saja kepada pendapat beliau-beliau itu.
Sayang sekali apabila di belakang harinya, bahkan sampai saat ini ada orang yang mewajibkan memegang madzhab (salah satu madzhab). Mudah-mudahan mereka mendapat hidayah, petunjuk Allah.
Dan perlu ditambahkan pula bahwa Imam Syafi'i Rahimahullah setelah beliau pindah ke Mesir dari Baghdad (tahun 198 H - 204 H), beliau menolak sendiri sebagian pendapat beliau sewaktu di Baghdad.
Maka terkenallah pendapat-pendapat beliau sewaktu di Baghdad dengan "Qaul Qadim" (pendapat lama) dan pendapat-pendapat beliau ketika di Mesir (sampai wafat beliau 204 H) disebut "Qaul Jadid" (pendapat baru).
Adapun sebabnya ialah karena ketika Imam Syafi'i tinggal di Mesir, beliau mendapatkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang tidak beliau dapatkan sewaktu berada di Baghdad.
Adapun perbedaan-perbedaan pendapat antara satu Imam dengan Imam yang lain dalam suatu masalah itu sangat banyak sekali. Di bawah ini disebutkan beberapa contoh :
A. Tentang Anjing.
1.  Imam-imam : Ahmad, Syafi'i dan Abu Hanifah berpendapat, "anjing itu najis"
2.  Imam Malik mengatakan "suci".
B. Tentang Babi (Untuk dipegang).
1. Imam Syafi'i menetapkan, "babi najis".
2. Imam Malik berpendapat, "suci waktu hidupnya".
C. Tentang Kucing Buas.
1.  Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i berpendapat, "haram dimakannya".
2.  Imam Malik berpendapat, "makruh dimakannya".
D. Tentang Katak (Kodok).
1. Imam Malik mengatakan, "boleh dimakan".
2. Imam Ahmad mengatakan, "tidak boleh dimakan".
E. Tentang Kuda.
1. Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mengatakan, "kuda itu halal".
2. Imam Malik berpendapat, "kuda itu makruh".
3. Imam Abu Hanifah mengatakan, "kuda itu haram".
Jika orang itu harus bermadzhab, dengan adanya perbedaan pendapat tersebut, kemudian bagaimanakah caranya kita harus memegang hukum-nya ?
Umpamanya, kuda "Halal" dianggap itu benar, kuda itu "Makruh" dianggap itu benar, kuda itu "Haram" dianggap itu benar. Lalu manakah yang salah ?
Jika salah satu yang dianggap benar, tentu yang lain salah. Jika ketiga pendapat itu benar semua, mestinya boleh diturut semuanya, padahal bermadzhab itu harus ikut salah satu madzhab saja. Dan jika ada dua pendapat yang berlawanan, kedua-duanya dibenarkan semua, akal siapakah yang mau menerimanya ? Maka yang demikian itu tidak mungkin.
Tetapi agama Islam itu adalah agama yang dibenarkan oleh akal yang sehat. Maka tidak ada di dalam agama Islam kebenaran itu dua atau tiga, tetapi kebenaran itu adalah satu saja.
Yang penting bagi kita sekarang adalah, setelah kita mengerti uraian secara singkat sejarah madzhab beserta contoh pendapat-pendapat Imam-imam tadi, dan tahu mengapa hingga terjadi demikian banyak perselisihan pendapat diantara beliau-beliau itu dalam masalah-masalah fiqh, hendaklah kita mau melunakkan hati dan bersikap kesatria dan jujur terhadap diri kita sendiri dengan mau mengembalikan segala yang diperdebatkan itu kepada sumber pokok agama kita, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena memang inilah jalan yang terbaik dan paling menyelamatkan yang ditunjukkan oleh Allah Tuhan seru sekalian alam sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisaa' ayat 59 :
يـاَ يُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَطِيْعُوا اللهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَ اُولــِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ، فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِى شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللهِ وَ الرَّسُوْلِ اِنْ كُـنْتُمْ تُـؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ، ذلِكَ خَيْرٌ وَّ اَحْسَنُ تَأْوِيْلاً. النساء:59
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnah Nabi), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa' : 59]
Dan tentunya setelah Allah dan Rasul-Nya memutuskan perkara yang kita perselisihkan itu, kita yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, akan bersikap menerima dengan tulus ikhlas, tanpa mencari-cari dalil dan alasan untuk menolak atau menghindari keputusan tersebut, karena bagi seorang Mu'min yang sejati, tidak ada kebahagiaan dan kemulyaan yang lebih dari pada mengikuti apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan oleh Nabi-Nya, tanpa ada rasa berat apalagi penentangan, demikian itulah yang diisyaratkan oleh Allah dalam firman-firmanNya :
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ اْلمُؤْمـِنِيْنَ اِذَا دُعُوْا اِلَى اللهِ وَرَسُوْلــِه لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَ اَطَعْنَا، وَ اُولـئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. النور:51
Sesungguhnya jawaban orang-orang Mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur : 51]
وَمَا كَانَ لِمُؤْمـِنٍ وَّلاَ مُؤْمـِنَةٍ  اِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُه اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ اْلخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ، وَمَنْ يَّعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَه فَقَدْ ضَلَّ ضَللاً مُّبِيْنًا. الاحزاب:36
Dan tidaklah  patut bagi laki-laki yang Mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab : 36]
فَلاَ وَرَبــِّكَ لاَ يـُؤْمـِنُوْنَ حَتّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بـَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يـَجـِدُوْا فِيْ اَنــْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَ يـُسَلِّمُوْا تَسْلِـيْمًا. النسا:65
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisa' : 65]
Dan hendaklah kita tidak bersikap sebagaimana sikap orang-orang kafir Quraisy yang apabila ditegur dan diajak untuk mengikuti apa-apa yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, mereka menjawab bahwa mereka telah mempunyai pegangan sendiri, warisan dari nenek moyang dan leluhur mereka sebagaimana firman Allah :
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنــْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نـَـتَّبِعُ مَا اَلـْفَـيْنَا عَلَيْهِ ابَاءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَّلاَ يَهْتَدُوْنَ. البقرة:170
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah !". Mereka menjawab, "(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" [Al-Baqarah : 170]
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلَى مَا اَنـــْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَـيْهِ ابَآءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:104
Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (mengikut) kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul". Mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?" [Al-Maidah : 104]
Begitulah sikap orang-orang kafir Quraisy, apabila ditegur atau diajak untuk mengikuti Al-Qur'an.
Maka sungguh teramat sayang bila kita bersikap demikian itu! Apalagi bila disertai dengan perasaan bahwa sikap yang demikian itu dianggapnya benar dan menyelamatkan, ini sungguh-sungguh merupakan kerugian yang berganda !
Sebab yang seperti itu adalah sikap orang yang dikatakan oleh Allah sebagai "Orang yang paling rugi amalannya", perhatikanlah firman Allah beikut ini :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالاً، اَلـَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنــَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا. الكهف:103-104
Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ? Yaitu orang - orang yang telah sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya". [Al-Kahfi : 103-104]
Dan hendaknya kita jangan bersikap memusuhi dan membenci kepada orang-orang yang menyampaikan seruan Allah dan Rasul-Nya, apalagi sampai memfitnah dan menyebarkan cerita bohong ketengah-tengah masyarakat untuk menanamkan rasa tidak percaya dan antipati terhadap penegak-penegak sunnah tersebut, karena ini adalah Sikap Munafiq yang kita mohon perlindungan kepada Allah dari padanya, diungkapkan oleh Allah sikap-sikap tersebut dalam firmanNya di surat An-Nisaa' ayat 61 :
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلَى مَآ اَنــْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ رَأَيـْتَ اْلمُنفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًا. النساء:61
Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang Munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. [An-Nisaa' : 61]
Memang untuk menerima dan meyaqini serta mengamalkan kebenaran itu bukanlah semudah yang diucapkan, kesemuanya ituhanya dapat ditempuh dengan penuh kesungguhan dan keseriusan, terutama dalam menekan hawa nafsu kita sendiri untuk tetap dalam posisi tunduk patuh kepada Allah dan mengikuti jalan-jalan-Nya.
Dan kita patut bergembira dan optimis bahwa kita akan berhasil, bila kita memang bermujahadah/bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan-jalan yang diridlai-Nya itu, karena yang demikian ini telah menjadi jaminan Allah sendiri sebagaimana firman-Nya :
وَ الَّذِيْنَ جهَدُوْا فِيْنَا لَـنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا، اِنَّ اللهَ لَمَعَ اْلمُحْسِنِيْنَ. العنكبوت:69
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik". [Al-'Ankabuut : 69]
Dan apabila keberhasilan itu telah nampak didepan mata atau bahkan telah kita rasakan, hendaklah kita bersyukur kepada Allah tanpa menghilangkan kewaspadaan dalam menjaganya, agar hidayah yang telah kita terima itu tidak tercabut kembali, sebagaimana tuntunan do'a yang dituntunkan oleh Allah untuk kita bersama :
رَبـَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيـْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ، اِنَّكَ اَنـْتَ اْلوَهَّابُ. ال عمران:8
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakan-lah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). [Ali 'Imran : 8]

Sejarah madzahab singkat

Setelah kita mengetahui dasar-dasar hukum dalam Islam; Al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas, maka tinggal kewajiban kita sekarang untuk mengamalkan dengan semaksimalnya.
Dan untuk menambah pengetahuan kita, baiklah di sini kami sampaikan tentang sejarah madzhab secara singkat.
Madzhab مَذْهَبٌ artinya perjalanan, pendapat, pendirian, faham, pegangan, aliran atau yang semakna dengan itu.
Madzhab itu banyak jumlahnya, namun yang terkenal ada empat, yaitu :
1. Madzhab Hanafi,
2. Madzhab Maliki,
3. Madzhab Syafi'i, dan
4. Madzhab Hanbali.
Dalam brosur ini, kami akan membatasi keterangan yang berkisar pada Empat Madzhab diatas.
Riwayat Singkat Imam-imam Madzhab.
1. Imam Abu Hanifah, nama lengkapnya An-Nu'man bin Tsabit, dilahirkan di kota Kufah di Iraq, pada tahun 80 H, dan wafat di Baghdad tahun 150 H. Beliau berguru ilmu Fiqh dari Hammad bin Abu Sulaiman bin Ibrahim An-Nakha'i. Setelah Hammad wafat, kemudian orang-orang Kufah bersepakat memilih Abu Hanifah sebagai penggantinya. Mereka mengembalikan masalah-masalah Fiqh dan kesulitan-kesulitan kepada beliau untuk meminta fatwanya.
     Adapun shahabat-shahabat (murid-murid) Abu Hanifah yang terkenal adalah Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani dan Zufar bin Hudzail.
2.  Imam Malik, nama lengkapnya Malik bin Anas bin Malik bin Abu 'Amir Al-Ashbahy, dilahirkan di kota Madinah pada tahun 93 H, wafat pada tahun 179 H di Madinah dan diqubur di Baqi. Diantara guru-guru beliau ialah Abdur Rahman bin Hurmuz dan Rabi'ah bin Abdur Rahman. Dan beliau meriwayatkan hadits dari Nafi' maula Ibnu 'Umar dan dari Ibnu Syihab Az-Zuhri.
     Adapun murid-murid beliau yang terkenal ialah Muhammad bin Idris (Imam Syafi'i), Al-Laitsi bin Sa'ad dan Abu Ishaq Al-Farai.
3.  Imam Syafi'i, nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Saib bin 'Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Muththalib bin Abdi Manaf. Dilahirkan di Ghazzah daerah Palestina, pada tahun 150 H, jadi bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah. Disebut Syafi'i karena dinisbatkan (dibangsakan) kepada nama kakek yang ketiga, yaitu Syafi' bin Saib. Beliau wafat pada malam Jum'at, akhir bulan Rajab 204 H di Mesir. Gurunya yang terkenal ialah Muslim bin Khalid di Makkah dan Imam Malik di Madinah. Beliau sudah hafal Al-Qur'an pada usia 7 tahun dan Hafal Kitab Al-Muwaththa' yang disusun oleh Imam Malik pada usia 10 tahun.
     Adapun murid-murid beliau yang terkenal ialah Ahmad bin Hanbal, Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi dan Rabi' bin Sulaiman.
4.  Imam Ahmad nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy-Syaibani, dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H, wafat pada tahun 241 H, dan diqubur di Baghdad, Iraq. Beliau berguru kepada Imam Syafi'i, Hasyim, Sufyan bin 'Uyainah, Jarir dan masih banyak lagi.
     Dan diantara Imam ahli hadits yang meriwayatkan hadits (yang berguru langsung) dari beliau adalah Bukhari, Muslim, Abu Dawud dll.
Masa Antara Imam-imam Dengan Nabi SAW.
Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 H.
Jarak antara wafat Nabi SAW dengan kelahiran Imam yang pertama, yaitu Abu Hanifah adalah 69 tahun.
Dan antara wafat Nabi SAW dengan kelahiran Imam yang kedua, yaitu Malik, kurang lebih berjarak 82 tahun.
Sedang antara wafat Nabi SAW dengan kelahiran Imam yang ketiga, yaitu Syafi'i adalah 139 tahun.
Dan antara wafat Nabi SAW dengan kelahiran Imam yang keempat yaitu Ahmad berjarak 153 tahun.
Jadi Imam Malik sezaman atau bisa bertemu dengan Imam Abu Hanifah, disamping itu beliau juga sezaman dengan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. Tetapi Imam Syafi'i dan Imam Ahmad tidak sezaman dengan Imam Abu Hanifah.
Dan selanjutnya, orang-orang memberi nama sebagai berikut :
1. Pendapat Abu Hanifah, disebut Madzhab Hanafi.
2. Pendapat Malik, dinamakan Madzhab Maliki.
3. Pendapat Syafi'i, dikatakan Madzhab Syafi'i.
4. Pendapat Ahmad bin Hanbal disebut Madzhab Hanbaly.
Timbulnya Madzhab-madzhab.
Golongan yang ta'ashshub (fanatik buta) kepada satu-satu Imam itu, menyiar-nyiarkan, mempertahankan dan membela faham atau pendapat masing-masing imamnya, dengan tanpa mengkaji kembali, apakah pendapat Imamnya itu telah sesuai benar dengan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai dasar pengambilan para Imam tersebut atau tidak, walaupun yang demikian itu (mengkaji kembali pendapat-pendapat itu dengan Al-Qur'an dan Sunnah) telah diwashiatkan sendiri oleh beliau-beliau para Imam kepada murid-murid dan pengikut-pengikutnya, ketika beliau-beliau itu masih hidup.
Begitulah kenyataannya sampai beberapa masa. Sehingga pada umumnya orang tidak mengenal melainkan empat macam madzhab dari keempat imam itu saja.
Dengan demikian, lambat laun hiduplah pendapat-pendapat keempat imam itu, sehingga masing-masing aliran diberi nama seperti tersebut di atas (nama-nama madzhab).
Begitulah riwayat singkat empat madzhab yang terkenal itu. Setelah kita mengetahui riwayat singkat madzhab-madzhab itu, mungkin akan timbul suatu pertanyaan : Apakah agama Islam menyuruh kita berpegang kepada salah satu madzhab yang empat itu ?
Jawabnya : Tidak ada satupun perintah dari agama Islam untuk berpegang kepada salah satu madzhab !
Kita hanya diperintah agar berpegang kepada yang benar, sedang yang benar itu tidak akan terdapat melainkan dalam Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi SAW saja. Perhatikan firman-firman Allah dibawah ini :
وَاَنَّ هذَا صِرطِيْ مُسْتَـقِـيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَـتَّـبِعُوا السُّبُلَ فَـتَـفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِـيْـلـِه، ذلِكُمْ وَصّكُمْ بِه لَعَلَّكُمْ تَـتَّـقُوْنَ. الانعام:153
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.
[Al-An'aam : 153]
اِتَّبِعُوْا مَآ اُنــْزِلَ اِلَـيْكُمْ مِّنْ رَّبـِّكُمْ وَلاَ تَـتَّـبِعُوْا مِنْ دُوْنــِه اَوْلــِيَآءَ، الاعراف:3
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpim-pemimpin yang lain dari padanya.
[Al-A'raaf : 3]
اِنَّـآ اَنـــْزَلْنَآ اِلَـيْكَ اْلكِـتبَ بِاْلحَقِّ لـِـتَحْكُمَ بَـيْنَ النَّاسِ بِمَآ اَرـكَ اللهُ، وَلاَ تَكُنْ  لِلْخَآئِـنِيْنَ خَصِيْمًا. النساء:105
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. [An-Nisa' : 105]
اَفَغَيْرَ اللهِ اَبـْتَغِىحَكَمًا وَهُوَ الَّذِيْ اَنــْزَلَ اِلَـيْكُمُ اْلكِـتبَ مُفَصَّلاً. الانعام:114
Patutlah aku mencari hakim selain dari pada Allah, padahal Dia-lah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan terperinci ? [Al-An'am : 114]
يـاَيــُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوْا لاَ تُقَدِّمُوْا بَـيْـنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُوْلــِهِ وَ اتَّـقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِـيْمٌ. الحجرات:1
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Hujuraat : 1]
فَلْيَحْذَرِ الَّذِيـْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِه اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِـيْمٌ. النور:63
Karena itu hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. [An-Nuur : 63]
وَهذَا كِـتبٌ اَنـــْزَلــْنهُ مُبَارَكٌ فَاتَّـبِعُوْهُ وَاتَّـقُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. الانعام:155
Dan Al-Qur'an ini adalah Kitab yang Kami turunkan yang diberkati, sebab itu ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.
[Al-An'aam : 155]
اِنَّ هذَا اْلـقُرْانَ يــَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ. الاسراء:9
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. [Al-Israa' : 9]
قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللهِ نُوْرٌ وَّكِـتـبٌ مُّبِـيْنٌ. الـمائدة:15
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. [Al-Maidah : 15]
يَـهْدِيْ بِهِ اللهُ مَنِ اتَّـبَعَ رِضْوَانَه سُبُلَ السَّلمِ وَ يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّـلُمتِ اِلىَ الـنُّوْرِ بِـإِذْنِه وَ يــَهْدِيـْهِمْ  اِلى صِرَاطٍ مُّسْتَـقِـيْمٍ. الـمائدة:16
Dengan kitab itulah Allah memimpin orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya, dan memimpin mereka ke jalan yang lurus. [Al-Maidah : 16]
Dan juga sabda-sabda Nabi SAW :
عَنْ كَـثِــيْرِ بـْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ اَبِـيْهِ عَنْ جَدِّهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: تَــرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمْرَيـْنِ لَـنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّـكْـتُمْ بِـهِمَا كِــتَابَ اللهِ وَسُنَّــةَ  نَــبِـيِّهِ. ابن عبد البر
Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya dari datuknya RA berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : "Aku telah meninggalkan bagimu sekalian dua perkara yang tidak akan tersesat kamu selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. [HR Ibnu Abdul-Barr]
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يـَقُوْلُ: اَلاَ اِنَّهَا سَتَكُوْنُ فِـتْـنَةٌ  فَقُلْتُ: مَا اْلـمَخْرَجُ  مِنْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالِ: كِـتَابُ اللهِ فِيْهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ، وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ، وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ، وَهُوَ اْلـفَصْلُ لَـيْسَ بِاْلهَزْلِ. مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللهُ. وَمَنِ ابْـتَـغَى اْلهُدَى فِى غَيْرِهِ اَضَلَّهُ اللهُ وَ هُوَ حَبْلُ اللهِ اْلـمَـتِـيْنُ، وَ هُوَ الذِّكْرُ اْلحَكِـيْمُ. وَ هُوَ الصِّرَاطُ اْلـمُسْتَـقِيْمُ. هُوَ الَّذِيْ لاَ تَزِيْغُ بِهِ اْلاَهْوَاءُ وَ لاَ تَـلْـتَبِسُ بِهِ اْلاَلــْسِنَةُ. وَ لاَ يَـشْبَعُ مِنْهُ اْلعُلَمَاءُ. وَ لاَ يَخْلَقُ عَلَى كَثْرَةِ الرَّدِّ وَ لاَ تَـنْـقَضِى عَجَائِــبُهُ. هُوَ الَّذِيْ لَمْ تَـنْـتَهِ اْلجِنُّ اِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوْا: اِنَّا سَمِعْنَا قُرْانًا عَجَباً يـَهْدِيْ اِلَى الرُّشْدِ، مَنْ قَالَ بِهِ صُدِّقَ. وَ مَنْ عَمِلَ بِهِ أجـِرَ، وَ مِنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ، وَ مَنْ دَعَا اِلَـيْهِ هُدِيَ اِلىَ صِرَاطٍ مُسْتَـقِيْمٍ. الترمذى
Dari Ali RA ia berkata, saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Ketahuilah, sesungguhnya ~dikalangan ummat~ akan ada fitnah". Maka aku berkata : "Apa jalan keluar darinya, ya Rasulullah ?" Beliau SAW bersabda : "Kitab Allah, di dalamnya ada berita dari apa-apa yang sebelum kamu, khabar segala apa yang ~terjadi~ sesudah kamu. Dan hukum apa yang terjadi diantaramu. Dan ia memisahkan antara yang benar dan yang salah, dan bukannya permainan.  Barangsiapa yang meninggalkannya karena sombong ~merasa perkasa~ niscaya Allah membinasakannya;  barangsiapa yang mencari petunjuk selain dari padanya, tentu Allah menyesatkannya; dan itulah tali Allah yang kokoh kuat, peringatan yang bijaksana, dan itulah jalan yang lurus. Dia tidak dapat digelincirkan oleh hawa nafsu, dan tidak pula dapat dicampuri oleh ucapan manusia, dan tidak akan merasa kenyang para ahli ilmu dari padanya, dan tidak akan hancur karena banyaknya tolakan, dan tidak akan habis-habisnya keajaiban-keajaibannya, pula bangsa jin tidak henti-hentinya tatkala mendengarnya mengatakan : "Sesungguhnya kami mendengar bacaan yang sangat mengherankan, yang menunjukkan (memimpin) kepada jalan yang benar. Barangsiapa yang berkata dengannya, tentu dibenarkan, dan  barangsiapa yang beramal dengannya, tentu diberi pahala; dan  barangsiapa yang menghukumi dengannya, tentu adil, dan barangsiapa yang mengajak kepadanya tentu diberi petunjuk ke jalan yang lurus". [HR Tirmidzi]
Mungkin timbul pula pertanyaan : "Apakah Imam-imam Madzhab itu menyuruh Ummat Islam mengikuti mereka ?".
Jawabnya : Imam-imam itu tidak menyuruh atau menganjurkan agar murid-murid dan pengikutnya mengikuti mereka, bahkan beliau-beliau itu berpesan dan berwashiat : Supaya ummat Islam itu, mengambil agama itu dari sumbernya, yaitu dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW.

1/21/2013

Sebab-sebab Timbulnya Perbedaan Pendapat Para Imam Mujtahidin.

Timbulnya perselisihan pendapat masalah furu' diantara para imam itu disebabkan :
a.  Adakalanya seorang Imam tidak mendapatkan sesuatu hadits tentang sesuatu masalah, maka beliau menggunakan qiyas atau fikiran, sedang hadits itu didapatkan oleh Imam yang lain.
b.  Adakalanya seorang Imam mengeluarkan fahamnya dari suatu hadits atau riwayat yang dianggapnya shahih, padahal bagi yang lain hadits tersebut dianggap tidak shahih.
c.  Ada juga para Imam itu tidak mendapatkan sesuatu hadits untuk sesuatu masalah, sehingga masing-masing mempergunakan qiyas atau fikiran pada saat itu, sedang di belakang beliau (sesudah zaman beliau) orang mendapatkan hadits itu.
d.  Begitu pula karena fikiran beliau dalam menimbang berlainan, maka keputusannya pun juga berbeda.
Demikianlah antara lain sebab timbulnya perselisihan pendapat diantara para Imam itu. Dan apabila kita mengingat kembali pesan-pesan beliau atau perkataan-perkataan para Imam yang lalu, akan lebih nyata betapa jujurnya beliau-beliau itu, sehingga melarang orang lain bertaqlid atau menurut saja kepada pendapat beliau-beliau itu.
Sayang sekali apabila di belakang harinya, bahkan sampai saat ini ada orang yang mewajibkan memegang madzhab (salah satu madzhab). Mudah-mudahan mereka mendapat hidayah, petunjuk Allah.
Dan perlu ditambahkan pula bahwa Imam Syafi'i Rahimahullah setelah beliau pindah ke Mesir dari Baghdad (tahun 198 H - 204 H), beliau menolak sendiri sebagian pendapat beliau sewaktu di Baghdad.
Maka terkenallah pendapat-pendapat beliau sewaktu di Baghdad dengan "Qaul Qadim" (pendapat lama) dan pendapat-pendapat beliau ketika di Mesir (sampai wafat beliau 204 H) disebut "Qaul Jadid" (pendapat baru).
Adapun sebabnya ialah karena ketika Imam Syafi'i tinggal di Mesir, beliau mendapatkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang tidak beliau dapatkan sewaktu berada di Baghdad.
Adapun perbedaan-perbedaan pendapat antara satu Imam dengan Imam yang lain dalam suatu masalah itu sangat banyak sekali. Di bawah ini disebutkan beberapa contoh :
A. Tentang Anjing.
1.  Imam-imam : Ahmad, Syafi'i dan Abu Hanifah berpendapat, "anjing itu najis"
2.  Imam Malik mengatakan "suci".
B. Tentang Babi (Untuk dipegang).
1. Imam Syafi'i menetapkan, "babi najis".
2. Imam Malik berpendapat, "suci waktu hidupnya".
C. Tentang Kucing Buas.
1.  Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i berpendapat, "haram dimakannya".
2.  Imam Malik berpendapat, "makruh dimakannya".
D. Tentang Katak (Kodok).
1. Imam Malik mengatakan, "boleh dimakan".
2. Imam Ahmad mengatakan, "tidak boleh dimakan".
E. Tentang Kuda.
1. Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mengatakan, "kuda itu halal".
2. Imam Malik berpendapat, "kuda itu makruh".
3. Imam Abu Hanifah mengatakan, "kuda itu haram".
Jika orang itu harus bermadzhab, dengan adanya perbedaan pendapat tersebut, kemudian bagaimanakah caranya kita harus memegang hukum-nya ?
Umpamanya, kuda "Halal" dianggap itu benar, kuda itu "Makruh" dianggap itu benar, kuda itu "Haram" dianggap itu benar. Lalu manakah yang salah ?
Jika salah satu yang dianggap benar, tentu yang lain salah. Jika ketiga pendapat itu benar semua, mestinya boleh diturut semuanya, padahal bermadzhab itu harus ikut salah satu madzhab saja. Dan jika ada dua pendapat yang berlawanan, kedua-duanya dibenarkan semua, akal siapakah yang mau menerimanya ? Maka yang demikian itu tidak mungkin.
Tetapi agama Islam itu adalah agama yang dibenarkan oleh akal yang sehat. Maka tidak ada di dalam agama Islam kebenaran itu dua atau tiga, tetapi kebenaran itu adalah satu saja.
Yang penting bagi kita sekarang adalah, setelah kita mengerti uraian secara singkat sejarah madzhab beserta contoh pendapat-pendapat Imam-imam tadi, dan tahu mengapa hingga terjadi demikian banyak perselisihan pendapat diantara beliau-beliau itu dalam masalah-masalah fiqh, hendaklah kita mau melunakkan hati dan bersikap kesatria dan jujur terhadap diri kita sendiri dengan mau mengembalikan segala yang diperdebatkan itu kepada sumber pokok agama kita, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena memang inilah jalan yang terbaik dan paling menyelamatkan yang ditunjukkan oleh Allah Tuhan seru sekalian alam sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisaa' ayat 59 :
يـاَ يُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَطِيْعُوا اللهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَ اُولــِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ، فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِى شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللهِ وَ الرَّسُوْلِ اِنْ كُـنْتُمْ تُـؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ، ذلِكَ خَيْرٌ وَّ اَحْسَنُ تَأْوِيْلاً. النساء:59
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnah Nabi), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa' : 59]
Dan tentunya setelah Allah dan Rasul-Nya memutuskan perkara yang kita perselisihkan itu, kita yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, akan bersikap menerima dengan tulus ikhlas, tanpa mencari-cari dalil dan alasan untuk menolak atau menghindari keputusan tersebut, karena bagi seorang Mu'min yang sejati, tidak ada kebahagiaan dan kemulyaan yang lebih dari pada mengikuti apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan oleh Nabi-Nya, tanpa ada rasa berat apalagi penentangan, demikian itulah yang diisyaratkan oleh Allah dalam firman-firmanNya :
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ اْلمُؤْمـِنِيْنَ اِذَا دُعُوْا اِلَى اللهِ وَرَسُوْلــِه لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَ اَطَعْنَا، وَ اُولـئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. النور:51
Sesungguhnya jawaban orang-orang Mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur : 51]
وَمَا كَانَ لِمُؤْمـِنٍ وَّلاَ مُؤْمـِنَةٍ  اِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُه اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ اْلخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ، وَمَنْ يَّعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَه فَقَدْ ضَلَّ ضَللاً مُّبِيْنًا. الاحزاب:36
Dan tidaklah  patut bagi laki-laki yang Mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab : 36]
فَلاَ وَرَبــِّكَ لاَ يـُؤْمـِنُوْنَ حَتّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بـَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يـَجـِدُوْا فِيْ اَنــْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَ يـُسَلِّمُوْا تَسْلِـيْمًا. النسا:65
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisa' : 65]
Dan hendaklah kita tidak bersikap sebagaimana sikap orang-orang kafir Quraisy yang apabila ditegur dan diajak untuk mengikuti apa-apa yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, mereka menjawab bahwa mereka telah mempunyai pegangan sendiri, warisan dari nenek moyang dan leluhur mereka sebagaimana firman Allah :
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنــْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نـَـتَّبِعُ مَا اَلـْفَـيْنَا عَلَيْهِ ابَاءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَّلاَ يَهْتَدُوْنَ. البقرة:170
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah !". Mereka menjawab, "(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" [Al-Baqarah : 170]
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلَى مَا اَنـــْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَـيْهِ ابَآءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:104
Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (mengikut) kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul". Mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?" [Al-Maidah : 104]
Begitulah sikap orang-orang kafir Quraisy, apabila ditegur atau diajak untuk mengikuti Al-Qur'an.
Maka sungguh teramat sayang bila kita bersikap demikian itu! Apalagi bila disertai dengan perasaan bahwa sikap yang demikian itu dianggapnya benar dan menyelamatkan, ini sungguh-sungguh merupakan kerugian yang berganda !
Sebab yang seperti itu adalah sikap orang yang dikatakan oleh Allah sebagai "Orang yang paling rugi amalannya", perhatikanlah firman Allah beikut ini :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالاً، اَلـَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنــَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا. الكهف:103-104
Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ? Yaitu orang - orang yang telah sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya". [Al-Kahfi : 103-104]
Dan hendaknya kita jangan bersikap memusuhi dan membenci kepada orang-orang yang menyampaikan seruan Allah dan Rasul-Nya, apalagi sampai memfitnah dan menyebarkan cerita bohong ketengah-tengah masyarakat untuk menanamkan rasa tidak percaya dan antipati terhadap penegak-penegak sunnah tersebut, karena ini adalah Sikap Munafiq yang kita mohon perlindungan kepada Allah dari padanya, diungkapkan oleh Allah sikap-sikap tersebut dalam firmanNya di surat An-Nisaa' ayat 61 :
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلَى مَآ اَنــْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ رَأَيـْتَ اْلمُنفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًا. النساء:61
Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang Munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. [An-Nisaa' : 61]
Memang untuk menerima dan meyaqini serta mengamalkan kebenaran itu bukanlah semudah yang diucapkan, kesemuanya ituhanya dapat ditempuh dengan penuh kesungguhan dan keseriusan, terutama dalam menekan hawa nafsu kita sendiri untuk tetap dalam posisi tunduk patuh kepada Allah dan mengikuti jalan-jalan-Nya.
Dan kita patut bergembira dan optimis bahwa kita akan berhasil, bila kita memang bermujahadah/bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan-jalan yang diridlai-Nya itu, karena yang demikian ini telah menjadi jaminan Allah sendiri sebagaimana firman-Nya :
وَ الَّذِيْنَ جهَدُوْا فِيْنَا لَـنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا، اِنَّ اللهَ لَمَعَ اْلمُحْسِنِيْنَ. العنكبوت:69
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik". [Al-'Ankabuut : 69]
Dan apabila keberhasilan itu telah nampak didepan mata atau bahkan telah kita rasakan, hendaklah kita bersyukur kepada Allah tanpa menghilangkan kewaspadaan dalam menjaganya, agar hidayah yang telah kita terima itu tidak tercabut kembali, sebagaimana tuntunan do'a yang dituntunkan oleh Allah untuk kita bersama :
رَبـَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيـْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ، اِنَّكَ اَنـْتَ اْلوَهَّابُ. ال عمران:8
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakan-lah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). [Ali 'Imran : 8]

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...