Perang
Hunain
Asal mula terjadinya perang
Hunain
Setelah Nabi SAW dan kaum muslimin selesai membuka
Makkah dengan kemenangan yang sangat memuaskan, lalu beliau bersama kaum
muslimin berdiam di Makkah selama lima belas hari (dalam riwayat lain sembilan
belas hari). Kemudian datang berita yang mengejutkan bahwa beberapa kabilah
bangsa 'Arab di sekitar kota Makkah, yaitu : kabilah banu Hawazin, banu Tsaqif,
banu Nashr, banu Jusyam, banu Bakr dan sebagian banu Hilal secara
sembunyi-sembunyi telah mengadakan persiapan akan memerangi kaum muslimin.
Mereka itu belum mau tunduk kepada kaum muslimin, karena merasa masih mempunyai
kekuatan yang cukup dan benteng-benteng yang kokoh kuat di Thaif. Adapun yang
diangkat sebagai pemimpin mereka adalah Malik bin Auf An-Nashriy dari kaum
Hawazin, dan Duraid bin Ash-Shimmah dari banu Jusyam.
Keberangkatan kaum Hawazin ke
Hunain
Sebelum kabilah masing-masing berangkat, Malik bin
'Auf An-Nashriy telah berangkat lebih dulu bersama pasukannya yang terdiri dari
orang laki-laki dan perempuan serta anak-anak mereka. Harta benda dan
binatang-binatang milik mereka pun mereka bawa juga. Malik bin 'Auf menempatkan
para wanita di belakang pasukan laki-laki, lalu di belakangnya lagi unta, lalu
lembu, lalu kambing agar tidak ada yang melarikan diri dari peperangan. Dari
kaum banu Hawazin ini yang tidak ikut keluar bersama mereka hanya banu Ka'ab dan
banu Kilaab.
Setelah tentara kaum Hawazin sampai di lembah
Authas, mereka bertemu dengan pasukan banu Tsaqif dan lain-lainnya. Di tempat
itu mereka berkumpul sehingga tempat itu menjadi ramai sekali. Berhubung Malik
bin 'Auf mengeluarkan semua perempuan dan anak-anak banu Hawazin serta
budak-budak mereka, lalu terjadilah percekcokan antara Malik bin 'Auf dengan
Duraid bin Ash-Shimmah, karena Duraid tidak menyetujui sikap yang diambil Malik
bin 'Auf tersebut. Masing-masing mengemukakan alasannya, namun akhirnya pendapat
Malik yang menang, dan Duraid pun mengikut apa yang dilakukan Malik bin 'Auf
tersebut.
Kemudian tentara Hawazin dan lain-lainnya yang
telah berkumpul sebanyak lebih kurang empat ribu orang tersebut berangkat menuju
dusun Hunain, yang letaknya diantara Makkah dan Thaif, kira-kira belasan mil
sebelah timur laut Makkah.
Setelah sampai di Hunain, Malik bin 'Auf sebagai
panglima tentara Hawazin memerintahkan kepada segenap pasukannya agar mengambil
posisi di tempat-tempat persembunyian di perbukitan Hunain, dengan tujuan jika
sewaktu-waktu tentara Islam sampai di tempat itu dan melaluinya, mereka dengan
cepat dapat menghujani anak panah dan melempari dengan batu-batu dari atas bukit
ke arah tentara Islam.
Keberangkatan Nabi Muhammad SAW beserta tentara
Islam ke Hunain.
Setelah mendengar berita bahwa kaum Hawazin, kaum
Tsaqif dan lain-lainnya telah bersekutu menjadi satu kesatuan angkatan perang
yang siap akan mengadakan perlawanan terhadap kaum muslimin, dan ketika itu
mereka telah berkumpul di Hunain, maka Nabi SAW segera menyuruh 'Abdullah bin
Abu Hadrad Al-Aslamiy seorang yang gagah berani untuk menyelidiki keadaan
mereka.
Ibnu Ishaq meriwayatkan sebagai berikut : Setelah
Nabi SAW mendengar bahwa kaum Hawazin, kaum Tsaqif dan sekutunya telah berada di
Hunain, beliau lalu mengutus 'Abdullah bin Abu Hadrad Al-Aslamiy agar masuk ke
tengah-tengah mereka untuk menyelidiki keadaan mereka. Kemudian 'Abdullah bin
Abu Hadrad berangkat dan bergabung dengan mereka sehingga ia mengetahui keadaan
mereka dan rencana mereka memerangi Rasulullah SAW.
Setelah ia menyelesaikan tugasnya, lalu datang
kepada Rasulullah SAW dan menyampaikan berita tersebut kepada Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memanggil 'Umar bin Khaththab, lalu memberitahukan
khabar tersebut. 'Umar berkata, "Ibnu Abi Hadrad itu
berbohong".
Kemudian Ibnu Abi Hadrad menjawab, "Jika kamu
mendustakan aku, mungkin kamu termasuk mendustakan kebenaran, hai 'Umar, karena
berarti kamu telah mendustakan orang yang lebih baik daripada
aku".
'Umar
berkata, "Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang dikatakan
Ibnu Abi Hadrad ?". Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh kamu dahulu
tersesat, lalu Allah menunjukimu, wahai 'Umar". [Ibnu Hisyam juz 5, hal.
107]
Sebelum berangkat ke Hunain, diberitahukan kepada
Nabi SAW bahwa Shafwan bin Umayyah mempunyai alat-alat perang. Maka Nabi SAW
lalu mengutus seseorang kepadanya dan pada waktu itu Shafwan bin Umayyah masih
musryik. Nabi SAW bersabda :
يَا اَبَا اُمَيَّةَ اَعِرْنَا سِلاَحَكَ هذَا نَلْقَ فِيْهِ
عَدُوَّنَا غَدًا.
Hai Abu Umayyah, pinjamkanlah senjatamu ini
kepada kami yang akan kami gunakan melawan musuh besok pagi.
Shafwan bin Umayyah menjawab :
اَ غَصْبًا يَا مُحَمَّدُ؟
Apakah ini permintaan secara ghasab (paksa) ya
Muhammad ?
Nabi SAW bersabda :
بَلْ عَارِيَةٌ مَضْمُوْنَةٌ حَتَّى نُؤَدّيَهَا اِلَيْكَ
Tidak, tetapi ini pinjaman yang ditanggung dan
nanti kami akan mengembalikannya kepadamu.
Shafwan menjawab :
لَيْسَ بِه?ذَا بَأْسٌ
Tidak mengapa kalau begitu.
Lalu ia meminjamkan kepada beliau seratus baju
besi dan persenjataan secukupnya. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 108]
Kemudian Nabi SAW menyerahkan pimpinan ummat di
kota Makkah kepada 'Attab bin Asiid. Angkatan perang kaum muslimin sebanyak dua
belas ribu orang, terdiri dari sepuluh ribu orang dari pasukan yang datang dari
Madinah dan dua ribu orang dari penduduk Makkah yang baru saja mengikut
Islam.
Selanjutnya pada tanggal 5 Syawwal tahun ke
delapan hijriyah beliau bersama tentara Islam sebanyak dua belas ribu orang itu
berangkat ke Hunain, tempat pertahanan musuh. Barisan berjalan kaki dan barisan
berkuda dari tentara Isam berangkat dari Makkah dengan diiringi barisan unta
yang membawa perbekalan dan persenjataan perang yang cukup lengkap. Tiap-tiap
kabilah berjalan dengan benderanya, dan masing-masing rombongan merasa bangga
dan gembira, karena besarnya jumlah tentara itu. Pada waktu itu sebagian dari
mereka ada yang berkata kepada yang lainnya, "Kita yaqin bahwa kemenangan pasti
di tangan kita, dan musuh tidak akan dapat mengalahkan kita".
Mereka berkata demikian karena baru kali ini
tentara Islam akan berperang denganjumlah yang begitu besar dan dengan
persenjataan begtu lengkap. Mereka diiringi pula oleh kaum perempuan dari Makkah
yang baru saja masuk Islam pada hari dibukanya kota Makkah, yang masing-masing
dengan tujuan akan mendapat bagian harta rampasan.
Dan ikut bergabung dengan pasukan muslimin delapan
puluh orang yang masih musyrik, diantaranya Shafwan bin Umayyah dan Sahl bin
'Amr. Setelah dekat dengan pertahanan musuh lalu Nabi SAW mengatur barisan.
Kemudian beliau memberikan benedar kaum muhajirin kepada 'Ali bin Abu Thalib,
dan bendera Khazraj kepada Habbab
bin Al-Mundzir, dan bendera Aus kepada Usaid bin Hudlair, demikian pula beliau
memberikan bendera kepada kabilah-kabilah 'Arab yang lain. Kemudian Nabi SAW
dengan berpakaian perang, memakai dua baju besi dan memakai topi baja beliau
naik baghalnya.
Selanjutnya ketika itu ada sebagian dari tentara
kaum muslimin yang baru memeluk Islam yang tengah berjalan melalui suatu pohon
yang rindang yang hijau warnanya, tiba-tiba dari tempat yang agak jauh mereka
berteriak-teriak dan berkata kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, jadikanlah pohon
ini untuk kami tempat menggantungkan nasib, sebagaimana mereka (kaum musyrikin
Makkah) menjadikan sebuah pohon yang besar yang dinamakan Dzaatu Anwaath, yang
mereka biasa menyembelih hewan, beribadah dan menggantungkan senjata-senjata
mereka pada pohon tersebut.
Mendengar perkataan dari sebagian kaum muslimin
yang demikian itu, lalu beliau bersabda dengan keras :
اَللهُ اَكْبَرُ! قُلْتُمْ؟ وَ الَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ كَمَا
قَالَ قَوْمُ مُوْسَى لِمُوْسَى: اِجْعَلْ لَنَا اِلهًا كَمَا لَهُمْ الِهَةٌ.
قَالَ اِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ. اِنَّهَا السُّنَنُ لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ
مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ.
Allah Maha Besar, kamu berkata begitu ? Demi
Allah yang diri Muhammad di tangan-Nya, itu sebagaimana kaum nabi Musa berkata
kepada Nabi Musa, "Buatlah untuk kami satu tuhan (berhala) sebagaimana mereka
mempunyai beberapa tuhan (berhala-berhala)". Musa berkata, "Sesungguhnya kamu
itu orang-orang yang bodoh. (Al-A'raaf : 138). Sesungguhnya itulah kelakuan
yang sungguh kalian akan mengikuti kelakuan orang-orang sebelum kalian
dahulu". [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 110]
Tentara musuh menyerang tentara
Islam.
Sebelum matahari terbenam, tentara kaum muslimin
telah tiba di depan jalan masuk ke lembah Hunain. Dan karena perbukitan di
Hunain sangat banyak dan serupa, maka agak sulit bagi tentara muslimin untuk
mengetahui di tempat mana pihak tentara musuh bersarang. Sebab itu, maka
terpaksalah mereka berhenti dan bermalam di tempat itu, dengan rencana besok
sesudah fajar menyingsing mereka akan meneruskan perjalanan untuk menuju ke
medan pertempuran.
Tentara kaum muslimin sedikitpun tidak mengira,
bahwa tentara musuh telah siap-siaga di tempat itu. Kemudian pada esok harinya
tentara kaum muslimin ketika akan melanjutkan perjalanan, yakni ketika tentara
kaum muslimin berjalan sebentar dan baru sampai di penurunan salah satu bukit,
tiba-tiba mereka mendapat serangan musuh yang bersembunyi di dalam gua-gua yang
terletak di lerang bukit itu.
Serangan yang mendadak dari musuh itu amat
mengejutkan tentara kaum muslimin. Barisan tentara Islam seketika itu menjadi
kacau-balau, kocar-kacir dan lari tunggang langgang dengan tidak menentu lagi,
karena mereka dalam keadaan belum siap bertempur, terlebih lagi suasana masih
gelap.
Dengan demikian tentara kaum muslimin tidak dapat
mengadakan perlawanan sedikitpun, dan serangan dari musuh tidak dapat dielakkan
lagi, karena hujan anak panah terus datang bertubi-tubi, baik dari sebelah kanan
maupun kiri, dan dari atas. Dengan kata lain, dari segenap jurusan mereka
dihujani anak panah. Sehingga jumlah besar yang mereka bangga-banggakan sebelum
itu tidak dapat menolong mereka sedikitpun.
Pihak musuh terus maju dan mengejar, serangan
mereka terhadap tentara kaum muslimin makin diperkuat dan panah mereka pun terus
dilancarkan.
Muslim meriwayatkan sebagai berikut :
قَالَ عَبَّاسُ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص يَوْمَ حُنَيْنٍ
فَلَزِمْتُ اَنَا وَ اَبُوْ سُفْيَانَ بْنُ اْلحَارِثِ بْنِ عَبْدِ اْلمُطَّلِبِ
رَسُوْلَ اللهِ ص فَلَمْ نُفَارِقْهُ، وَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى بَغْلَةٍ لَهُ
بَيْضَاءَ اَهْدَاهَا لَهُ فَرْوَةُ بْنُ نُفَاثَةَ اْلجُذَامِيُّ. فَلَمَّا
اْلتَقَى اْلمُسْلِمُوْنَ وَ اْلكُفَّارُ وَلَّى اْلمُسْلِمُوْنَ مُدْبِرِيْنَ.
فَطَفِقَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبَلَ اْلكُفَّارِ. قَالَ
عَبَّاسٌ: وَ اَنَا اخِذٌ بِلِجَامِ بَغْلَةِ رَسُوْلِ اللهِ ص اَكُفُّهَا
اِرَادَةَ اَنْ لاَ تُسْرِعَ، وَ اَبُوْ سُفْيَانَ ا?خِذٌ بِرِكَابِ رَسُوْلِ اللهِ
ص. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَيْ عَبَّاسُ! نَادِ اَصْحَابَ السَّمُرَةِ. فَقَالَ
عَبَّاسٌ (وَ كَانَ رَجُلاً صَيّتًا) فَقُلْتُ بِاَعْلَى صَوْتِى. اَيْنَ اَصْحَابُ
السَّمُرَةِ؟ قَالَ: فَوَ اللهِ، لَكَاَنَّ عَطْفَتَهُمْ حِيْنَ سَمِعُوْا صَوْتِى
عَطْفَةُ اْلبَقَرِ عَلَى اَوْلاَدِهَا، فَقَالُوْا: يَا لَبَّيْكَ، يَا لَبَّيْكَ.
قَالَ: فَاقْتَتَلُوْا وَ اْلكُفَّارَ. وَ الدَّعْوَةُ فِى اْلاَنْصَارِ
يَقُوْلُوْنَ: يَا مَعْشَرَ اْلاَنْصَارِ، يَا مَعْشَرَ اْلاَنْصَارِ! قَالَ: ثُمَّ
قُصِرَتِ الدَّعْوَةُ عَلَى بَنِى اْلحَارِثِ بْنِ اْلخَزْرَجِ فَقَالُوْا: يَا
بَنِى اْلحَارِثِ بْنِ اْلخَزْرَجِ، يَا بَنِى اْلحَارِثِ بْنِ اْلخَزْرَجِ!
فَنَظَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ هُوَ عَلَى بَغْلَتِهِ كَاْلمُتَطَاوِلِ عَلَيْهَا
اِلَى قِتَالِهِمْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هذَا حِيْنَ حَمِيَ اْلوَطِيْسُ.
قَالَ: ثُمَّ اَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ص حَصَيَاتٍ فَرَمَى بِهِنَّ وُجُوْهَ
اْلكُفَّارِ. ثُمَّ قَالَ اِنْهَزَمُوْا وَ رَبّ مُحَمَّدٍ. قَالَ: فَذَهَبْتُ
اَنْظُرُ فَاِذَا اْلقِتَالُ عَلَى هَيْئَتِهِ فِيْمَا اَرَى. قَالَ: فَوَ اللهِ،
مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ رَمَاهُمْ بِحَصَيَاتِهِ فَمَا زِلْتُ اَرَى حَدَّهُمْ
كَلِيْلاً وَ اَمْرَهُمْ مُدْبِرًا. مسلم 3:
1398
'Abbas berkata, "Aku ikut perang Hunain bersama
Rasulullah SAW. Aku dan Abu Sufyan bin Al-Harits bin 'Abdul Muththalib selalu
mendampingi Rasulullah SAW, kami tidak berpisah dengan beliau. Rasulullah SAW
menaiki Baghal berwarna putih hadiah dari Farwah bin Nufatsah Al-Judzamiy.
Setelah kaum muslimin bertemu dengan orang-orang kafir, kaum muslimin lari
tunggang-langgang, lalu Rasulullah SAW memukulkan kaki beliau pada baghalnya
(supaya berjalan cepat) ke arah orang-orang kafir". 'Abbas berkata, "Aku
memegangi kendali baghal Rasulullah SAW agar tidak terlalu cepat, sedangkan Abu
Sufyan (bin Al-Harits) memegangi pelana baghal Rasulullah SAW". Kemudian
Rasulullah SAW bersabda, "Hai 'Abbas, serulah para Ashhaabus Samurah
(orang-orang yang ikut Baiatur Ridwan) !". 'Abbas berkata (Ia adalah orang yang
lantang suaranya), "Lalu aku menyeru dengan sekeras suaraku". "Mana Ashhaabus
Samurah !". Ia berkata, "Maka demi Allah, Ketika mendengar suaraku, mereka
berdatangan laksana lembu yang memenuhi panggilan anak-anaknya. Lalu mereka
menyahut, "Ya labbaik, ya labbaik (Aku penuhi panggilanmu)". Ia berkata, "Lalu
mereka memerangi orang-orang kafir". Dan diserukan kepada orang-orang Anshar,
mereka menyerukan, "Hai golongan Anshar, hai golongan Anshar". Ia berkata,
"Kemudian dikhususkan seruan kepada bani Harits bin Khazraj. Mereka menyerukan,
"Hai bani Harits bin Khazraj, hai bani Harits bin Khazraj !". Kemudian
Rasulullah SAW dengan tetap berada di atas baghalnya beliau melongok
memperhatikan pertempuran. Lalu beliau bersabda, "Beginilah ketika peperangan
berkecamuk". Ia ('Abbas) berkata, "Kemudian Rasulullah SAW mengambil
kerikil-kerikil, lalu melemparkannya ke wajah orang-orang kafir". Kemudian
beliau bersabda, "Semoga mereka binasa, demi Tuhannya Muhammad". 'Abbas berkata,
"Lalu aku memperhatikan, maka waktu itu peperangan terus berkecamuk". Ia
berkata, "Maka demi Allah, tidaklah setelah beliau melempar kerikil-kerikil itu
ke wajah mereka kecuali aku lihat kekuatan mereka melemah, lalu mereka
mundur". [Muslim juz 3, hal. 1398]
---==sdd==----