12/28/2014

Para Pemuka Musyrikin Quraisy menemui Nabi SAW

Para Pemuka Musyrikin Quraisy menemui Nabi SAW
Pada suatu hari semua penganjur dan pemuka Quraisy melaksanakan keputusan mereka, yaitu hendak bertemu dengan Nabi SAW. Pada waktu itu Nabi SAW sedang duduk seorang diri di Masjid. Adapun yang datang lebih dahulu ialah Abu Jahal bin Hisyam, Walid bin Mughirah, Ubay bin Khalaf, Utbah bin Rabi'ah, kemudian datang yang lain-lainnya lagi. Setelah mereka semua berada dihadapan Nabi SAW, beliau lalu membacakan beberapa ayat Al-Qur'an, dengan maksud berda'wah kepada mereka..
Pada waktu itu Nabi SAW bersungguh-sungguh dan penuh harapan, supaya mereka itu segera menjadi pengikut beliau (masuk Islam). Sebab itu beliau sangat menghormati mereka. Karena beliau tidak mengerti maksud kedatangan mereka yang sangat jahat itu. Beliau tidak menyangka bahwa kedatangan mereka itu hendak menghina, merendahkan, mengejek dan mentertawakan seruannya. Bahkan sebaliknya beliau menyangka bahwa kedatangan mereka itu hendak mengikuti seruannya dan beriman. Karena memang sejak beberapa waktu sebelumnya beliau sudah mengharap-harapkan hal itu. Karena beliau beranggapan, bahwa apabila mereka itu sudah mau mengikuti seruannya, lalu menjadi pemuka-pemuka Islam, maka sudah barang tentu semakin banyaklah orang-orang yang dari lapisan bawah, dari rakyat jelata akan terbawa mengikuti jejak mereka, sehingga lebih pesatlah kemajuan langkah beliau dalam menyiarkan agama Islam serta lekas tercapai apa yang dicita-citakannya.
Namun ketika

Pesan-pesan Imam Madzhab kepada Ummat Islam :

Pesan-pesan Imam Madzhab kepada Ummat Islam :
Imam Abu Hanifah berkata :
اُتــْرُكُوْا قَوْلــِى لِقَوْلِ اللهِ وَ رَسُوْلــِهِ وَ الصَّحَابَةِ.
Tinggalkanlah perkataan (pendapatku) yang berlawanan dengan firman Allah dan Sabda Rasul-Nya dan perkataan shahabat.
لاَ يَحِلُّ ِلاَحَدٍ اَنْ يَقُوْلَ بِقَوْلـــِنَا حَتَّى يَعْلَمَ مِنْ اَيــْنَ قُلْنَاهُ.
Tidak halal bagi seseorang yang berkata dengan perkataan kami hingga mengetahui dari mana kami mengatakannya.
حَرَامٌ عَلَى مَنْ لَمْ يَعْرِفْ دَلِـيـْلِى اَنْ يُفْتِيَ كَلاَمِى.
Haram atas orang yang belum mengetahui dalil (alasan) fatwaku untuk berfatwa dengan perkataanku.
اِنَّهُ قِيْلَ ِلاَبِى حَنِيْفَةَ: اِذَا قُلْتَ قَوْلاً وَ كِـتَابُ اللهِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُـوْا قَوْلــِى بِكِـتَابِ اللهِ. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ خَبَرُ الرَّسُوْلِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِخَبَرِ الرَّسُوْلِ ص. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ قَوْلُ الصَّحَابِيِّ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِقَوْلِ الصَّحَابِيِّ.
Bahwasanya Imam Abu Hanifah pernah ditanya : "Bagaimana apabila engkau mengatakan suatu pendapat, sedangkan Kitab Allah menyalahkannya ?" Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah Kitab Allah". Lalu beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau hadits Rasulullah SAW menyalahkannya ?" Beliau menjawab: 'Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah hadits Rasulullah SAW ?" Dan beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau perkataan shahabat menyalahkannya ?". Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah perkataan shahabat itu''.

Ta'rif As-Sunnah/Al-Hadits Menurut Istilah Syara'

Ta'rif As-Sunnah/Al-Hadits Menurut Istilah Syara'
Para ulama ahli hadits dan ahli ushul fiqih memberikan ta'rif kata "SUNNAH/HADITS", demikian :
مَاجَاءَ عَنِ النَّبِيِّ ص مِنْ اَقْوَالِهِ وَاَفْعَالِهِ وَ تَقْرِيْرِهِ وَمَاهَمَّ بِفِعْلِهِ.
"Apa-apa yang datang dari Nabi SAW berupa perkataan-perkataannya dan perbuatan-perbuatannya dan taqrirnya dan apa-apa yang beliau cita-citakan untuk mengerjakannya".
Singkatnya, "SUNNAH/HADITS" itu ~sepanjang istilah ahli hadits dan ahli ushul fiqih~ ialah : Sabda-sabda Nabi SAW, perbuatan-perbuatan Nabi SAW dan iqrar (taqrir) Nabi SAW, yaitu perbuatan seorang shahabat Nabi yang beliau ketahui, tetapi beliau tidak menegur atau menyalahkannya. Yang semuanya itu bersangkut paut dengan beberapa hikmah dan hukum-hukum yang berpokok dalam Al-Qur'an.
Imam Asy-Syathiby berkata dalam kitab Al-Muwafaqat : Kata "As-Sunnah" itu dipakai juga untuk nama bagi segala apa yang tidak diterangkan di dalam Al-Qur'an, baik menjadi keterangan bagi isi Al-Qur'an ataupun tidak. Dan dipakai juga sebagai lawannya "bid'ah". Seperti dikatakan : "Si Fulan itu ada di dalam sunnah". Yakni : ia mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang pernah dikerjakan oleh Nabi SAW, baik pekerjaan itu ada nash-nya di dalam Al-Qur'an ataupun tidak. Dan seperti dikatakan juga : "Si Fulan dalam bid'ah". Yakni : Apabila ia telah mengerjakan pekerjaan yang berlawanan atau menyalahi akan pekerjaan yang pernah dikerjakan oleh Nabi SAW.

Menggendong anak kecil ketika shalat.

Menggendong anak kecil ketika shalat.
عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يُصَلّى وَ هُوَ حَامِلٌ اُمَامَةَ بِنْتِ زَيْنَبَ فَاِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا، وَ اِذَا قَامَ حَمَلَهَا. احمد و البخارى و مسلم
Dari Abu Qatadah, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab. Maka apabila ruku, beliau meletakkannya, dan apabila berdiri, beliau menggendongnya lagi. [HR Ahmad, Bukhari dan Muslim]

Cara Melakukan Hukum-hukum Al-Qur'an.

Cara Melakukan Hukum-hukum Al-Qur'an
Hukum-hukum yang tersebut di dalam Al-Qur'an itu berlakunya bagi manusia ada yang dengan jalan "THALAB (tuntutan)" dan ada yang  "TAKHYIR (boleh memilih)".
Adapun yang dimaksud dengan "THALAB" (tuntutan) itu ada dua macam : Tuntutan mengerjakan dan tuntutan meninggalkan.
Di dalam Al-Qur'an ada terdapat tuntutan supaya dikerjakan dengan berbagai jalan atau cara. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
1.    Menyuruh dengan berterus terang seperti :
اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَائِ ذِى الْقُرْبى. النحل:90
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat. [An-Nahl : 90]
اِنَّ الله يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوْا اْلاَمنتِ اِلَى اَهْلِهَا، وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ. النساء:58
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. [An-Nisa' : 58]

Ejekan Walid bin Mughirah

Ejekan Walid bin Mughirah
Walid bin Mughirah adalah seorang pemuka bangsa Quraisy yang sangat membenci dan merintangi Nabi SAW dan dakwahnya. Pada waktu itu ia terkenal sebagai seorang hartawan, dermawan dan bangsawan dikota Makkah dan sekelilingnya.
Pada suatu waktu ia datang kepada Nabi SAW, lalu Nabi SAW membacakan beberapa ayat firman Allah. Setelah ia mendengar ayat-ayat itu, tertegunlah ia dantertariklah perasaannya serta tergeraklah hatinya hendak beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada ayat-ayat Al-Qur'an itu. Setelah ia kembali kepada kawan-kawannya, lalu memberitahukan hal itu dan apa-apa yang telah didengarnya. Oleh sebab itu para kawannya terperanjat dan menganggap bahwa ia telah terkena sihirnya Muhammad. Oleh sebab itu mereka datang kepada Abu  Jahal untuk menceritakan keadaan Walid bin Mughirah.
Setelah Abu Jahal mendengar berita yang demikian, ia segera berkata kepada mereka, "Saya sanggup memenuhi hajat saudara-saudara sekalian; dan sayalah nanti yang akan membereskan perkara ini".
Kemudian Abu Jahal segera menemui Walid, dan berkata: "Hai pamanku! Bahwasanya kaummu hendak mengumpulkan harta benda mereka, lalu mereka berikan kepadamu, dengan maksud agar engkau mengganggu Muhammad.
Walid sangat heran mendengar perkataan Abu Jahal yang demikian itu. Maka iapun tersenyum dan berkata kepada Abu Jahal : Sesungguhnya bangsa Quraisy sudah mengetahui bahwa akulah orang yang paling banyak harta bendanya di antara mereka. Mengapa mereka pura-pura akan mengumpulkan harta benda untuk diberikan kepadaku?"

Mendatangi undangan walimah

Mendatangi undangan walimah
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ. رَدُّ السَّلاَمِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَاتّبَاعُ اْلجَنَائِزِ وَاِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيْتُ اْلعَاطِسِ. البخارى 2: 70
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Haknya orang Islam atas orang Islam yang lain ada lima, yaitu : 1. menjawab salam, 2. menjenguk orang sakit, 3. mengantarkan jenazah, 4. mendatangi undangannya, dan 5. mendoakan orang yang bersin (apabila dia mengucapkan Alhamdu lillaah)". [HR. Bukhari juz 2, hal. 70]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلّمْ عَلَيْهِ، وَ اِذَا دَعَاكَ فَاَجِبْهُ، وَ اِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَ اِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمّتْهُ، وَ اِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَ اِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ. مسلم 4: 1705
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Haknya orang Islam atas orang Islam yang lain ada enam. Lalu (beliau) ditanya, "Apasaja enam itu ya Rasulullah ?". Beliau menjawab, "1. Apabila kamu bertemu dengannya ucapkanlah salam kepadanya, 2. Apabila dia mengundangmu maka datangilah, 3. Apabila dia minta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, 4. Apabila dia bersin dan memuji Allah maka doakanlah dia, 5. Apabila dia sakit maka jenguklah, dan 6. Apabila dia meninggal maka antarkanlah jenazahnya". [HR. Muslim juz 4, hal. 1705]

HAIDL, ISTIHADLAH DAN NIFAS

HAIDL, ISTIHADLAH DAN NIFAS

Haidl, istihadlah dan nifas
1. Cara membedakan darah haidl
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ حُبَيْشٍ اَنَّهَا كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ص: اِذَا كَانَ دَمُ اْلحَيْضَةِ فَاِنَّهُ اَسْوَدُ يُعْرَفُ، فَاِذَا كَانَ كَذلِكَ فَاَمْسِكِى عَنِ الصَّلاَةِ. فَاِذَا كَانَ اْلآخَرُ فَتَوَضَّئِى وَ صَلِّى فَاِنَّمَا هُوَ عِرْقٌ. ابو داود و النسائى
Dari ‘Urwah, dari Fathimah binti Abu Hubaisy, sesungguhnya ia beristihadlah, lalu Nabi SAW bersabda kepadanya, “Jika benar darah itu darah haidl, maka warnanya adalah hitam sebagaimana yang sudah dikenal, maka apaila benar demikian keadaannya, tinggalkanlah shalat. Akan tetapi apabila berwarna lain, maka berwudlulah dan shalatlah, karena sesungguhnya ia adalah dari gangguan urat”. [HR. Abu Dawud dan Nasai]
عَنْ اُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: كُنَّا لاَ نَعُدُّ الصُّفْرَةَ وَ اْلكُدْرَةَ بَعْدَ الطُّهْرِ شَيْئًا. ابو داود و البخارى و لم يذكر بعد الطهر
Dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata, “Warna kuning dan keruh sesudah suci itu tidak kami anggap sesuatu darah hadil”. [HR. Abu Dawud dan Bukhari, tetapi Bukhari tidak menyebutkan kata-kata, “sesudah suci”]
Keterangan :
Hadits-hadits tersebut menunjukkan tentang cara membedakan sifat darah, yaitu : Kalau darah itu warnanya hitam (merah kehitam-hitaman) berarti darah haidl, dan kalau tidak demikian berarti darah istihadlah.

12/08/2014

Kisah terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab.

Kisah terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab.
Di dalam tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut : 
ثُمَّ تَذَامَرَ الصَّحَابَةُ بَيْنَهُمْ وَ قَالَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ: بِئْسَ مَا عَوّدْتُمْ اَقْرَانُكُمْ، وَ نَادَوْا مِنْ كُلّ جَانِبٍ: اَخْلِصْنَا يَا خَالِدُ، فَخَلَصَتْ ثُلَّةٌ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ
Situasi semakin genting, lalu para shahabat saling memberi semangat, Tsabit bin Qais bin Syammas menyerukan, “Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan-rekan kalian”. Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, “Bantulah kami wahai Khalid”. Lalu sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar berdatangan membantu.

Khutbah nikah

Khutbah nikah
Disunnahkan sebelum ijab qabul supaya diadakan khutbah nikah. Ada beberapa hadits yang menyebutkan tentang khuthbah nikah, diantaranya sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ : عَلَّمَنَا خُطْبَةَ الْحَاجَةِ: اَلْحَمْدُ ِللهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. ثُمَّ يَقْرَأُ ثَلاَثَ آيَاتٍ (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ). (ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّ خَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَّ نِسَآءً، وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ اْلاَرْحَامَ، اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا). (ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَ مَنْ يُّطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا). ثُمَّ تَذْكُرُ حَاجَتَكَ. احمد 2: 44، رقم: 3720
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) dari Nabi SAW, (‘Abdullah bin Mas’ud) berkata: Nabi SAW mengajarkan khutbah nikah kepada kami, beliau bersabda (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, kami memohon pertolongan kepada-Nya, dan kami memohon ampun kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. Kemudian beliau membaca tiga ayat (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali ‘Imran : 102). “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisaa’ : 1). “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentha’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab : 70-71). Kemudian silahkan kamu sebutkan keperluanmu. [HR. Ahmad juz 2, hal. 44, no. 3720]

12/07/2014

Menyebar-luaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya.

Menyebar-luaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya.
Firman Allah SWT :
وَ اَنْزَلْنَا اِلَيْكَ الذّكْرَ لِتُبَيّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزّلَ اِلَيْهِمْ وَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ. النحل:44
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya. [QS. An-Nahl : 44]
ياَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلّغْ مَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبّكَ، وَ اِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسلَتَه، وَ اللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكفِرِيْنَ. المائدة:67
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [QS. Al-Maidah : 67]
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَ اْلمَوْعِظَةِ اْلحَسَنَةِ وَ جَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَ هُوَ اَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنَ. النحل:125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. An-Nahl : 125]
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى اْلاُمّيّنَ رَسُوْلاً مّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ ايتِه وَ يُزَكّيْهِمْ وَيُعَلّمُهُمُ اْلكِتبَ وَ اْلحِكْمَةَ وَ اِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَللٍ مُّبِيْنٍ. وَ اخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ، وَ هُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ. الجمعة:2-3
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. Al-Jumu'ah : 2-3]
اِنَّآ اَرْسَلْنكَ بِاْلحَقّ بَشِيْرًا وَّ نَذِيْرًا وَّلاَ تُسْئَلُ عَنْ اَصْحبِ اْلجَحِيْمِ. البقرة:119
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. [QS. Al-Baqarah : 119]
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنتِ وَ اْلهُدى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنّهُ لِلنَّاسِ فِى اْلكِتبِ اُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّعِنُوْنَ. اِلاَّ الَّذِيْنَ تَابُوْا وَ اَصْلَحُوْا وَ بَيَّنُوْا فَاُولئِكَ اَتُوْبُ عَلَيْهِمْ، وَ اَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. البقرة:159-160
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Aku-lah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Baqarah : 159 - 160]
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ اْلكِتبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِه ثَمَنًا قَلِيْلاً اُولئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلاَّ النَّارَ وَلاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيمَةِ وَلاَ يُزَكّيْهِمْ ، وَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ. البقرة:174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang amat pedih. [QS. Al-Baqarah : 174]

Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ عُثْمَانَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ. البخارى 6: 108
Dari Utsman (bin Affan) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya". [HR. Bukhari juz 6, hal. 108]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: بَلّغُوْا عَنّيْ وَلَوْ آيَةً. البخارى 4: 145
Dari Abdullah bin 'Amr, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat". [HR. Bukhari juz 4, hal. 145]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ اَوْعَى مِنْ سَامِعٍ. الترمذى 4: 142، رقم: 2795، و قال: حديث حسن صحيح
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengar sesuatu dariku lalu menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, karena kadangkala orang yang diberi penyampaian itu lebih bisa memahami daripada orang yang mendengar langsung". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 142, no. 2795, ia berkata : "Ini hadits Hasan Shahih"]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: فَوَ اللهِ َلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ اَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. البخارى 4: 207، مسلم 4: 1872
Dari Sahl bin Sa'ad bahwasanya Rasulullah SAW bersabda (kepada Ali RA), "Demi Allah, sungguh Allah memberi petunjuk kepada satu orang lantaran kamu, itu lebih baik bagimu dari pada kamu mendapatkan onta merah". [HR. Bukhari juz 4, hal. 207; Muslim juz 4, hal. 1872]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ النَّبِيّ ص فَقَالَ: اِنّى اُبْدِعَ بِى فَاحْمِلْنِى. فَقَالَ: مَا عِنْدِى. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَنَا اَدُلُّهُ عَلَى مَنْ يَحْمِلُهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ. مسلم 3: 1506
Dari Abu Masud Al-Anshariy, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, Sesungguhnya kendaraan saya binasa, maka bawalah saya naik kendaraan. Beliau bersabda, Aku tidak punya. Lalu ada seorang laki-laki berkata, Ya Rasulullah, sesungguhnya saya bisa menunjukkan kepada orang yang bisa membawanya. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, ia akan mendapatkan (pahala) seperti orang yang mengerjakannya". [HR. Muslim juz 3, hal 1506]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ قَالَ: اَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ ص فَسَأَلَهُ فَقَالَ: مَا عِنْدِى مَا اُعْطِيْكَ، وَلكِنْ اِئْتِ فُلاَنًا، قَالَ: فَاَتَى الرَّجُلَ فَأَعْطَاهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ، اَوْ عَامِلِهِ. ابن حبان فى صحيحه 1: 525، رقم: 289
Dari Abu Mas'ud, ia berkata : Pernah seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu minta kepada beliau. (Nabi SAW) menjawab : "Saya tidak mempunyai sesuatu yang bisa saya berikan kepadamu, tetapi datanglah kamu kepada si fulan". (Abu Masud) berkata, Lalu orang tersebut datang kepada orang (yang ditunjuk oleh Nabi tersebut), lalu orang itu memberinya. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan (pahala) seperti orang yang mengerjakannya, atau orang yang melakukannya". [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya juz 1, hal. 525, no. 289]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ  اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلاِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثاَمِهِمْ شَيْئًا. مسلم 4: 2060
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu petunjuk (jalan yang baik), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosanya orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun". [HR. Muslim juz 4, hal. 2060]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ فَكَتَمَهُ اُلْجِمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ. الترمذى وحسنه 4: 138، رقم: 2787
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui, lalu dia menyembunyikannya, maka pada hari qiyamat ia akan dikendali dengan kendali api neraka". [HR. Tirmidzi, dan ia menghasankannya, juz 4, hal. 138, no. 2787]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَتَمَ  عِلْمًا مِمَّا يَنْفَعُ اللهُ بِهِ فِى اَمْرِ النَّاسِ اَمْرِ الدّيْنِ اَلْجَمَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ. ابن ماجه 1: 97، رقم: 265
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu yang dengan ilmu itu Allah memberi manfaat kepada manusia didalam urusan agama, maka pada hari qiyamat Allah akan mengendalinya dengan kendali api neraka". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 97, no. 265, dlaif karena di dalam sanadnya ada rawi bernama Muhammad bin Daabin]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: اِنَّ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ: اَكْثَرَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ. وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِى كِتَابِ اللهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا ثُمَّ يَتْلُوْ اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنتِ وَ اْلهُدى اِلَى قَوْلِهِ الرَّحِيْمُ. البخارى 1: 37
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Sesungguhnya orang-orang sama mengatakan : "Abu Hurairah sangat banyak meriwayatkan hadits". Seandainya bukan karena dua ayat di dalam Kitab Allah ini, saya tidak akan meriwayatkan walau sebuah haditspun. Kemudian dia membaca ayat "Innalladziina yaktumuuna maa anzalnaa minal bayyinaati wal hudaa... sampai firman-Nya arrohiim". (Al-Baqarah 159-160). [HR. Bukhari juz 1, hal. 37]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ حَسَدَ اِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ. رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى اْلحَقّ. وَ رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَ يُعَلّمُهَا. مسلم 1: 559
Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Tidak pantas berkeinginan melainkan pada dua macam, yaitu orang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu dipergunakannya dalam kebenaran, dan orang yang dikaruniai hikmah (ilmu) lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya. HR. Muslim juz 1, hal. 559]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ اْلعِلْمَ اِنْتِزَاعًايَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّـاسِ، وَلكِنْ يَقْبِضُ اْلعِلْمَ بِقَبْضِ اْلعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا. البخارى 1: 33، مسلم 4: 2058، و اللفظ له

Dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu langsung dari orang-orang, tetapi Allah akan mencabut ilmu dengan meninggalnya para ulama, sehingga apabila telah habis orang-orang yang alim, orang-orang akan mengangkat orang-orang yang bodoh menjadi pemimpin mereka. Kemudian apabila mereka ditanya sesuatu akan memberikan fatwanya tidak berdasarkan ilmu, maka mereka itu sesat dan menyesatkan". [HR. Bukhari juz 1, hal. 33; Muslim juz 4, hal. 2058, lafadh ini bagi Muslim

12/01/2014

Rukun Qiyas dan Syarat-syaratnya

Rukun Qiyas dan Syarat-syaratnya

Untuk mendatangkan atau menjalankan "qiyas" orang  harus mengerti dan memegangi rukun-rukunnya dan syarat-syaratnya, yang jika tidak, tentu tidak akan mungkin ia menjalankannya. Demikianlah menurut keterangan para ulama ahli ushul.
Rukun qiyas, ada empat :
1. Ashal (Pokok)
2. Fara' (Cabang)
3. Illah (Sebab-Karena), dan
4. Hukum.
Ashal, ialah tempat mengqiyaskan, seperti minuman arak.
Fara', ialah yang diqiyaskan, seperti segala macam minuman yang memabukkan.
Illah, ialah sifat-sifat yang ada pada ashal dan fara' yang diqiyaskan, seperti memabukkan.
Hukum, ialah hukum haram, misalnya.
Adapun syarat-syarat qiyas, sepanjang keterangan para ahli ushul, antara lain sebagai berikut :
1.  Ashal dan hukumnya hendaklah ada dari keterangan syara', yaitu yang telah tersebut dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
2.  Hendaklah ashal itu satu perkara yang termasuk perkara-perkara yang dapat difikirkan oleh akal akan sebab-sebabnya.
3.  Hendaklah sebab-sebab yang ada pada ashal itu ada pula pada fara' (cabang)
4.  Janganlah cabang itu sudah mempunyai hukum sendiri, sebelum diberi hukum dengan qiyas.
5.  Sesudah diberi hukum dengan qiyas, janganlah cabang itu bertentangan dengan hukum yang lain.

AL-IJMA' DASAR HUKUM YANG KETIGA DALAM ISLAM

Al-Ijma' Dasar Hukum yang Ketiga Dalam Islam
1. Arti Ijma' :
Ijma' menurut bahasa, artinya : sepakat, setuju atau sependapat, sedang menurut istilah, ialah :
اِتِّـفَاقُ مُجْتَهِدِى اُمَّةِ مُحَمَّدٍ ص بَعْدَ وَفَاتِهِ فِى عَصْرٍ مِنَ اْلأَعْصَارِ عَلَى أَمْرٍ مِنَ اْلأُمُوْرِ.
Kebulatan pendapat semua ahli ijtihad ummat Muhammad, sesudah wafatnya pada suatu masa, tentang suatu perkara (hukum).
2. Dari Segi Masanya,
Dari segi masanya, maka Ijma' dapat dibagi menjadi dua :
1. Zaman Khalifah yang empat, dan
2. Zaman sesudahnya.

LARANGAN MELAMPAUI BATAS DALAM BERAGAMA

LARANGAN MELAMPAUI BATAS DALAM BERAGAMA

Apabila kita perhatikan di dalam dasar-dasar tasyri' yang tersebut di dalam Al-Qur'an, kita akan mengerti bahwa agama Islam itu satu-satunya agama yang diturunkan Allah kepada ummat manusia dengan membawa dasar "tidak berat dan tidak sukar" dikerjakan. Bahkan meniadakan yang berat. Dan sesuatu yang dipimpin oleh agama Islam itu pasti ringan dan mudah dikerjakan oleh ummat manusia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW  yang diriwayatkan dari Abu 'Urwah :
عَنْ اَبِى عُرْوَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اَيُّهَا النَّاسُ. اِنَّ الدّيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى يُسْرٍ. ثَلاَثًا يَقُوْلُهَا. احمد.
Dari Abu 'Urwah RA ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : "Wahai manusia, sesungguhnya agama Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi itu di dalam kemudahan. Beliau SAW bersabda demikian itu tiga kali" [HR. Ahmad] 

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...