SHALAT 'IED
Adab mengerjakan shalat 'Ied dan sunnah-sunnahnya
1. Mandi dahulu
عَنِ ابْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: يَا مَعْشَرَ
اْلمُسْلِمِيْنَ، اِنَّ هذَا (يَوْمَ اْلجُمُعَةِ) يَوْمٌ جَعَلَهُ اللهُ عِيْدًا
فَاغْسِلُوْا.
مالك فى الموطأ 1: 65، رقم: 113
Dari Ibnus Sabbaaq, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Hai
kaum Muslimin, hari (Jum'ah) ini adalah satu hari yang Allah jadikan hari raya.
Karena itu hendaklah kalian mandi". [HR. Malik, dalam Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 65, no.
113]
Keterangan :
Menurut hadits tersebut, hari Jum'ah dipandang sebagai
hari raya dan kita disuruh mandi padanya. Dengan demikian dapat difaham, bahwa
mandi pada hari raya adalah lebih utama.
2. Berpakaian dengan pakaian yang baik, bila
ada
عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ اَنَّ
النَّبِيَّ ص كَانَ يَلْبَسُ بُرْدَ حِبَرَةٍ فِى كُلّ عِيْدٍ.
البيهقى 3: 280
Dari Ja’far bin Muhammad, dari
ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Nabi SAW biasa memakai kain buatan Yaman pada
tiap-tiap hari raya. [HR. Baihaqiy juz 3, hal. 280]
3. Makan sebelum
berangkat
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ كَانَ
النَّبِيُّ ص لاَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَ لاَ يَطْعَمُ يَوْمَ اْلاَضْحَى
حَتَّى يُصَلّيَ. الترمذى 2: 27، رقم:
540
Dari ‘Abdullah bin Buraidah,
dari ayahnya, ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW tidak pergi Shalat Hari Raya
'Iedul Fithri melainkan sesudah makan. Dan tidak makan pada Hari Raya 'Iedul
Adlha melainkan sesudah kembali dari shalat". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 27,
no. 540]
4. Mengambil dua
jalan
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا خَرَجَ يَوْمَ اْلعِيدِ فِى طَرِيْقٍ
رَجَعَ فِي غَيْرِهِ.
الترمذى 2: 26، رقم: 539
Dari Abu Hurairah, ia berkata "Dahulu Rasulullah SAW apabila
melewati jalan saat pergi Shalat Hari Raya, maka ketika pulang beliau mengambil
jalan lain (dari yang telah dilalui waktu pergi)". [HR. Tirmidzi juz 2, hal.
26, no. 539]
5. Waktu dan
tempat takbir hari raya
عَنِ الزُّهْرِيّ اَنَّهُ قَالَ:كَانَ النَّبِيُّ ص يَخْرُجُ يَوْمَ
اْلفِطْرِ فَيُكَبّرُ مِنْ حِيْنِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَأْتِيَ
اْلمُصَلَّى.
ابو بكر النجاد، مرسل فى نيل الاوطار 3: 327
Dari Az-Zuhriy, ia berkata, "Dahulu Nabi SAW keluar untuk
shalat Hari Raya 'Iedul Fithri dengan takbir mulai dari rumahnya hingga tiba
ditempat shalat". [HR. Abu Bakar An-Najjaad, mursal, Nailul Authar juz 3,
hal. 327]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ
بِالتَّكْبِيْرِ وَ التَّهْلِيْلِ حِيْنَ خُرُوْجِهِ اِلَى اْلعِيْدِ يَوْمَ
اْلفِطْرِ حَتَّى يَأْتِيَ اْلمُصَلَّى.
البيهقى و الحاكم، في نيل الاوطار 3: 327، ضعيف
Dari Ibnu Umar, "Bahwasanya Nabi SAW bertakbir dan bertahlil
dengan suara keras ketika keluar pergi shalat hari Raya 'Iedul Fithri hingga
tiba di tempat shalat". [HR. Baihaqi dan Hakim, dalam Nailul Authar juz 3,
hal. 327, dla’if]
قَالَ النَّبِيُّ ص:زَيّنُوْا اَعْيَادَكُمْ
بِالتَّكْبِيْرِ.الطبراني، غريب، في نيل الاوطار
Nabi SAW bersabda, "Hiasilah Hari Raya-Hari Raya kalian
dengan takbir". [HR. Thabrani, Gharib, dalam Nailul Authar juz 3,
hal. 327]
Waktu dan tempat
bertakbir hari raya menurut hadits yang shahih
عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ
نُخْرِجَهُنَّ فيِ اْلفِطْرِ وَ اْلاَضْحَى اْلعَوَاطِقَ وَ اْلحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ
اْلخُدُوْرِ، فَاَمَّا اْلحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ.
مسلم 2: 606
Dari Ummu 'Athiyah, ia berkata, "Rasulullah SAW memerintahkan
kepada kami untuk membawa keluar anak-anak perempuan yang hampir baligh,
perempuan-perempuan haidl dan anak-anak perempuan yang masih gadis, pada Hari
Raya 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha. Adapun wanita-wanita yang haidl itu mereka
tidak shalat". [HSR. Muslim, juz 2, hal. 606]
و
للبخاري قَالَتْ اُمُّ عَطِيَّةَ: كُنَّا نُؤْمَرُ اَنْ نُخْرِجَ اْلحُيَّضَ
فَيُكَبّرْنَ بِتَكْبِيْرِهِمْ.
في نيل الاوطار 3: 324
Dan bagi Imam Bukhari, Ummu 'Athiyah berkata, "Kita
diperintahkan supaya membawa keluar wanita-wanita haidl lalu bertakbir
bersama-sama dengan orang banyak". [Dalam Nailul Authar juz 3, hal. 324]
Dari hadits shahih di atas dapat kita fahami bahwa takbir
Hari Raya itu dilaksanakan pada waktu tiba di tempat shalat sampai berdirinya
shalat.
6. Waktu shalat hari raya
قَالَ جُنْدَبٌ:كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّى بِنَا يَوْمَ اْلفِطْرِ
وَالشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَ اْلاَضْحَى عَلَى قَيْدِ
رُمْحٍ.
احمد بن حسن، في نيل الاوطار 3: 333
Telah berkata Jundab, "Adalah Nabi SAW shalat Hari Raya
'Iedul Fithri bersama kami di waktu matahari tingginya sekadar dua batang tombak
dan beliau shalat Hari Raya 'Iedul Adha diwaktu matahari tingginya sekadar satu
batang tombak". [HR. Ahmad bin Hasan, dalam Nailul Authar juz 3, hal.
333]
Keterangan :
Menurut riwayat di atas, waktu shalat Hari Raya 'Iedul
Adha itu lebih pagi daripada waktu shalat Hari Raya 'Iedul Fithri.
7. Shalat sebelum khutbah
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ
عُمَرُ رض يُصَلُّوْنَ اْلعِيْدَيْنِ قَبْلَ اْلخُطْبَةِ.
البخارى 2: 5
Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW, Abu Bakar
dan Umar shalat dua Hari Raya sebelum khutbah". [HR. Bukhari juz 2, hal.
5]
Maksudnya : Rasulullah SAW dan shahabat-shahabatnya
mengerjakan shalat 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adha sebelum khutbah.
8. Shalat hari raya tanpa adzan dan iqamah
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيّ ص
اْلعِيْدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ اَذَانٍ وَ لاَ
اِقَامَةٍ.
مسلم 2: 604
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata "Saya shalat dua Hari Raya
bersama Rasulullah SAW bukan hanya sekali atau dua kali, (semuanya) tanpa adzan
dan iqamah". [HSR. Muslim juz 2, hal. 604]
Keterangan :
Maksud dari riwayat di atas menunjukkan bahwa Rasulullah
SAW shalat Hari Raya 'Iedul Fithri dan Hari Raya 'Iedul Adha tanpa adzan dan
iqamah.
9. Hari raya pada hari Jum'ah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ قَالَ: اِجْتَمَعَ
عِيْدَانِ فيِ يَوْمِكُمْ هذَا، فَمَنْ شَاءَ اَجْزَأَهُ مِنَ اْلجُمُعَةِ وَ
اِنَّا مُجَمّعُوْنَ اِنْ شَاءَ اللهُ.
ابن ماجه 1: 416، رقم: 1311
Dari Ibnu ‘Abbas, dari Rasulullah
SAW, beliau bersabda, "Telah terhimpun pada hari ini dua hari raya (hari Raya
dan Jum'ah). Maka barangsiapa mau, cukuplah shalat ini buat dia, tidak perlu
lagi shalat Jum'ah, tetapi kami tetap akan mendirikan shalat Jum'ah,
insyaa-allooh". [HR. Ibnu Majah dan Ibnu Majah juz 1, hal. 416, no.
1311]
10. Shalat dan
khutbah di tanah lapang
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُفْطِرُ عَلَى
تَمَرَاتٍ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ اَنْ يَخْرُجَ اِلىَ الْمُصَلَّى.
الترمذى 2: 27، رقم: 541
Dari Anas bin Malik, bahwasanya dahulu pada hari raya 'iedul
Fithri Nabi SAW biasa makan beberapa kurma sebelum berangkat ke Mushalla (tempat
shalat hari raya). [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 27, no. 541]
Keterangan :
Dari hadits tersebut bisa difahami bahwa Nabi SAW mengadakan
shalat hari Raya di Mushalla (tanah lapang).
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّهُ اَصَابَهُمْ مَطَرٌ فيِ يَوْمِ عِيْدٍ
فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِيُّ ص صَلاَةَ الْعِيْدِ فيِ اْلمَسْجِدِ.
ابو داود 1: 301 رقم: 1160، ضعيف
Dari Abu Hurairah bahwasanya pada suatu hari Raya, para
shahabat kehujanan, maka Nabi SAW mengerjakan shalat Hari Raya bersama mereka di
masjid. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 301, no. 1160, dla’if]
Keterangan :
Menurut kebiasaan memang Nabi SAW mengerjakan shalat dan
khutbah hari Raya di tanah lapang. Tetapi hal itu tidak menunjukkan kepada hukum
wajib. Sesuatu perbuatan bisa menunjukkan kepada hukum wajib jika disertai
dengan perintah.
Kebanyakan ulama memandang bahwa Nabi SAW mengerjakan yang
demikian itu bukan karena tidak shah dikerjakan di masjid, tetapi karena tak
cukup tempat di masjid, sebab pada waktu itu orang-orang yang berkumpul pada
hari Raya lebih banyak dari pada hari-hari yang lain.
Dari seluruh pembicaraan tersebut, nyatalah bahwa shalat
Hari Raya di masjid itu tidak terlarang, apalagi jika turun hujan atau lain-lain
halangan. Oleh karena itu perkataan Abu Hurairah tadi walaupun lemah riwayatnya
tetapi shahih maknanya. Perlu dijelaskan bahwa Rasulullah SAW shalat di tanah
lapang itu diambil dari pengertian Mushalla :
اَلْمُصَلَّى مَوْضِعٌ بِبَابِ اْلمَدِيْنَةِ الشَّرْقِيّ.
فقه السنة 1: 268
"Mushalla itu adalah suatu tempat di pintu gerbang Madinah
sebelah timur". [Fiqhus Sunnah juz 1, hal. 268]
اَلْمُصَلَّى مَوْضِعٌ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اْلمَسْجِدِ اَلْفَ
ذِرَاعٍ.
فقه السنة 1: 271
"Mushalla itu tempatnya berjarak 1.000 hasta dari masjid
Madinah" [Fiqhus Sunnah juz 1, ha. 271]
Dengan keterangan ini, jelaslah bahwa Rasulullah SAW biasanya
mengadakan shalat Hari Raya itu di tanah lapang.
11. Takbir dalam shalat pada dua hari raya
Takbir shalat pada dua Hari Raya (Hari Raya 'Iedul Fithri dan
'Iedul Adha), dilaksanakan dengan 7 kali pada rekaat pertama, dan 5 kali pada
rekaat yang kedua sebelum membaca Al-Fatihah.
Hal ini sesuai dengan sabda
Nabi SAW maupun perbuatan para shahabat.:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ:قَالَ نَبِيُّ
اللهِ ص: اَلتَّكْبِيْرُ فيِ اْلفِطْرِ سَبْعٌ فيِ اْلاُوْلَى وَ خَمْسٌ فيِ
اْلآخِرَةِ وَ اْلقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا.
ابو داود 1: 299، رقم: 1151
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, ia berkata : Nabi
Allah SAW bersabda, “Takbir pada (shalat)
‘Iedul Fithri
adalah 7 kali di rekaat pertama dan 5 kali di rekaat yang akhir (kedua). Adapun
bacaan, sesudah kedua-duanya itu". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 299, no.
1151]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ اَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ ص كَبَّرَ فِى اْلعِيْدِ يَوْمَ اْلفِطْرِ سَبْعًا فِى اْلاُوْلىَ وَ فِى
اْلاخِرَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيْرَةِ الصَّلاَةِ.
الدارقطنى
2: 48
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya,
bahwasanya Rasulullah SAW bertakbir dalam shalat hari raya 'Iedul Fithri tujuh
takbir pada rekaat pertama dan lima takbir pada rekaat kedua, selain takbir
(yang biasa dalam) shalat. [HR. Daruquthni, juz 2, hal. 48]
Tentang atsar (perbuatan) para
shahabat, diriwayatkan :
عَنْ نَافِعٍ مَوْلىَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّهُ قَالَ: شَهِدْتُ
اْلاَضْحَى وَ اْلفِطْرَ مَعَ اَبِى هُرَيْرَةَ فَكَبَّرَ فيِ الرَّكْعَةِ
اْلاُوْلىَ سَبْعَ تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ اْلقِرَاءَةِ وَ فِى اْلآخِرَةِ خَمْسَ
تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ اْلقِرَاءَةِ.
مالك فى الموطأ
Dari Nafi' maula Abdullah bin 'Umar, bahwa dia berkata, "Aku
pernah menyaksikan 'Iedul Adha dan 'Iedul Fithri bersama Abu Hurairah. Maka ia
bertakbir di rekaat pertama 7 takbir sebelum membaca, dan di rekaat kedua 5
takbir sebelum membaca". [HR. Malik, di dalam Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 180]
عَنْ عَطَاءٍ قَالَ: كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يُكَبّرُ فيِ اْلعِيْدَيْنِ
ثِنْتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً. سَبْعٌ فيِ اْلاُوْلىَ وَ خَمْسٌ فيِ
اْلآخِرَةِ.
البيهقى 3: 289
Dari 'Atha', ia berkata, "Adalah Ibnu 'Abbas bertakbir di dua
Hari Raya 12 takbir, yaitu 7 di rekaat pertama dan 5 di rekaat yang kedua".
[HR. Baihaqi juz 3, hal. 289]
12. Bacaan takbir hari raya
Bacaan Takbir pada hari Raya yang bersumber dari shahabat
Umar dan Ibnu Mas'ud adalah :
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
فى نيل الاوطار 3
:358،
فقه السنة 1:
275
(Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Laa ilaaha illalloohu
walloohu Akbar Alloohu Akbar wa lillaahil-hamdu).
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan (yang
sebenarnya) melainkan Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan
kepunyaan Allah-lah segala pujian. [Dalam Nailul Authar juz 3 hal. 358,
Fiqhus Sunnah juz 1 hal. 275]
13. Ucapan pada hari raya
Para shahabat Nabi SAW jika bertemu di antara mereka pada
Hari Raya, mereka mengucapkan :
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ.
"Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan
kalian"
Jubair bin Nufair meriwayatkan :
كَانَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذَا تَلَقَّوْا يَوْمَ اْلعِيْدِ
يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ.
جبير بن نفير
Dahulu para shahabat Rasulullah SAW apabila mereka bertemu
pada Hari Raya, satu dengan yang lain saling mengucapkan, “Taqobbalalloohu
minnaa wa minkum”.
[HR. Jubair bin Nufair]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar