LANJUTAN
QAIDAH HUKUM DALAM ISLAM
3. Mengharamkan yang Halal dan Menghalalkan yang
Haram adalah Berdosa Besar
Islam
mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan
sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu pengungkungan dan penyempitan
bagi manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan
keleluasaan.
Nabi
Muhammad SAW sendiri telah berusaha untuk memberantas perasaan yang keterlaluan
ini. Diantaranya ialah dengan mencela dan melaknat orang-orang yang suka
berlebih-lebihan tersebut, sebagaimana sabdanya :
اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ.
اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. مسلم و احمد و ابو داود
Ingatlah,
mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan.
Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan.
Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. [HR.
Muslim, Ahmad dan Abu Dawud]
Dan
beliau bersabda tentang sifat risalah beliau:
بُعِثْتُ بِاْلحَنِيْفِيَّةِ السَّمْحَةِ. احمد
Saya
diutus dengan membawa suatu agama yang lurus dan longgar.
[Ahmad]
Yaitu
suatu agama yang teguh dalam beraqidah dan tauhid, serta longgar dalam hal
pekerjaan dan perundang-undangan. Dan Rasulullah SAW pernah bersabda di dalam
khutbahnya :
اَلاَ اِنَّ رَبِّى اَمَرَنِى اَنْ اُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا
عَلَّمَنِى يَوْمِى هذَا. كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَ اِنِّى
خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَ اِنَّهُمْ اَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ
فَاحْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ حَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا اَحْلَلْتُ لَـهُمْ
وَ اَمَرَتْهُمْ اَنْ يُشْرِكُوْنِى مَا لَمْ اُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا.
مسلم
Ketahuilah,
sesungguhnya Tuhanku memerintahkan padaku untuk mengajarkan kepadamu apa-apa
yang kamu belum mengerti dari apa-apa yang Tuhanku telah mengajarkan kepadaku
pada hariku ini. (Allah berfirman) : "Setiap harta yang Aku berikan kepada hamba
adalah halal, dan Aku ciptakan hamba-hamba-Ku ini dengan sikap yang lurus,
tetapi kemudian datanglah syetan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan
mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan
kepada mereka, serta menyuruh (mempengaruhi) supaya mereka menyekutukan Aku
dengan sesuatu yang Aku tidak menurunkan keterangan kepadanya".
[HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]
Dengan
hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang halal dapat
dipersamakan dengan syirik. Dan justru itu pula Al-Qur'an menentang keras
terhadap sikap orang-orang musyrik Arab terhadap berhala mereka, dan tentang
sikap mereka yang berani mengharamkan atas diri mereka terhadap makanan dan
binatang yang baik-baik, padahal Allah tidak mengizinkannya. Diantara mereka
telah mengharamkan bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Al-Qur'an bersikap
keras terhadap sikap pengharaman ini, Firman Allah :
مَا جَعَلَ اللهُ مِنْ بَحِيْرَةٍ وَّ لاَ سَآءِبَةٍ وَّ لاَ وَصِيْلَةٍ
وَّ لاَ حَامٍ وَّ لكِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ اْلكَذِبَ
وَ اَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ. وَ اِذَا قِيْلَ لَـهُمْ تَعَالَوْا اِلى مَآ
اَنْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ
ابَآءَنَآ اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ
يَهْتَدُوْنَ. المائدة:103-104
Allah
sekali-kali tidak mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam,
akan tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan
mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah mengikuti apa
yang telah diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab : "Cukuplah
untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah
mereka akan mengikutinya juga nenek-moyang mereka walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk
?".
[Al-Maidah 103-104]
Bahiirah,
ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang ke lima itu jantan,
lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi
lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
Saaibah,
ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nadzar.
Misalnya : Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan
yang berat, maka ia biasa bernadzar akan menjadikan untanya saibah bila
maksud atau perjalannya berhasil dan selamat.
Washiilah,
ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar yang terdiri dari jantan dan
betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan
kepada berhala.
Haam,
ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat
membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap Bahiirah, Saaibah,
Washiilah dan Haam ini adalah kepercayaan Arab jahiliyah.
Keterangan
:
Di
dalam menerangkan arti bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, para ulama tafsir
berbeda-beda. Adapun yang kami kutip diatas adalah keterangan yang tercantum
dalam Tafsir Al-Qur'an Tarjamah dari DEPAG RI.
Dalam
surat Al-An'aam ada bantahan terhadap prasangka merka yang telah mengharamkan
beberapa binatang, seperti : unta, sapi, biri-biri dan
kambing.
ثَمَانِيَةَ اَزْوَاجٍ مّنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَ مِنَ
اْلمَعْزِاثْنَيْنِ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمَّا
اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ اَرْحَامُ اْلاُنْثَيَيْنِ نَـبّـئُوْنِيْ بِعِلْمٍ اِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ، وَ مِنَ اْلاِبِلِ اثْنَيْنِ وَ مِنَ اْلبَقَرِ اثْنَيْنِ
قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ
اَرْحَامُ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ اِذْ وَصَّاكُمُ اللهُ بِهذَا.
الانعام:143-144
yaitu
delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba, dan sepasang dari
kambing. Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua
yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya ?". Terangkanlah
kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar.
Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah : "Apakah dua yang
jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan
dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu
?".
[Al-An'aam : 143-144]
Dan
firman Allah dalam surat Al-A'raaf : 32-33
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللهِ الَّتِيْ اَخْرَجَ لِعِبَادِه وَ
الطَّيّبَاتِ مِنَ الرّزْقِ، قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ امَنُوْا فِى اْلحَيوةِ
الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ اْلقِيَامَةِ. كَذلِكَ نُفَصّلُ اْلايتِ لِقَوْمٍ
يَّعْلَمُوْنَ. قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبـّيَ اْلفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ
مَا بَطَنَ وَ اْلاِثْمَ وَ اْلبَغْيَ بِغَيْرِ اْلحَقّ وَ اَنْ تُشْرِكُوْا
بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزّلْ بِه سُلْطَانًا وَّ اَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَا
لاَ تَعْلَمُوْنَ. الاعراف: 32-33
Katakanlah
: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik ?"
Katakanlah : "Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. Katakanlah :
"Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak
kamu ketahui.
[Al-A'raaf : 32-33]
Firman
Allah tersebut adalah ayat-ayat Makkiyah yang justeru diturunkan untuk
mengukuhkan aqidah dan tauhid. Ini membuktikan, bahwa persoalan tersebut dalam
pandangan Al-Qur'an bukan termasuk dalam kategori cabang atau bahagian, tetapi
termasuk masalah-masalah pokok.
Di
Madinah, ketika di kalangan kaum muslimin ada orang-orang yang cenderung untuk
berbuat keterlaluan, melebih-lebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal-hal
yang baik, Allah menurunkan ayat-ayat untuk menegakkan mereka dalam batas
ketentuan Allah dan mengembalikan mereka ke jalan yang
lempang.
Firman
Allah SWT :
يآيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تُحَرّمُوْا طَـيّـباَتِ مَآ اَحَلَّ
اللهُ لَكَمْ وَ لاَ تَعْتَدُوْا، اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ اْلمُعْتَدِيْنَ. وَ
كُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَـيّـبًا وَّ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ
اَنْـتُمْ بِه مُؤْمِنُوْنَ. المائدة:87-88
Hai
orang-orang yang beriman: Janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal
lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
Allah Yang kamu beriman kepada-Nya.
[Al-Maaidah : 87-88]
4. Mengharamkan yang halal akan berakibat
timbulnya bahaya
Diantara
hak Allah sebagai Tuhan yang menciptakan manusia dan memberi nikmat yang tiada
terhitung banyaknya itu, ialah menentukan halal dan haram, sebagaimana Dia juga
berhak menentukan perintah-perintah dan syi'ar-syi'ar ibadah dengan
sesukanya.
Ini
semua adalah hak Ketuhanan. Namun Allah juga berbelas-kasih kepada hamba-Nya.
Oleh karena itu Ia menentukan halal dan haram justeru mengandung hikmah ada
beberapa alasan yang ma'qul demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Justeru itu
pula Allah tidak akan menghalalkan sesuatu kecuali yang baik, dan tidak akan
mengharamkan sesuatu kecuali yang jelek.
Benar!
Bahwa Allah pernah juga mengharamkan hal-hal yang baik kepada orang-orang
Yahudi. Tetapi semua itu justeru merupakan hukuman kepada mereka atas
kedurhakaan yang mereka perbuat dan pelanggaran terhadap larangan Allah. Hal ini
telah dijelaskan sendiri oleh Allah dalam firman-Nya :
وَ عَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍ، وَ مِنَ
اْلبَقَرِ وَ اْلغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَا اِلاَّ مَا حَمَلَتْ
ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ اْلحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ذلِكَ جَزَيْنَاهُمْ
بِبَغْيِهِمْ وَ اِنـَّا لَصَادِقُوْنَ. الانعام : 146
Dan
kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari
sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain
lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang diperut besar dan usus atau
yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan
kedurhakaan mereka, dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.
[Al-An'aam : 146]
Di
antara bentuk kedurhakaan orang Yahudi itu dijelaskan Allah di dalam firman-Nya
:
فَبِظُلْمٍ مّنَ الَّذِيْنَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَـيّـبَاتٍ
اُحِلَّتْ لَـهُمْ وَ بِصَدّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ كَـثِيْرًا وَّ اَخْذِهِمُ
الرّبـَوا وَ قَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَ اَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ بِاْلبَاطِلِ.
النساء:160-161
Maka
disebabkan kedhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena
mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungnguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil.
[An-Nisaa' : 160-161]
Setelah
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dengan membawa agama yang
universal dan abadi, maka salah satu diantara rahmat kasih sayang Allah kepada
manusia, dihapusnya beban haram yang pernah diberikan Allah sebagai hukuman
sementara yang bertujuan mendidik itu, dimana beban tersebut cukup berat bagi
manusia.
Kerasulan
Nabi Muhammad SAW ini telah disebutkan dalam Taurat, dan namanya punsudah
dikenal oleh ahli-ahli kitab, yaitu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an
:
اَلذَّيِنْ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ اْلاُمّيَّ الَّذِيْ
يَجِدُوْنَه مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرـةِ وَ اْلاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ
بِاْلمَعْرُوْفِ وَ يَنْهتـهُمْ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ يَحِلُّ لَـهُمُ
الطَّـيّـبَاتِ وَ يُحَرّمُ عَلَيْهِمُ اْلخَبَآئِثَ وَ يَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ
وَ اْلاَغْلاَلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْ. الاعراف:157
orang-orang
yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan
yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka.
[Al-A'raaf : 157]
Di
dalam Islam cara Allah menutupi kesalahan hamba-Nya, bukan dengan mengharamkan
barang-barang baik yang lain, tetapi ada beberapa hal yang diantaranya ialah
:
1. Taubat dengan ikhlas (taubatan nasuha). Taubat
ini dapat menghapuskan dosa bagaikan air jernih yang dapat menghilangkan
kotoran.
2. Dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik,
karena amalan-amalan yang baik itu dapat menghilangkan
kejelekan.
3. Dengan bersedekah (shadaqah) karena shadaqah
itu dapat menghapus dosa, bagaikan air yang dapat memadamkan
api.
4. Dengan ditimpa oleh beberapa musibah dan
percobaan, di mana musibah dan percobaan itu dapat meleburkan
kesalahan-kesalahan, bagaikan daun pohon kalau sudah kering akan mejadi
hancur.
Dengan
demikian, maka dalam Islam dikenal, bahwa mengharamkan sesuatu yang halal itu
dapat membawa satu keburukan dan bahaya. Sedang seluruh bentuk bahaya adalah
hukumnya haram.
Keadaan
ini diperjelas sendiri oleh Al-Qur'an, misalnya tentang arak, Allah berfirman
:
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ
كَبِيْرٌ وَّ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَ اِثْمُهُمَا اَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا.
القبرة: 219
Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : "Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfa'atnya". [Al-Baqarah
: 219]
Dan
begitu juga suatu jawaban yang tegas dari Allah ketika Nabi Muhammad SAW ditanya
tentang masalah halal dalam Islam. Jawabannya singkat, Thayyibaat (yang
baik-baik). Firman Allah :
يَسْأَلُوْنَكَ مَا ذَا اَحِلَّ لَـهُمْ قُلْ اُحِلَّ لَكُمُ
الَّطّـبَات. المائدة:4
Mereka
menanyakan kepadamu : "Apakah yang dihalalkan bagi mereka ?". Katakanlah :
"Dihalalkan bagimu yang baik-baik".
[Al-Maidah : 4]
Dan
firman-Nya pula, :
اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّـيّـبَاتُ. المائدة:5
Pada
hari ini telah dihalalkan bagimu semua yang baik-baik.
[Al-Maidah : 5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar