3/23/2019

Islam Disebarkan Bukan Dengan Paksaan.

Islam Disebarkan Bukan Dengan Paksaan.
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui


Orang yang mengatakan bahwasanya Islam itu tersiarnya dengan pedang atau dengan peperangan, itu adalah tuduhan yang membabi buta dan berasal dari orang yang tidak mengenal kebenaran.
Dakwaan atau tuduhan semacam itu, mula-mula timbul dari orang-orang yang berniat memusuhi Islam dan dengki kepada Nabi Muhammad SAW dan berniat hendak memadamkan cahaya Islam dan semangat Al-Qur'an. Akhirnya tuduhan itu terbit juga dari orang-orang yang sama sekali belum mengerti tentang agama Islam yang sebenarnya.
Kita mengerti betapa perjuangan Nabi SAW dan pengikutnya sejak hari terutusnya sampai hijrah ke Madinah, dan hingga saat beliau menerima wahyu yang memerintahkan berperang terhadap kaum kafirin, musyrikin dan munafiqin. Dan bagaimana riwayat kaum Quraisy dan lain-lainnya yang kemudian menjadi pengikut-pengikut beliau, betulkah mereka itu mengikut karena dipaksa oleh Nabi SAW ?
Selama kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi SAW berdakwah di kota Makkah, beliau memulai seruannya itu kepada keluarganya, kepada saudara-saudaranya, kepada kaum kerabatnya dan akhirnya kepada segenap manusia dari segala bangsa dan dari segala lapisan, dan yang diserukan oleh Nabi SAW adalah perkara-perkara yang dapat dipikirkan dengan pikiran yang sehat. Akan tetapi, selama itu orang-orang musyriklah yang lebih dulu mencaci maki dengan perkataan-perkataan yang kotor, mencela dengan suara-suara yang keji, mendustakan dengan perkataan-perkataan yang melampaui batas kesopanan, melakukan perbuatan-perbuatan kejam yang benar-benar telah melampaui batas-batas perikemanusiaan sehingga menewaskan jiwa orang-orang yang tidak bersalah.
Kitab-kitab tarikh yang besar-besar cukup menjadi saksi yang sebenarnya, siapakah yang melakukan semua perbuatan tersebut, tidak lain dan tidak bukan ialah orang-orang yang membabi buta, yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yaitu mereka kaum musyrikin dan kaum kafirin.
Sekalipun begitu, Nabi SAW selama itu tetap berdakwah dengan cara yang baik dan lemah lembut, dan tetap senang bertukar pikiran dengan cara-cara yang sewajarnya yang bersifat mencari dan menuntut kebenaran, dan tidak pernah beliau memaksa supaya memeluk Islam, baik secara halus maupun secara kasar. Maka orang-orang yang mengikut seruan beliau, mereka masuk Islam dengan tulus ikhlash, bukan karena dipaksa, tetapi karena hati mereka terbuka untuk menerima dan mengikut kebenaran. Akan tetapi mereka ini menghadapi bermacam-macam rintangan dan halangan, mengalami berbagai kekejaman dan penindasan yang diperbuat oleh mereka yang tidak mau menerima kebenaran. Namun ketika mengadukan halnya kepada Nabi SAW beliau bersabda :
اِصْبِرُوْا فَاِنِّى لَمْ اُوْمَرْ بِاْلقِتَالِ.
Shabarlah kamu sekalian, karena sesungguhnya aku belum diperintah untuk berperang.
Dengan uraian diatas jelaslah bahwa adanya peperangan yang dilakukan oleh Nabi SAW dan kaum muslimin pada masa itu dan peperangan-peperangan lainnya di dalam Islam, sekali-kali bukanlah untuk memaksa kaum musyrikin dan kafirin supaya mengikut Islam.
Bahkan di dalam Islam tidak ada paksaan supaya orang memeluk Islam, dan terutusnya Nabi SAW sekali-kali bukanlah diperintahkan untuk memaksa orang supaya memeluk Islam. Allah mengutus Nabi SAW itu supaya menyeru manusia untuk menyembah Allah, dan menerangkan mana yang benar dan mana yang salah, dan memberi contoh dengan perbuatan yang baik sebagaimana telah dinyatakan Allah dalam firman-Nya :
لاَ إِكْرَاهَ فِى الدّيْنِ، قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ اْلغَيّ. البقرة:256
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. [QS. Al-Baqarah : 256]
فَذَكّرْ، اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكّرٌ، لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ. الغاشية:21-22
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, bukanlah kamu orang yang berkuasa atas mereka. [QS. Al-Ghaasyiyah : 21-22]
فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَمَا اَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا، اِنْ عَلَيْكَ اِلاَّ اْلبَلاَغُ. الشورى:48
Maka jika mereka berpaling, maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). [QS. Asy-Syuuraa : 48]
وَ اِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا عَلَيْكَ اْلبَلاَغُ. ال عمران:20
Dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). [QS. Ali Imran : 20]
مَا عَلَى الرَّسُوْلِ اِلاَّ اْلبَلغُ، وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَ مَا تَكْتُمُوْنَ. المائدة:99
Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. [QS. Al-Maidah : 99]
فَاِنَّمَا عَلَيْكَ اْلبَلغُ وَ عَلَيْنَا اْلحِسَابُ. الرعد:40
Sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. [QS. Ar-Ra'd : 40]
فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ اِلاَّ اْلبَلغُ اْلمُبِيْنُ. النحل:35
Maka tidak ada kewajiban atas para rasul selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. [QS. An-Nahl : 35]
قُلْ اَطِيْعُوا اللهَ وَ اَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ، فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمّلَ وَ عَلَيْكُمْ مَّا حُمّلْتُمْ، وَ اِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوْا، وَ مَا عَلَى الرَّسُوْلِ اِلاَّ اْلبَلغُ اْلمُبِيْنُ. النور:54
Katakanlah, "Thaatlah kepada Allah dan thaatlah kepada Rasul. Dan jika kalian berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu semua adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu thaat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. [QS. An-Nuur : 54]
Demikianlah ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Qur'an, dan hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang bermaksud menuntut kebenaran.
2. Tujuan berjihad (berperang).
Di dalam Islam ada perintah supaya berjihad fi sabilillah, tetapi jihad itu bukan untuk memaksa manusia supaya memeluk Islam, dan bukan pula untuk melebarkan daerah kekuasaan Islam, akan tetapi semata-mata untuk mempertahankan diri, melindungi ummat Islam dalam mengerjakan agamanya dan untuk melawan dan menahan serangan musuh yang nyata-nyata hendak memadamkan cahaya Islam.
Dapat dipikirkan lebih jauh, betapa akibatnya memaksa orang lain dengan senjata supaya memeluk suatu agama. Sedangkan agama itu adalah suatu kepercayaan yang timbul dari perasaan yang halus lagi suci. Jika seseorang mengikut suatu agama karena dipaksa, baik paksaan secara halus atau secara kasar, sudah barang tentu ia tidak akan rela mengorbankan dirinya untuk agama yang dipeluknya, dan jika sewaktu-waktu menghadapi suatu ancaman, rintangan atau halangan yang membahayakan dirinya, besar kemungkinannya ia akan melepaskan diri dari agama yang diikutnya.
Padahal sejarah membuktikan bahwa orang-orang yang mengikut seruan Nabi SAW atau memeluk Islam pada masa itu mereka diperlakukan dengan sewenang-wenang, disiksa dan bahkan ada juga yang dibunuh oleh orang-orang kafir. Dan sekalipun begitu namun mereka itu tetap mengikut Islam. Dengan demikian jelaslah bahwa maksud jihad (berperang) dalam Islam itu bukanlah sekali-kali untuk memaksa orang supaya memeluk Islam.
Pendek kata, orang yang mau membaca dan memeriksa riwayat-riwayat Islam yang sesungguhnya, riwayat perjuangan Nabi SAW yang disusun oleh orang-orang yang mengabdi kepada kebenaran, kemudian riwayat-riwayat turunnya wahyu Allah yang memerintahkan kepada Nabi SAW supaya berjihad, lagi pula penyelidikan itu disertai kejujuran dan pikiran yang sehat, maka ia akan mengetahui maksud Islam yang sesungguhnya dalam perintah berjihad atau berperang. Bahkan, walaupun kaum muslimin mengalami bermacam-macam ancaman, rintangan, berbagai siksaan, penganiayaan dan penderitaan yang dilakukan oleh kaum musyrikin dan kafirin, beliau tetap diperintah Allah untuk bershabar sebagaimana firman-Nya :
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُولُوا اْلعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَ لاَ تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ. الاحقاف:35
Maka bershabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bershabar, dan janganlah kamu meminta disegerakan (adzab) bagi mereka. [QS. Al-Ahqaf : 35]
Kemudian setelah Nabi SAW dan kaum muslimin berhijrah ke Madinah, dan belum lama beliau tinggal di sana, musuh-musuh Islam bertambah besar. Kalau semula Islam menghadapi musuh satu golongan, maka kaum muslimin di Madinah menghadapi dua golongan musuh, yaitu kaum Yahudi di Madinah dan kaum munafiqin.
Cara kaum Yahudi memusuhi Islam adalah kasar, sedang cara kaum munafiqin adalah halus. Yakni, kaum Yahudi dengan terang-terangan, dan kaum munafiqin secara sembunyi-sembunyi.
Walaupun antara kaum Yahudi Madinah dan kaum muslimin telah mengadakan perjanjian tidak saling mengganggu dan sebagainya, tetapi ternyata perjanjian itu tidak diindahkan oleh kaum Yahudi. Bahkan kebanyakan dari kepala-kepala kaum Yahudi selalu mengusik, merendahkan, menghina, mengejek dan sebagainya terhadap Islam, Nabi SAW serta kaum muslimin.
Adapun kaum munafiqin, pada lahirnya mereka bersikap sebagai kawan, tetapi pada haqiqatnya mereka lebih berbahaya daripada kaum musyrikin dan kaum Yahudi. Oleh karena mereka itu telah nyata memusuhi Islam dan mengatur langkah hendak mengalahkan kaum muslimin, maka Nabi SAW dan kaum muslimin bersikap waspada terhadap sepak terjang mereka.
Kemudian secara diam-diam kaum Yahudi Madinah bermain mata dengan kaum musyrikin Quraisy di Makkah, musuh Islam yang pertama. Mereka kedua belah pihak saling mengadakan perjanjian dan persekutuan untuk meruntuhkan Islam. Oleh karena itu musuh kaum muslimin bertambah menjadi tiga golongan : 1. kaum musyrikin di Makkah, 2. kaum Yahudi di Madinah, dan 3. kaum munafiqin di Madinah. Kaum munafiqin berpura-pura mengikut seruan Nabi SAW dan bersikap sebagai kawan kaum muslimin. Tetapi dalam hati mereka itu sebagai pembela kaum Yahudi dan lawan kaum muslimin.

Setelah ketiga golongan itu saling mengadakan perjanjian dan persekutuan, lalu secara diam-diam mereka mempersiapkan perlengkapan senjata untuk menyerang kaum muslimin, dengan jalan mengepung dan menyerbu kota Madinah untuk membinasakan kaum muslimin beserta Nabinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...