8/27/2013

ISLAM CINTA PERSATUAN DAN PERDAMAIAN BENCI PERPECAHAN DAN PERMUSUHAN

ISLAM CINTA PERSATUAN DAN PERDAMAIAN
BENCI PERPECAHAN DAN PERMUSUHAN
 وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّ لاَ تَفَرَّقُوْا، وَاذْكُرُوْا نِـعْمَتَ اللهِ عَلَـيْكُمْ اِذْ كُنْـتُمْ اَعْدَآءً فَاَلــَّـفَ بَـيْنَ قُـلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِـنِعْمَتِه اِخْوَانًـا، وَ كُـنْتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ الـنَّارِ فَاَنــْقَذَكُمْ مِّنْهَا، كَذلِكَ يُـبَـيِّنُ اللهُ لَكُمْ ايـتِه لَـعَـلَّكُمْ تَـهْتَدُوْنَ. ال عمران:103
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, marilah kita kuman­dangkan takbir dan tahmid untuk mengagungkan Allah SWT, sebagai rasa syukur kita atas nikmat-Nya yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita semua, khususnya ummat Islam di seluruh dunia, karena pada hari ini kita telah dapat menyelesaikan salah satu dari rukun Islam, yakni menjalankan puasa Ramadlan satu bulan penuh. Semoga puasa kita, qiyamul lail kita, dan amal-amal kita yang lain diterima oleh Allah SWT dan dapat sampai kepada tujuan puasa, menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
اَللهُ   اَكْبَرُ  اَللهُ   اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ  اِلاَّ  اللهُ  وَ اللهُ   اَكْبَرُ،  اَللهُ   اَكْبَرُ  وَ ِللهِ  اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, marilah kita cermati tujuan puasa yang ditentukan oleh Allah SWT untuk diri kita masing-masing, apakah puasa kita dapat sampai kepada tujuan atau tidak. Kalau tidak sampai kepada tujuan berarti kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja.

Nabi SAW bersabda :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ  مِنْ صِيَامِهِ  اْلجُوْعُ وَ اْلـعَطَشُ.ابـن خزيمة
Berapa banyak orang berpuasa, hasil yang diperoleh dari puasanya hanyalah lapar dan haus saja. [HR. Ibnu Khuzaimah]
Betapa ruginya kita apabila dengan puasa yang sudah kita jalani selama satu bulan penuh akhirnya hanya mendapat lapar, haus, kantuk, dan seba­gainya; rugi dunia dan akhirat. Padahal orang yang puasanya dite­rima oleh Allah, dijelaskan dalam suatu hadits : "Akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, bersih dari dosa bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya"
Tujuan puasa (sebagaimana yang disebut dalam akhir ayat 183 Surat Al Baqarah) adalah taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil tidaknya puasa kita bisa dilihat dari ketaqwaan kita kepada Allah; apabila setelah selesai menjalankan puasa selama satu bulan ketaqwaan kita kepada Allah SWT meningkat berarti puasa kita mencapai tujuan, tetapi apabila tidak, kita hanya mendapat haus dan lapar. Banyak tanda yang menunjukkan taqwa kita meningkat, salah satu diantaranya adalah meningkatnya rasa Ukhuwah Islamiyah dalam diri kita terhadap sesama Muslim, karena rasa Ukhuwah Islamiyah adalah ni'mat Ilahiyah yang hanya dituangkan kedalam hati hamba-Nya yang ikhlas dan bertaqwa kepa­da-Nya.
اَللهُ   اَكْبَرُ   اَللهُ  اَكْبَرُ   وَ ِللهِ  اْلحَمْدُ
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, Ukhuwah Islamiyah hanya dapat diwujudkan dengan taqwa kepada Allah SWT. Dengan kata lain Ukhuwah Islamiyah adalah sifat yang menyatu dengan iman dan taqwa. Tidak ada Ukhuwah tanpa iman dan tidak ada iman tanpa Ukhuwah. Begitu juga tidak ada persahabatan tanpa taqwa dan tidak ada taqwa tanpa persahabatan. Persahabatan/Ukhuwah yang tanpa dilandasi dengan taqwa hanyalah persahabatan yang semu, palsu dan omong kosong. Persahabatan semacam itu hanya bisa terlaksana selama masih dirasakan adanya kepentingan dan manfaat pribadi, kelompok atau golo-ngan. Dan kalau persahabatan hanya diikat oleh kepentingan-kepentingan tertentu, tidak diragukan lagi, cepat atau lambat, persahabatan itu pasti akan hancur, baik itu persahabatan antar pribadi, masyarakat, atau antar  negara.
Konsep yang bagaimanapun apabila hanya berdasar hasil pemikiran manusia, meskipun dengan didukung dana milyaran dan oleh ahli fikir tingkat dunia, tidak akan dapat dipakai untuk mewujudkan ukhuwah/ persahabatan yang mantap dan haqiqi. Sudah terbukti dimata dunia dengan adanya PBB ? Kapan negara-negara di dunia ini bersahabat dan bersatu dengan betul dan mantap ? Padahal PBB didanai oleh seluruh anggotanya yang terdiri dari negara-negara di dunia. Disamping itu di sana berkumpul ahli fikir-ahli fikir dunia.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, kita harus sadar, jangankan manusia-manusia biasa seperti kita ini, sedangkan Nabi sendiri  yang dipilih dan diangkat oleh Allah menjadi utusan-Nya, tidak dapat menyatukan hati manusia, sebagaimana firman Allah :
لَوْ اَنـْفَقْتَ مَا فِى اْلاَرْضِ جَمِيْعًا مَّا اَلـَّفْتَ بَيْنَ قُـلُوْبِهِمْ وَلكِنَّ اللهَ اَلـَّفَ بَـيْنَهُمْ. الانفال:63
"Seandainya engkau (Muhammad) belanjakan apa yang ada di bumi semuanya, tidaklah bisa engkau persatukan antara hati mereka, tetapi Allah-lah yang mempersatukan antara mereka". [Al-Anfal : 63].
Persahabatan yang dilandasi oleh taqwa insya Allah akan langgeng, tetapi persahabatan yang dilandasi oleh dorongan lain mungkin justru akan berakhir dengan permu­suhan. Manakala salah satu merasa kepentingannya tidak tercapai, apalagi merasa dirugikan, berubahlah persahabatan menjadi permusuhan.
َاْلاَخِلاَّءُ يَـوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلاَّ اْلمُـتَّـقِـيْنَ. الزخرف:67
"Sahabat-sahabat akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang taqwa". [Az-Zuhruf : 67].
اَللهُ اَكْبَرُ  اَللهُ اَكْبَرُ   لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ  وَ اللهُ اَكْبَرُ،  اَللهُ اَكْبَرُ  وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, Islam cinta persaha-batan dan persa­tuan, dan membenci perselisihan yang menyebabkan per-pecahan dan permusuhan. Rasulullah SAW bersabda:
اِيـَّاكُمْ وَ الظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ، وَ لاَ تَـحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ تَـنَافَسُوْا، وَ لاَ تَحَاسَدُوْا، وَ لاَ تـَبَاغَضُوْا، وَ كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانــًا، اَلمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمُ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخـْذُ لُهُ ، وَ لاَ يَحْقِرُهُ. اَلـتَّقْوَى ههُنَا (وَ يُشِيْرُ اِلىَ صَدْرِهِ) بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ.
"Jauhkanlah dirimu dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta omongan (hati), janganlah kamu mencari-cari aib, janganlah kamu mengintai-intai (tajassus), janganlah kamu bersaing (yang tidak sehat), janganlah kamu dengki-mendengki, janganlah kamu benci-membenci. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersau­dara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya, tidak boleh membiarkannya (tidak tolong-menolong) dan tidak boleh menghinanya. Taqwa itu disini (sambil beliau mengi­syaratkan dengan menunjuk ke dadanya). Seorang Muslim cukup menjadi jahat karena dia menghina saudaranya sesama Muslim. Tiap seorang Muslim terhadap Muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya". [HR. Bukhari dari Abu Hurairah].
اُوْصِيْكُمْ بِاَصْحَابِى، ثُمَّ الَّذِيـْنَ يَـلُوْنَـهُمْ ... عَلَيـْكُمْ بِاْلجَمَاعَةِ. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلـفُرْقَةَ، فَاِنَّ الشَّيـْطَانَ مَعَ اْلـوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ اْلاِثــْنَـيْنِ اَبـْعَدَ. مَنْ اَرَادَ بُحْبُوْحَةَ اْلجَنَّةِ  فَـلْـيُـلْزِمِ اْلجَمَاعَةَ. التـرمذى
"Aku washiyatkan kepada kalian (agar mengikuti) para sahabatku, kemudian generasi berikutnya, ......... . Kalian harus berjama'ah (bersatu padu), waspadalah terhadap perpecahan karena sesungguhnya syaitan bersama orang yang sendi­rian, dan dia (syaitan) akan menjauh (memi-sahkan diri) dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan surga, hendaklah tetap dalam jama'ah ya'ni dalam kesatuan dan persatuan". [HR. Tirmidzi].
 اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَ الصِّيَامِ وَ الصَّدَقَةِ؟ قَالُـوْا: بَـلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ.صَلاَحُ ذَاتِ اْلـبَـيْنِ، فَاِنَّ فَسَادَ ذَاتِ اْلـبَـيْنِ هِيَ اْلحَالِـقَةُ. قَالَ التِّرْمِذِىُّ، وَ يـُرْوَى عَنِ الـنَّبِيِّ ص اَنـَّهُ قَالَ: هِيَ اْلحَالـِقَةُ. لاَ اَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلكِنَّ تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. التـرمذى و ابو داود
"Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari pada pahala ­shalat, puasa dan shadaqah ?" Para sahabat menjawab : "Tentu ya Rasulullah". Nabi SAW bersabda : "Memperbaiki hubungan sesama saudara, karena rusaknya persaudaraan itu adalah pencukur". Tirmidzi berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Aku tidak memaksud­kan mencukur rambut, tetapi mencukur (menghilangkan) agama".
[HR. Tirmidzi dan Abu Dawud].
دَبَّ اِلَـيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَـبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَ اْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالِـقَةُ. لاَ اَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلكِنْ تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. وَ الَّذِيْ نَـفْسِى بِيَدِهِ، لاَ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ حَتَّى تُـؤْمِنُوْا، وَ لاَ تُـؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّـوْا. الـتـرمذى
"Penyakit umat-umat sebelum kamu telah menjangkiti kepada kamu sekalian, yaitu kedengkian dan permusuhan. Itulah sang pencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tetapi mencukur agama. Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kamu sekalian beriman, dan kamu tidak beri­man sehingga saling berkasih sayang". [HR. Tirmidzi].
اَللهُ اَكْبَرُ  اَللهُ اَكْبَرُ   لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ   وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, dari hadits-hadits diatas dapat kita mengerti bahwa Islam menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta membenci  perpecahan dan permusuhan.
Bahkan menjaga dan memperbaiki hubungan persaudaraan pahalanya lebih baik daripada pahala shalat, puasa dan shadaqah. Apa artinya puasa, jika kedengkian, kebencian, dan permusuhan  terhadap sesama muslim tidak padam ? Rasulullah SAW menyatakan yang demikian sebagai "mencukur agama", yakni terkikis agamanya. Dengan kata lain, orang tersebut tidak beragama.
Lebih tegas lagi Rasulullah SAW bersabda :
لاَ يُـؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ  ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِـنَفْسِهِ. متفق عليه
Tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian sehingga dia mencintai saudaranya seperti cinta pada dirinya sendiri. [Muttafaq 'alaih]
Oleh sebab itu puasa kita harus dapat memupuk rasa persau­daraan dan tumbuhnya kasih sayang diantara kita, serta menghilangkan kecende-rungan terhadap perpecahan dan permusuhan. Mengapa Islam begitu keras memerintah­kan kesatuan dan persatuan, dan mengapa Islam sangat mengecam dan membenci perpecahan dan permusuhan, karena kesatuan dan persatuan akan memperkuat orang-orang yang lemah dan menambah kekuatan bagi yang sudah kuat.
اَلْمُـؤْمِنُ لِلْمُـؤْمِنِ كَاْلـبُنْيَانِ يَشُدُّ بَـعْضُهُ  بَعْضًا. متفق عليه
"Orang mu'min satu dengan yang lain seperti satu bangunan yang saling kuat menguatkan". [Muttafaq 'alaih]
Kesatuan dan persatuan merupakan benteng pertahanan dari ancaman kehancuran. Sedangkan perpecahan dan permusuhan akan merusak hubungan persau­daraan (Ukhuwah Islamiyah) yang mengakibatkan lemahnya ummat Islam.
Walaupun demikian bukan berarti ummat Islam tidak boleh berbeda faham dan berselisih pendapat dalam masalah-masalah furu', karena hal itu merupakan hal yang pasti akan terjadi dan tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Dan tampaknya sudah menjadi ketetapan Allah untuk mem-beri kelonggaran bagi hamba-Nya. Yang dilarang adalah perselisihan dan perbedaan pendapat/faham yang sampai menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Perbedaan faham/pendapat sudah ada sejak zaman Nabi, para sahabat dan Imam yang empat, tetapi keutuhan ummat tetap terjaga dan kasih sayang tetap terwujud.
اَللهُ اَكْبَرُ  اَللهُ اَكْبَرُ  وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan da'wah Islam tidak mengharapkan apapun dari usahanya itu, kecuali hanya mengharapkan ridla Allah dan demi terwujudnya rasa kasih sayang dalam kekeluargaan di antara manusia. Nabi SAW sama sekali bersih dari harapan-harapan duniawi. Kita lihat betapa Nabi SAW mendapat berbagai tawaran dari tokoh-tokoh musyrikin Quraisy, yakni berupa harta, wanita, kedudukan dan lain sebagainya, agar Nabi SAW berhenti dari da'wahnya, namun semua itu ditolak oleh beliau, karena bukan itu semua target da'wahnya, melainkan terciptanya "mawaddah fil qurba" pada manusia.
Firman Allah :
قُلْ لآَ اَسْئَلـُكُمْ عَلَـيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَـوَدَّةَ فِى اْلـقُرْبى، وَ مَنْ يَّقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّـزِدْ لَه فِيْهَا حُسْنًا، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ. الشورى:23
... Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan atas kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha mensyukuri". [Asy-Syuura : 23]
Mari kita perhatikan, bagaimana orang yang hatinya sudah menerima Islam; golongan-golongan/suku-suku yang dahulunya selalu bermusuhan, bunuh-membunuh, setelah ni'mat Islam masuk dihatinya menjadi bersatu padu. Yang tadinya saling benci-membenci dan ingin saling menghan-curkan, berubah menjadi saling mengasihi dan menyayangi serta tolong menolong satu sama lain. Dalam tarikh sudah kita baca bagaimana suku Aus dan Khajraj yang semula senantiasa bermushan setelah Islam datang menjadi saling berkasih-sayang. Begitu pula antara kabilah-kabilah Arab yang lain, setelah Islam datang kepada mereka permusuhan yang ada pada mereka sebelum itu berubah menjadi persaudaraan.
Hal tersebut diungkapkan Allah dalam surat Ali 'Imran 103, yang artinya: "Dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu dengan ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah mener­angkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".
Persaudaraan yang penuh kasih-sayang atas dasar Islam antara suku Aus dan Khajraj itu menimbulkan kedengkian musuh Islam yakni Syas bin Qais sehingga (dengan bekerja sama dengan orang Yahudi) ia berusaha memecah belah mereka kembali dengan membangkit-bangkitkan permusu-han mereka di masa lampau. Ketika kejadian itu sampai kepada Rasulullah SAW beliau pun segera datang ditengah-tengah mereka dan bersabda :
يَا مَعْشَرَ اْلمُسْلِمِيْنَ!  اَللهَ!  اَللهَ!  اَبِـدَعْوَى اْلجَاهِـلِـيَّةِ وَ اَنـَا بَـيْنَ اَظْهُرِكُمْ؟ اَ بَـعْدَ اِذْ هَدَاكُمُ اللهُ اِلىَ اْلاِسْلاَمِ وَ اَكْرَمَكُمْ بِهِ وَ قَطَعَ بِهِ عَنْكُمْ اَمْرَ اْلجَاهِلِـيَّةِ وَ اسْتَنْقَذَكُمْ بِهِ مِنَ اْلكُفْرِ، وَ اَلــَّفَ بِهِ بَـيْـنَكُمْ تَرْجِعُوْنَ اِلىَ مَا كُنْـتُمْ عَلَـيْهِ كُفَّارًا؟
"Wahai kaum Muslimin ! (Takutlah kepada) Allah, (takutlah kepada) Allah ! Apakah seruan-seruan Jahiliyah (muncul lagi) sedangkan aku masih ada ditengah-tengah kalian ? Apakah setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, memuliakan kalian, menghapuskan cara jahili­yah dari kehidupan kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menjinakkan hati kalian, kalian kembali lagi kepada kekafiran ?".
Dengan teguran keras Rasulullah SAW tersebut, mereka sadar bahwa
mereka telah kena tipuan syaitan, maka mereka pun menyesali kejadian itu dan kemudian saling berangku­lan sambil menangis.
اَللهُ اَكْبَرُ  اَللهُ اَكْبَرُ،  وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Dari firman Allah dan hadits-hadits Rasulullah tersebut, kita dapat mengambil banyak pelajaran, antara lain :
1.  Islam adalah suatu keni'matan yang dianugerahkan oleh Allah kepada hamba-Nya. Dengan Islam, hati yang kasar, keras, menentang, berubah menjadi lunak, tunduk dan patuh, serta beriman.
2.  Dengan Islam Allah mengangkat derajat manusia dari kehinaan dan kesesatan kepada kemulyaan dan keselamatan.
3.  Dengan Islam berubahlah keadaan dari perpecahan dan permusuhan menjadi perdamaian dan persatuan yang disertai kasih sayang dalam kekeluargaan.
4.  Hati yang keras, kasar, suka pada perpecahan dan permusuhan adalah hati orang yang mempunyai pola hidup kekafiran dan kejahiliyahan.
Oleh karena itu marilah kita kaum Muslimin meningkatkan kewaspa­daan dari bahaya yang mengancam ukhuwah/persaudaraan kita.
1.  Waspada terhadap diri kita sendiri, jangan sampai iman kita merosot sehingga akan mengakibatkan hilangnya keseimbangan, tidak punya pendirian, dan hilangnya kepribadian sebagai seorang Muslim.
2.  Waspada terhadap ummat Islam, kita jaga ukhuwah Islamiyah dengan mantap, boleh beda pendapat, beda paham, dan beda pilihan, tetapi jangan memutus tali silaturrahim dan merusak kasih sayang antar sesa-ma muslim.
3.  Waspada terhadap usaha yang datang dari luar yang sengaja menghasut untuk merusak kesatuan dan persatuan ummat Islam dan memicu timbulnya kerusuhan, kekacauan, dan permusuhan antar ummat Islam sendiri, yang akhirnya hanya akan mengembalikan kita kepada keka-firan dan kejahiliyahan.
Tidak lama lagi kita bangsa Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi, pemilihan umum. Pada saat-saat yang demikian biasanya suhu politik menjadi hangat sehingga bisa memicu kebringasan dan kebrutalan. Ukhuwah Islamiyah menjadi pudar, hancur, dan berubah menjadi ashobiah atau fanatisme golongan yang dilarang oleh Allah SWT. Hal ini tidak dapat dicegah, kecuali hanya dengan iman dan taqwa kepada Allah. Iman dan taqwa kepada Allah dapat menjaga tetap utuhnya ukhuwah/persau-daraan kita sesama Muslim, sekalipun berbeda pilihan tanda gambar yang akan ditusuknya dalam pemilihan umum nanti.
Persaudaraan sesama Muslim tidak bisa dihalangi oleh lautan maupun daratan yang luas, suku maupun bangsa, apalagi hanya perbedaan tanda gambar.
Nabi SAW bersabda :
تَرَى اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَـوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ تَـعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ اْلجَسَدِ اْلـوَاحِدِ، اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلاَعْضَاءِ بِاْلحُمَى وَ السَّــهَرِ.
"Kamu lihat kaum Mukminin dalam berkasih sayang dan menjalin hubungan seperti satu tubuh; apabila salah satu anggota tubuh mengeluhkan rasa sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan­nya"
لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا.
"Janganlah kalian saling hasad, saling membuat makar dan saling bermusuhan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, sebagai penutup khutbah kami pada shalat hari raya 'Iedul Fithri, tanggal 1 Syawwal 1417 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 9 Februari 1997 ini, kami mengajak seluruh kaum Muslimin dan Muslimat di mana saja berada, terutama yang hadir pada kesempatan ini.
1.  Mari kita jaga, bahkan kita tingkatkan ukhuwah Islamiyah yang lebih mantap lagi, kita hindarkan hal-hal yang dapat merusak ukhuwah yang mengakibatkan perselisihan dan perpecahan.
2.  Kita sukseskan pesta demokrasi yakni pemilihan umum 1997 dengan memilih wakil-wakil rakyat yang tepat yang dapat melanjut­kan cita-cita pembangunan manusia Indonesia seutuhnya mencapai masyarakat adil makmur yang merata dan diridlai Allah SWT.
3.  Untuk itu semua marilah kita masing-masing mengendalikan diri, menjaga perbuatan dan ucapan yang dapat menimbulkan rusaknya kesatuan dan persatuan, mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban. Kita berusaha menjadi orang Islam yang baik sebagai­mana sabda Nabi SAW :
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يـَدِهِ.
     "Orang Muslim (yang sebenarnya) adalah orang yang menjadikan orang lain selamat dari gangguan ucapannya dan perbuatan­nya".
4.  Dalam pemilihan umum nanti yang menang jangan sombong, taka­bur, sapa sira sapa ingsun, kemudian merendahkan yang kalah. Sebaliknya yang kalah jangan frustrasi dan sakit hati yang bisa menimbulkan dengki dan iri hati. Harus kita sadari bahwa hal itu sesuatu yang wajar, dalam permainan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Namun cita-cita bangsa dan negara menjadi tanggungjawab bersama, baik ­yang kalah maupun yang menang dalam pemilu nanti.
Akhirnya mari kita berdo'a semoga Allah SWT menjadikan bangsa dan negara kita Republik Indonesia ini aman, tentram dan mendapat ampunan dari-Nya.
اَللّـهُمَّ اَلـِّفْ بَـيْنَ قُـلُوْبـِنَا وَ قُـلُوْبِ اْلمُـؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُـؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِـمَاتِ، اَللّـهُمَّ اَصْلِحْ ذَاتِ بَـيْنَـنَا وَ اَلـِّفْ بَـيْنَ قُـلُوْبـِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَ نَجِّنَا مِنَ الظُّـلُـمَاتِ اِلىَ الـنُّوْرِ، وَجَنِبْنَا الْـفَوَاحِشَ مَا ظَـهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَـطَنَ. رَبـَّنَا اتِـنَا فيِ الدُّنْـيَا حَسَنَةً وَّ فيِ اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِـنَا عَذَابَ الـنَّارِ. وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلـعَالَمِيْنَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...