Memerangi Musailimah Al-Kadzdzaab di ‘Aqraba,
Yamamah.
Musailimah
Al-Kadzdzaab ini dahulu pernah datang kepada Nabi SAW bersama rombongan kaum
Bani Hanifah, yang menyatakan masuk Islam. Tetapi Musailimah minta supaya
ditetapkan sebagai Nabi, menjadi Nabi bersama Nabi SAW, maka permintaan tersebut
ditolak oleh Rasulullah SAW.
Setelah mereka
kembali ke Yamamah (negeri mereka), Musailimah murtad dari keislamannya, dan dia
mengaku menjadi Nabi disamping Nabi Muhammad SAW, dan dia mulai membuat
propaganda palsu kepada kaumnya.
Musailimah berkata,
“Sesungguhnya aku
bersekutu dalam soal kenabian ini dengan Muhammad”.
Dan dia juga pernah
berkirim surat kepada Nabi SAW, surat itu berbunyi sebagai berikut
:
مِنْ
مُسَيْلِمَةَ رَسُوْلِ اللهِ اِلىَ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَاِنّى قَدْ اَشْرَكْتُ فِى اْلاَمْرِ مَعَكَ. وَ اِنَّ لَنَا نِصْفَ اْلاَمْرِ.
وَ لَيْسَ قُرَيْشٌ قَوْمًا يَعْدِلُوْنَ.
الحلبية 3: 315
Dari Musailimah
utusan Allah, kepada Muhammad utusan Allah.
Adapun sesudah itu,
sesungguhnya aku telah bersekutu dalam urusan (kenabian) denganmu. Dan
bahwasanya bagi kami separuh urusan, akan tetapi kaum Quraisy adalah kaum yang
tidak adil. [Sirah Al-Halabiyah
juz 3, hal. 315
Setelah surat itu
diterima oleh Nabi SAW, maka beliau memberi balasan pada waktu itu juga dengan
surat sebagai berikut :
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ
اْلكَذَّابِ. سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ اْلهُدَى، اَمَّا بَعْدُ: فَاِنَّ
اْلاَرْضَ ِللهِ يُوْرِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَ اْلعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِيْنَ.
الحلبية 3: 315
Dengan nama Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad
Rasulullah, kepada Musailimah Pendusta. Keselamatan semoga dilimpahkan kepada
orang yang mengikuti petunjuk yang benar. Adapun sesudah itu, sesungguhnya bumi
ini kepunyaan Allah, Dia mewariskannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya
diantara hamba-hamba-Nya. Dan akibat (kesudahan yang baik) itu bagi orang-orang
yang bertaqwa. [Sirah Al-Halabiyah
juz 3, hal. 315]
Di
dalam tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
لَمَّا
رَضِيَ الصّدّيْقُ عَنْ خَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ وَ عَذَرَهُ بِمَا اعْتَذَرَ
بِهِ، بَعَثَهُ اِلىَ قِتَالِ بَنِي حَنِيْفَةَ بِالْيَمَامَةِ، وَ اَوْعَبَ مَعَهُ
الْمُسْلِمُوْنَ، وَ عَلَى اْلاَنْصَارِ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ،
فَسَارَ لاَ يَمُرُّ بِاَحَدٍ مِنَ الْمُرْتَدّيْنَ اِلاَّ نَكَّلَ بِهِمْ، وَ
قَدْ اِجْتَازَ بِخُيُوْلٍ لاَصْحَابِ
سَجَاحَ فَشَرَّدَهُمْ وَ اَمَرَ بِاِخْرَاجِهِمْ مِنْ جَزِيْرَةِ
الْعَرَبِ.
Setelah
Abu Bakar Ash-Shiddiq memaafkan Khalid bin Walid dan menerima alasannya
(berkenaan dengan terbunuhnya Malik bin Nuwairah), kemudian beliau mengutus
Khalid bin Walid untuk memerangi Bani Hanifah di Yamamah, dengan mengerahkan
pasukan kaum muslimin. Pimpinan kaum Anshar ketika itu adalah Tsabit bin Qais
bin Syammas.
Khalid
mulai berjalan menuju Bani Hanifah, tidaklah ia melewati kaum yang murtad
melainkan pasti membuatnya jera. Ketika melewati pasukan berkuda Sajaah, Khalid
menyerbu mereka hingga mereka lari kocar-kacir dan akhirnya Khalid berhasil
mengusir mereka dari Jazirah ‘Arab.
وَ
اَرْدَفَ الصّدّيْقُ خَالِدًا بِسَرِيَّةٍ لِتَكُنْ رِدَءًا لَهُ مِنْ وَرَائِهِ وَ
قَدْ كَانَ بَعَثَ قَبْلَهُ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ عِكْرِمَةَ بْنَ اَبِي جَهْلٍ، وَ
شُرَحْبِيْلَ بْنَ حَسَنَةَ، فَلَمْ يُقَاوِمَا بَنِي حَنِيْفَةَ، لاَنَّهُمْ فِي
نَحْوِ اَرْبَعِيْنَ اَلْفًا مِنَ الْمُقَاتِلَةِ، فَعَجَّلَ عِكْرِمَةُ قَبْلَ
مَجِئِ صَاحِبِهِ شُرَحْبِيْلَ، فَنَاجَزَهُمْ فَنُكِبَ، فَانْتَظَرَ
خَالِدًا
Kemudian
Abu Bakar Ash-Shiddiq menyertakan bala bantuan di belakang Khalid untuk
menjaganya dari belakang.
Sebelumnya,
Abu Bakar telah mengutus ‘Ikrimah bin Abu Jahl dan Syurahbil bin Hasanah menuju
Musailimah. Namun keduanya tidak mampu menghadapi Bani Hanifah disebabkan jumlah
personil musuh sangat banyak, yakni
sekitar 40.000 personil. Kemudian ‘Ikrimah telah mendahului sebelum Syurahbil
datang. Kemudian Syurahbil memerangi mereka, namun juga merasa tidak mampu
mengalahkannya, lalu menunggu pasukan Khalid bin Walid.
فَلَمَّا
سَمِعَ مُسَيْلِمَةُ بِقُدُوْمِ خَالِدٍ عَسْكَرَ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ عَقْرَبَا
فِي طَرَفِ الْيَمَامَةِ وَالرّيْفُ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ، و نَدَبَ النَّاسَ
وَحَثَّهُمْ، فَحَشَدَ لَهُ اَهْلُ الْيَمَامَةِ، وَجَعَلَ عَلَى مُجَنّبَتَيْ
جَيْشِهِ الْمُحَكَّمَ بْنَ الطُّفَيْلِ، وَالرَّجَّالَ بْنَ عُنْفُوَةَ بْنِ
نَهْشَلٍ، وَكَانَ الرَّجَّالُ هذَا صَدِيْقَهُ الَّذِيْ شَهِدَ لَهُ اَنَّهُ
سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ اَنَّهُ قَدْ اُشْرِكَ مَعَهُ مُسَيْلِمَةُ بْنُ
حَبِيْبٍ فِي اْلاَمْرِ، وَ كَانَ هذَا الْمَلْعُوْنُ مِنْ اَكْبَرِ مَا اَضَلَّ
اَهْلَ الْيَمَامَةِ، حَتَّى اَتْبَعُوْا مُسَيْلِمَةَ، لَعَنَهُمَا اللهُ، وَقَدْ
كَانَ الرَّجَّالُ هذَا قَدْ وَفَدَ اِلىَ النَّبِيّ ص وَ قَرَأَ الْبَقَرَةَ،
وَجَاءَ زَمَنُ الرّدَّةِ اِلىَ اَبِي بَكْرٍ فَبَعَثَهُ اِلىَ اَهْلِ الْيَمَامَةِ
يَدْعُوْهُمْ اِلىَ اللهِ وَ يُثَبّتُهُمْ عَلَى اْلاِسْلاَمِ، فَارْتَدَّ مَعَ
مُسَيْلِمَةَ وَ شَهِدَ لَهُ بِالنُّبُوَّةِ.
Setelah
Musailimah mendengar kedatangan Khalid dan telah menempatkan pasukannya di suatu
tempat yang bernama ‘Aqraba di ujung bumi Yamamah, sedangkan perkampungan tepat
di arah punggung mereka, Musailimah lalu membangkitkan semangat fanatisme
kesukuan pasukannya, sehingga bangkitlah fanatisme penduduk Yamamah memenuhi
ajakannya.
Musailimah
menempatkan pada kedua sayap pasukannya masing-masing Al-Muhakkam bin Thufail
dan Ar-Rajjal bin ‘Unfuwah bin Nahsyal. Sebelumnya Ar-Rajjal adalah shahabat
Musailimah yang pernah bersaksi bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW
menyatakan bahwa Musailimah bin Habib telah mendapatkan wahyu seperti Nabi.
Akibat kesaksian palsunya itu orang terla’nat ini memiliki andil besar dalam
menyesatkan penduduk Yamamah, sehingga penduduk Yamamah mengikuti Musailimah,
semoga Allah mela’nat keduanya. Bahkan Ar-Rajjal pernah datang menghadap
Rasulullah SAW dan sempat membaca surat Al-Baqarah.
Pada
waktu terjadi pemurtadan besar-besaran, Abu Bakar mengutusnya kepada penduduk
Yamamah untuk berda’wah menyeru mereka kepada Allah agar mereka tetap setia pada
Islam, namun akhirnya Rajjal ikut murtad bersama Musailimah dan bersaksi bahwa
Musailimah adalah Nabi.
وَ
قَرُبَ خَالِدٌ وَ قَدْ جَعَلَ عَلَى الْمُقَدّمَةِ شُرَحْبِيْلَ بْنَ حَسَنَةَ، وَ
عَلَى الْمُجَنّبَتَيْنِ زَيْدًا وَ اَبَا حُذَيْفَةَ، وَ قَدْ مَرَّتِ
الْمُقَدّمَةُ فِي اللَّيْلِ بِنَحْوٍ مِنْ اَرْبَعِيْنَ، وَ قِيْلَ سِتّيْنَ
فَارِسًا، عَلَيْهِمْ مَجَّاعَةُ بْنُ مُرَارَةَ، وَكَانَ قَدْ ذَهَبَ لاَخْذِ
ثَأْرٍ لَهُ فِي بَنِي تَمِيْمٍ وَ بَنِي عَامِرٍ وَ هُوَ رَاجِعٌ اِلىَ قَوْمِهِ
فَاَخَذُوْهُمْ. فَلَمَّا جِيْءَ بِهِمْ اِلىَ خَالِدٍ عَنْ آخِرِهِمْ
فَاعْتَذَرُوْا اِلَيْهِ فَلَمْ يُصَدّقْهُمْ، وَ اَمَرَ بِضَرْبِ اَعْنَاقِهِمْ
كُلّهِمْ، سِوَى مَجَّاعَةَ فَاِنَّهُ اسْتَبْقَاهُ مُقَيّدًا عِنْدَهُ (لِعِلْمِهِ
بِالْحَرْبِ وَ الْمَكِيْدَةِ) وَ كَانَ سَيّدًا فِي بَنِي حَنِيْفَةَ شَرِيْفًا
مُطَاعًا
Pasukan
Khalid telah dekat, formasi pasukannya, di depan dipimpin Syurahbil bin Hasanah,
sementara di sayap kiri dan sayap kanan adalah Zaid bin Khaththab dan Abu
Hudzaifah. Dan pasukan Islam yang terdepan telah mendahului bertemu musuh yang
berjumlah sebanyak 40 orang penunggang kuda (ada yang mengatakan 60 orang) di
malam hari di bawah pimpinan Majja’ah bin Murarah. Waktu itu ia berangkat untuk
membalas dendam terhadap Bani Tamim dan Bani ‘Amir, kemudian ketika kembali
kepada kaumnya, ia dan teman-temannya ditangkap oleh pasukan kaum muslimin dan
dibawa kepada Khalid. Mereka seluruhnya minta pengampunan kepada Khalid, namun
Khalid tidak percaya, bahkan memerintahkan agar seluruhnya dibunuh kecuali
Majja’ah, ia dibiarkan hidup dalam keadaan terikat di dekat Khalid, karena
keahliannya dalam siasat perang, dan ia merupakan pemimpin yang dimuliakan dan
dipatuhi oleh kaumnya Bani Hanifah.
وَ
يُقَالُ: اِنَّ خَالِدًا لَمَّا عُرِضُوْا عَلَيْهِ قَالَ لَهُمْ: مَاذَا
تَقُوْلُوْنَ يَا بَنِي حَنِيْفَةَ ؟ قَالُوْا: نَقُوْلُ مِنَّا نَبِيٌّ وَ
مِنْكُمْ نَبِيٌّ، فَقَتَلَهُمْ اِلاَّ وَاحِدًا اِسْمُهُ سَارِيَةُ، فَقَالَ لَهُ:
اَيُّهَا الرَّجُلُ اِنْ كُنْتَ تُرِيْدُ عَدًا بِعُدُوْلِ هذَا خَيْرًا اَوْ
شَرًّا فَاسْتَبْقِ هذَا الرَّجَلَ (يَعْنِي مَجَّاعَةَ بْنَ مُرَارَةَ)
فاسْتَبْقَاهُ خَالِدٌ مُقَيّدًا، وَ جَعَلَهُ فِي الْخَيْمَةِ مَعَ امْرَأَتِهِ،
وَ قَالَ: اِسْتَوْصِيْ بِهِ خَيْرًا
Ada
yang mengatakan bahwa ketika mereka dihadapkan kepada Khalid, Khalid bertanya
kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian wahai Bani Hanifah ?”. Mereka serentak
menjawab, “Dari kami seorang Nabi dan dari kalian seorang Nabi
pula”.
Khalid
lalu membunuh mereka semuanya kecuali seorang yang bernama Sariyah. Sariyah lalu
berkata kepada Khalid, “Wahai orang laki-laki, jika anda ingin berperang,
bagaimanapun kondisi yang anda temui besok, baik ataupun buruk, namun biarkanlah
satu orang ini hidup”. (Yaitu Majja’ah bin Murarah). Oleh karena itulah Khalid
membiarkannya hidup dalam keadaan terikat. Khalid menempatkannya di dalam tenda
dengan istrinya Khalid. Dan Khalid berpesan kepada istrinya, “Berbuat baiklah
kepadanya”.
فَلَمَّا
تَوَاجَهَ الْجَيْشَانِ قَالَ مُسَيْلِمَةُ لِقَوْمِهِ: اَلْيَوْمَ يَوْمُ
الْغَيْرَةِ، اَلْيَوْمَ اِنْ هُزِمْتُمْ تُسْتَنْكَحُ النّسَاءُ سَبَيَاتٍ، وَ
يُنْكَحْنَ غَيْرَ حَظَيَاتٍ، فَقَاتِلُوْا عَلَى اَحْسَابِكُمْ وَ امْنَعُوْا نِسَاءَكُمْ،
Ketika
kedua pasukan bertemu, Musailimah berseru kepada kaumnya, Hari ini adalah hari
semangat kecemburuan dan penentuan. Hari ini jika kalian kalah, maka istri-istri
kalian akan dinikahi orang lain dan ditawan, atau mereka akan dinikahi dengan
paksa. Oleh karena itu berperanglah kalian untuk mempertahankan harga diri dan
kaum wanita kalian”.
وَ
تَقَدَّمَ الْمُسْلِمُوْنَ حَتَّى نَزَلَ بِهِمْ خَالِدٌ عَلَى كَثِيْبٍ يُشْرِفُ
عَلَى الْيَمَامَةِ، فَضَرَبَ بِهِ عَسْكَرَهُ، وَ رَايَةُ الْمُهَاجِرِيْنَ مَعَ
سَالِمٍ مَوْلىَ اَبِي حُذَيْفَةَ، وَ رَايَةُ اْلاَنْصَارِ مَعَ ثَابِتِ بْنِ
قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، وَ الْعَرَبُ عَلَى رَايَاتِهَا، وَ مَجَّاعَةُ بْنُ
مُرَارَةَ مُقَيّدٌ فِي الْخَيْمَةِ مَعَ اُمّ تَمِيْمٍ اِمْرَأَةِ
خَالِدٍ،
Adapun
kaum muslimin, mereka telah maju dan Khalid bersama pasukannya membuat
pertahanan di tempat yang tinggi di perbatasan Yamamah. Di sana Khalid telah
mendirikan tenda-tenda. Panji kaum Muhajirin dipegang oleh Salim Maula Abu
Hudzaifah dan panji Anshar dipegang oleh Tsabit bin Qais bin Syammas.
Orang-orang ‘Arab yang lain juga membawa panji mereka masing-masing, sementara
Majja’ah terikat di dalam tenda, di dalam tenda ia bersama Ummu Tamim (istri
Khalid).
فَاصْطَدَمَ
الْمُسْلِمُوْنَ وَ الْكُفَّارُ فَكَانَتْ جَوْلَةٌ وَ انْهَزَمَتِ اْلاَعْرَابُ
حَتَّى دَخَلَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ خَيْمَةَ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيْدِ وَ هَمُّوْا
بِقَتْلِ اُمّ تَمِيْمٍ، حَتَّى اَجَارَهَا مَجَّاعَةُ وَ قَالَ: نِعْمَتِ
الْحُرَّةُ هذِهِ، وَ قَدْ قُتِلَ الرَّجَّالُ بْنُ عُنْفُوَةَ لَعَنَهُ اللهُ فِي
هذِهِ الْجَوْلَةِ، قَتَلَهُ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ
Pertempuran
antara kaum muslimin dan orang-orang kafir mulai berkobar, serangan silih
berganti, namun tiba-tiba terjadi serangan balik oleh pasukan Musailimah. Kaum
muslimin mulai terdesak, hingga Bani Hanifah berhasil memasuki tenda Khalid bin
Walid dan hampir membunuh Ummu Tamim, seandainya tidak dilindungi oleh Majja’ah
dengan mengatakan, “Sesungguhnya wanita merdeka ini sangat baik dan
mulia”.
Pada
waktu terjadi serangan balik inilah Ar-Rajjal bin ‘Unfuwah tewas terbunuh,
semoga Allah mela’natnya, ia dibunuh oleh Zaid bin Khaththab. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz
6,
hal. 716]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar