5/17/2015

Para Ketua Yahudi Hendak Memperdayakan Nabi SAW.

 Para Ketua Yahudi Hendak Memperdayakan Nabi SAW.

Para ketua dan pemimpin kaum Yahudi di Madinah, dikala itu bukan saja berusaha hendak memecah belah dan memperdayakan kaum muslimin supaya meninggalkan Islam, tetapi mereka juga memperdaya Nabi SAW.
Diriwayatkan, bahwa sebagian dari ketua-ketua dan pemimpin-pemimpin Yahudi, antara lain Ka'ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shuriya, dan Sya's bin Qais mengadakan musyawarah untuk memperdayakan Nabi SAW. Dalam permusyawaratan itu mereka memutuskan akan pergi bersama-sama kepada Nabi SAW. Kata mereka :
اِذْهَبُوْا بِنَا اِلَى مُحَمَّدٍ لَعَلَّنَا نَفْتِنُهُ عَنْ دِيْنِهِ فَاِنَّمَا هُوَ بَشَرٌ.
Marilah kita pergi bersama-sama kepada Muhammad, barangkali kita dapat memperdayakannya dari agamanya, karena ia juga seorang manusia biasa.

Kemudian pada waktu yang telah ditentukan, mereka berangkat bersama-sama untuk menjumpai Nabi SAW. Setelah mereka ada di hadapan beliau, lalu berkata :
يَا مُحَمَّدُ، اِنَّكَ قَدْ عَرَفْتَ اَنَّا اَحْبَارُ يَهُوْدَ وَ اَشْرَافُهُمْ وَ سَادَتُهُمْ، وَ اَنَّا اِنِ اتَّبَعْنَاكَ اِتَّبَعَتْكَ يَهُوْدُ وَ لَمْ يُخَالِفُوْنَا، وَ اَنَّ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ بَعْضِ قَوْمِنَا حُصُوْمَةً اَفَنُحَاكِمُهُمْ اِلَيْكَ فَتَقْضِى لَنَا عَلَيْهِمْ، وَ نُؤْمِنُ بِكَ وَ نُصَدِّقُكَ.
"Ya Muhammad, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami adalah pendeta-pendeta dan bangsawan-bangsawan dan pemimpin-pemimpin kaum Yahudi. Jika kami mengikuti kamu, tentu orang-orang Yahudi pun akan mengikuti kamu, dan mereka tidak akan berani menyalahi kami. Sesungguhnya diantara kami dan kaum kami sedang ada perselisihan. Dan kami akan menyerahkan urusan itu kepadamu, lalu kamulah yang memutuskan urusan itu kepada kami. Tetapi kami meminta supaya kamu memenangkan kami, dan jika kamu mau tentu kami akan percaya kepadamu dan membenarkanmu".
Demikianlah perkataan mereka kepada Nabi SAW. Tetapi beliau di kala itu menolak permintaan mereka itu, karena beliau mengerti bahwa tawaran mereka yang demikian itu hanya tipu daya saja, satu tawaran yang sengaja dibuat untuk memperdaya beliau, agar meninggalkan hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah kepada beliau. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
وَ اَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ لاَ تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَفْتِنُوْكَ عَنْ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللهُ اِلَيْكَ، فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ اَنْ يُصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ، وَ اِنَّ كَثِيْرًا مّنَ النَّاسِ لَفسِقُوْنَ. اَفَحُكْمَ اْلجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَ، وَ مَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوْقِنُوْنَ. المائدة:49-50
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasiq. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yaqin ?. [QS. Al-Maidah : 49-50]
Dengan firman Allah tersebut, putuslah harapan para ketua dan pemuka kaum Yahudi untuk memperdayakan dan membelokkan Nabi SAW dari hukum-hukum Allah yang diturunkan kepada beliau.
 Sebagian dari Ketua Yahudi Hendak Membinasakan Nabi SAW
Diriwayatkan, bahwa pada suatu waktu salah seorang shahabat Nabi SAW bernama 'Amr bin Umayyah Adl-Dlamriy membunuh doa orang Yahudi dari Banu Sulaim, dengan tidak disengaja. 'Amr membunuh dua orang tadi di tengah jalan, dan dia tidak mengetahui bahwa kedua orang itu dari kaum Yahudi yang dikala itu masih ada ikatan perjanjian keamanan dari Nabi SAW. Kemudian golongan orang Yahudi yang terbunuh itu mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi SAW dan mengajukan permintaan diyatnya (tebusannya).
Oleh karena Nabi SAW pernah mengadakan perjanjian pershahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi, yang antara lain harus tolong-menolong atau bantu-membantu dalam kesusahan dan kesulitan, maka beliaupun pergi ke kampung Yahudi Banu Nadlir. Kepergian beliau diantar oleh sebagian para shahabatnya, antara lain Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali, dan kepergian beliau itu untuk meminta bantuan guna membayar diyat orang yang terbunuh tersebut, sebagaimana bunyi perjanjian mereka.
Ketika Nabi SAW menemui sebagian dari ketua-ketua kaum Yahudi Banu Nadlir dan menyatakan tujuan kedatangan beliau kepada mereka, maka mereka itupun menunjukkan kebaikan dan keramahannya, dan menyatakan persetujuannya, yang seolah-olah mereka bersedia dan suka membantu kepada Nabi SAW. Maka Nabi SAW dipersilakan duduk untuk menunggu mereka, karena mereka mengatakan akan mengumpulkan bantuan itu.
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa diantara mereka ada yang mengatakan, "Bahkan ya Abal Qasim, sudah lama kita tidak bertemu dan baru sekarang ini engkau datang meminta pertolongan kepada kami. Duduklah engkau sejenak, karena kami ingin menjamu engkau terlebih dulu, dan sehabis makan nanti kami akan memberikan pertolongan dan permintaanmu".
Tetapi mereka berlaku yang demikian itu dengan mengandung maksud tertentu, yaitu mencari kesempatan untuk membinasakan beliau.
Huyaiyyi bin Akhthab, seorang ketua Yahudi Banu Nadlir yang terkenal amat memusuhi Nabi SAW ketika itu telah berkata kepada beberapa orang dari kaumnya, bahwa mereka supaya mengambil batu besar dan supaya dijatuhkan dari atas tepat mengenai kepala Nabi SAW yang sedang duduk. Maka Nabi SAW ketika itu dipersilakan duduk dan dijamu sambil diajak bicara bermacam-macam soal. Mereka melakukan demikian itu sebagai tipu muslihat supaya mereka sempat mengambil dan mengangkat sebuah batu besar ke atas rumah.
Tetapi maksud mereka yang sejahat itu diketahui oleh Allah, maka Allah memberitahu kepada Nabi SAW sebelum mereka sempat melakukan kehendaknya yang sangat jahat itu. Dan Nabi SAW seketika itu keluar dan meninggalkan tempat itu dengan tidak berkata sepatah katapun kepada mereka, dan pulang dengan diikuti oleh para shahabat yang mengantar beliau.
Dengan demikian, maka maksud mereka yang sejahat itu telah gagal.
Sehubungan dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ اِذْ هَمَّ قَوْمٌ اَنْ يَبْسُطُوْا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَ اتَّقُوا اللهَ، وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ. المائدة:11
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, diwaktu suatu kaum bermaksud memggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal. [Al-Maidah : 11]
Sikap Kaum Yahudi dalam Menyembunyikan Kebenaran.
Diriwayatkan, bahwa Mu'adz bin Jabal, Sa'ad bin Mu'adz dan Kharijah bin Zaid pernah bertanya kepada segolongan pendeta-pendeta Yahudi tentang sebagian apa yang terkandung dalam Taurat, tetapi mereka menyembunyikannya dan enggan memberitahukannya kepada para shahabat Nabi itu.
Memang para ketua Yahudi pada umumnya telah mengingkari tentang keadaan Nabi-nabi mereka yang mengkhabarkan dan menggembirakan akan datangnya Nabi Muhammad SAW dan kerasulannya. Mereka biasa mengatakan bahwa nabi-nabi mereka ada mengkhabarkan sebagiannya akan kedatangan sebagian yang lain, sedang dalam urusan itu mereka tidak pernah memberikan khabar, bahwa akan ada seorang Nabi yang akan diutus dari golongan bangsa Arab, dari keturunan Isma'il. Maka sehubungan dengan sikap pendeta Yahudi itu, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنَاتِ وَ اْلهُدى مِنْ بَعْدِ مَا بَيّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِى اْلكِتبِ، اُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّعِنُوْنَ. البقرة:159
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yangjelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluq) yang dapat melaknati. [QS. Al-Baqarah : 159]
Dan diriwayatkan pula, bahwa para ketua dan para ulama kaum Yahudi pada umumnya pada waktu itu biasa mendapat hadiah atau pemberian yang berupa bahan makanan dan sebagainya dari kaum pengikut mereka, dan selama itu pula mereka senantiasa mengharap-harap agar supaya lekas dibangkitkan seorang Nabi akhir zaman. Dalam sangkaan mereka dikala itu bahwa Nabi akhir zaman yang akan dibangkitkan itu adalah dari keturunan Israil juga, karena begitulah kebiasaan dari kebanyakan para Nabi. Maka tatkala Nabi Muhammad SAW telah dibangkitkan, yangmana beliau bukan dari keturunan Israil sebagaimana yang telah lama mereka sangka, maka mereka khawatir akan kehilangan hadiah atau pemberian yang biasa diterima dari para pengikut mereka, dan takut pula akan kemerosotan kedudukan mereka selaku ketua dan ulama Yahudi yang telah biasa dihormati oleh kebanyakan orang yang ada di dalam lingkungan masyarakat mereka. Oleh sebab itu dan lain-lain sebab lagi, maka mereka berani menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dan keterangan-keterangan akan datangnya beliau itu.
Sehubungan dengan adanya peristiwa yang sedemikian itu, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi SAW :
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ اْلكِتبِ وَ يَشْتَرُوْنَ بِه ثَمَنًا قَلِيْلاً اُولئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلاَّ النَّارَ وَ لاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ لاَ يُزَكّيْهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ. البقرة:174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari qiyamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. [QS. Al-Baqarah : 174]
Demikianlah cara dan sikap kaum Yahudi dalam menyembunyikan kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa yang sebenarnya telah mereka ketahui.
6. Penolakan Kaum Yahudi Terhadap Kenabian Nabi Muhammad SAW
Kaum Yahudi di masa sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, terutama dari mereka yang diam di kota Madinah, mereka selalu terdesak oleh kaum kafir penyembah berhala. Meskipun telah berbagai propaganda yang dipergunakan oleh mereka untuk menerangkan kepada kaum musyrikin Arab terutama yang dari golongan Aus dan Khazraj, antara lain mereka menerangkan bahwa tidak beberapa lama lagi Allah akan membangkitkan seorang utusan-Nya, namun mereka itu tetap terdesak dan dikalahkan oleh kaum Arab penyembah berhala, dan mereka selalu mendapat bantahan keras, sehingga karenanya diantara ketua-ketua dan pendeta-pendeta mereka di kala itu mengatakan bahwa seorang Nabi yang akan dibangkitkan oleh Allah itu nanti yang akan memberikan bantuan kepada kaum Yahudi untuk membasmi pemeluk agama penyembah berhala dari muka bumi ini, dan Nabi itulah kelak yang akan menguatkan agama Nabi Musa.
Maka dengan adanya peristiwa tersebut, tatkala Nabi Muhammad SAW telah dibangkitkan, banyak dari kaum Arab Aus dan Khazraj yang mengikut Islam. Tetapi kaum Yahudi pada umumnya tidak mau beriman kepada beliau, bahkan mengkafirinya. Dan dikala ada shahabat Nabi SAW memberikan peringatan dan berkata kepada mereka :
يَا مَعْشَرَ يَهُوْدَ، اِتَّقُوا اللهَ وَ اَسْلِمُوْا فَقَدْ كُنْتُمْ تَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَيْنَا بِمُحَمَّدٍ وَ نَحْنُ اَهْلُ شِرْكٍ، وَ تُخْبِرُوْنَنَا اَنَّهُ مَبْعُوْثٌ، وَ تَصِفُوْنَهُ لَنَا بِصِفَتِهِ.
"Wahai golongan Yahudi, takutlah kamu kepada Allah dan Islamlah kamu. Pada waktu dulu kamu mengharapkan kemenangan atas kami dengan mengharapkan kedatangan Nabi Muhammad, sedangkan pada waktu itu kami masih orang-orang musyrik. Dan kamu memberitahukan kepada kami bahwa Nabi itu akan segera dibangkitkan dan kamu juga menerangkan shifat-shifatnya kepada kami.
Sallam bin Misykam, seorang pendeta Yahudi setelah mendengar perkataan yang sedemikian itu lalu menyahut dengan congkak :
مَا جَاءَنَا بِشَيْءٍ نَعْرِفُهُ وَ مَا هُوَ بِالَّذِيْ كُنَّا نَذْكُرُهُ لَكُمْ.
Dia tidak datang dengan sifat-sifat yang kami kenal, dan bukan itu yang pernah kami sebutkan kepada kamu dahulu".
Sehubungan dengan peristiwa itu maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
وَ لَمَّا جَآءَهُمْ كِتبٌ مّنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدّقٌ لّمَا مَعَهُمْ وَ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا، فَلَمَّا جَآءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِه، فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى اْلكفِرِيْنَ. البقرة:89
Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah lah atas orang-orang yang ingkar itu. [QS. Al-Baqarah : 89]

Demikianlah, kaum Yahudi mengkafiri kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya telah lama merekakenal itu, lantara kedengkian mereka, atau lantaran mereka khawatir hilang pengaruh kebesaran dan kependetaan mereka dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...