Para Ketua Yahudi Hendak Memperdayakan Nabi SAW.
Para
ketua dan pemimpin kaum Yahudi di Madinah, dikala itu bukan saja berusaha hendak
memecah belah dan memperdayakan kaum muslimin supaya meninggalkan Islam, tetapi
mereka juga memperdaya Nabi SAW.
Diriwayatkan,
bahwa sebagian dari ketua-ketua dan pemimpin-pemimpin Yahudi, antara lain Ka'ab
bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shuriya, dan Sya's bin Qais mengadakan
musyawarah untuk memperdayakan Nabi SAW. Dalam permusyawaratan itu mereka
memutuskan akan pergi bersama-sama kepada Nabi SAW. Kata mereka
:
اِذْهَبُوْا بِنَا اِلَى مُحَمَّدٍ لَعَلَّنَا نَفْتِنُهُ عَنْ دِيْنِهِ
فَاِنَّمَا هُوَ بَشَرٌ.
Marilah
kita pergi bersama-sama kepada Muhammad, barangkali kita dapat memperdayakannya
dari agamanya, karena ia juga seorang manusia biasa.
Kemudian
pada waktu yang telah ditentukan, mereka berangkat bersama-sama untuk menjumpai
Nabi SAW. Setelah mereka ada di hadapan beliau, lalu berkata
:
يَا مُحَمَّدُ، اِنَّكَ قَدْ عَرَفْتَ اَنَّا اَحْبَارُ يَهُوْدَ وَ
اَشْرَافُهُمْ وَ سَادَتُهُمْ، وَ اَنَّا اِنِ اتَّبَعْنَاكَ اِتَّبَعَتْكَ
يَهُوْدُ وَ لَمْ يُخَالِفُوْنَا، وَ اَنَّ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ بَعْضِ قَوْمِنَا
حُصُوْمَةً اَفَنُحَاكِمُهُمْ اِلَيْكَ فَتَقْضِى لَنَا عَلَيْهِمْ، وَ نُؤْمِنُ
بِكَ وَ نُصَدِّقُكَ.
"Ya
Muhammad, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami adalah pendeta-pendeta
dan bangsawan-bangsawan dan pemimpin-pemimpin kaum Yahudi. Jika kami mengikuti
kamu, tentu orang-orang Yahudi pun akan mengikuti kamu, dan mereka tidak akan
berani menyalahi kami. Sesungguhnya diantara kami dan kaum kami sedang ada
perselisihan. Dan kami akan menyerahkan urusan itu kepadamu, lalu kamulah yang
memutuskan urusan itu kepada kami. Tetapi kami meminta supaya kamu memenangkan
kami, dan jika kamu mau tentu kami akan percaya kepadamu dan
membenarkanmu".
Demikianlah
perkataan mereka kepada Nabi SAW. Tetapi beliau di kala itu menolak permintaan
mereka itu, karena beliau mengerti bahwa tawaran mereka yang demikian itu hanya
tipu daya saja, satu tawaran yang sengaja dibuat untuk memperdaya beliau, agar
meninggalkan hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah kepada beliau. Kemudian
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
وَ اَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ لاَ تَتَّبِعْ
اَهْوَآءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَفْتِنُوْكَ عَنْ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللهُ
اِلَيْكَ، فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ اَنْ يُصِيْبَهُمْ
بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ، وَ اِنَّ كَثِيْرًا مّنَ النَّاسِ لَفسِقُوْنَ. اَفَحُكْمَ
اْلجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَ، وَ مَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ
يُوْقِنُوْنَ. المائدة:49-50
Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasiq. Apakah hukum jahiliyah yang
mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah
bagi orang-orang yang yaqin ?.
[QS. Al-Maidah : 49-50]
Dengan
firman Allah tersebut, putuslah harapan para ketua dan pemuka kaum Yahudi untuk
memperdayakan dan membelokkan Nabi SAW dari hukum-hukum Allah yang diturunkan
kepada beliau.
Sebagian dari Ketua Yahudi Hendak Membinasakan Nabi SAW
Diriwayatkan,
bahwa pada suatu waktu salah seorang shahabat Nabi SAW bernama 'Amr bin Umayyah
Adl-Dlamriy membunuh doa orang Yahudi dari Banu Sulaim, dengan tidak disengaja.
'Amr membunuh dua orang tadi di tengah jalan, dan dia tidak mengetahui bahwa
kedua orang itu dari kaum Yahudi yang dikala itu masih ada ikatan perjanjian
keamanan dari Nabi SAW. Kemudian golongan orang Yahudi yang terbunuh itu
mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi SAW dan mengajukan permintaan diyatnya
(tebusannya).
Oleh
karena Nabi SAW pernah mengadakan perjanjian pershahabatan dan perdamaian dengan
kaum Yahudi, yang antara lain harus tolong-menolong atau bantu-membantu dalam
kesusahan dan kesulitan, maka beliaupun pergi ke kampung Yahudi Banu Nadlir.
Kepergian beliau diantar oleh sebagian para shahabatnya, antara lain Abu Bakar,
'Umar, 'Utsman dan 'Ali, dan kepergian beliau itu untuk meminta bantuan guna
membayar diyat orang yang terbunuh tersebut, sebagaimana bunyi perjanjian
mereka.
Ketika
Nabi SAW menemui sebagian dari ketua-ketua kaum Yahudi Banu Nadlir dan
menyatakan tujuan kedatangan beliau kepada mereka, maka mereka itupun
menunjukkan kebaikan dan keramahannya, dan menyatakan persetujuannya, yang
seolah-olah mereka bersedia dan suka membantu kepada Nabi SAW. Maka Nabi SAW
dipersilakan duduk untuk menunggu mereka, karena mereka mengatakan akan
mengumpulkan bantuan itu.
Dalam
satu riwayat dikatakan bahwa diantara mereka ada yang mengatakan, "Bahkan ya
Abal Qasim, sudah lama kita tidak bertemu dan baru sekarang ini engkau datang
meminta pertolongan kepada kami. Duduklah engkau sejenak, karena kami ingin
menjamu engkau terlebih dulu, dan sehabis makan nanti kami akan memberikan
pertolongan dan permintaanmu".
Tetapi
mereka berlaku yang demikian itu dengan mengandung maksud tertentu, yaitu
mencari kesempatan untuk membinasakan beliau.
Huyaiyyi
bin Akhthab, seorang ketua Yahudi Banu Nadlir yang terkenal amat memusuhi Nabi
SAW ketika itu telah berkata kepada beberapa orang dari kaumnya, bahwa mereka
supaya mengambil batu besar dan supaya dijatuhkan dari atas tepat mengenai
kepala Nabi SAW yang sedang duduk. Maka Nabi SAW ketika itu dipersilakan duduk
dan dijamu sambil diajak bicara bermacam-macam soal. Mereka melakukan demikian
itu sebagai tipu muslihat supaya mereka sempat mengambil dan mengangkat sebuah
batu besar ke atas rumah.
Tetapi
maksud mereka yang sejahat itu diketahui oleh Allah, maka Allah memberitahu
kepada Nabi SAW sebelum mereka sempat melakukan kehendaknya yang sangat jahat
itu. Dan Nabi SAW seketika itu keluar dan meninggalkan tempat itu dengan tidak
berkata sepatah katapun kepada mereka, dan pulang dengan diikuti oleh para
shahabat yang mengantar beliau.
Dengan
demikian, maka maksud mereka yang sejahat itu telah gagal.
Sehubungan
dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW
:
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ
اِذْ هَمَّ قَوْمٌ اَنْ يَبْسُطُوْا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ
عَنْكُمْ وَ اتَّقُوا اللهَ، وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ.
المائدة:11
Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya)
kepadamu, diwaktu suatu kaum bermaksud memggerakkan tangannya kepadamu (untuk
berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertaqwalah
kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus
bertawakkal.
[Al-Maidah : 11]
Sikap Kaum Yahudi dalam Menyembunyikan
Kebenaran.
Diriwayatkan,
bahwa Mu'adz bin Jabal, Sa'ad bin Mu'adz dan Kharijah bin Zaid pernah bertanya
kepada segolongan pendeta-pendeta Yahudi tentang sebagian apa yang terkandung
dalam Taurat, tetapi mereka menyembunyikannya dan enggan memberitahukannya
kepada para shahabat Nabi itu.
Memang
para ketua Yahudi pada umumnya telah mengingkari tentang keadaan Nabi-nabi
mereka yang mengkhabarkan dan menggembirakan akan datangnya Nabi Muhammad SAW
dan kerasulannya. Mereka biasa mengatakan bahwa nabi-nabi mereka ada
mengkhabarkan sebagiannya akan kedatangan sebagian yang lain, sedang dalam
urusan itu mereka tidak pernah memberikan khabar, bahwa akan ada seorang Nabi
yang akan diutus dari golongan bangsa Arab, dari keturunan Isma'il. Maka
sehubungan dengan sikap pendeta Yahudi itu, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi
SAW :
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنَاتِ وَ
اْلهُدى مِنْ بَعْدِ مَا بَيّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِى اْلكِتبِ، اُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ
اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّعِنُوْنَ. البقرة:159
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yangjelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)
oleh semua (makhluq) yang dapat melaknati.
[QS. Al-Baqarah : 159]
Dan
diriwayatkan pula, bahwa para ketua dan para ulama kaum Yahudi pada umumnya pada
waktu itu biasa mendapat hadiah atau pemberian yang berupa bahan makanan dan
sebagainya dari kaum pengikut mereka, dan selama itu pula mereka senantiasa
mengharap-harap agar supaya lekas dibangkitkan seorang Nabi akhir zaman. Dalam
sangkaan mereka dikala itu bahwa Nabi akhir zaman yang akan dibangkitkan itu
adalah dari keturunan Israil juga, karena begitulah kebiasaan dari kebanyakan
para Nabi. Maka tatkala Nabi Muhammad SAW telah dibangkitkan, yangmana beliau
bukan dari keturunan Israil sebagaimana yang telah lama mereka sangka, maka
mereka khawatir akan kehilangan hadiah atau pemberian yang biasa diterima dari
para pengikut mereka, dan takut pula akan kemerosotan kedudukan mereka selaku
ketua dan ulama Yahudi yang telah biasa dihormati oleh kebanyakan orang yang ada
di dalam lingkungan masyarakat mereka. Oleh sebab itu dan lain-lain sebab lagi,
maka mereka berani menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dan
keterangan-keterangan akan datangnya beliau itu.
Sehubungan
dengan adanya peristiwa yang sedemikian itu, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada
Nabi SAW :
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ اْلكِتبِ وَ
يَشْتَرُوْنَ بِه ثَمَنًا قَلِيْلاً اُولئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ
اِلاَّ النَّارَ وَ لاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ لاَ
يُزَكّيْهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ. البقرة:174
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab
dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak
memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan
berbicara kepada mereka pada hari qiyamat dan tidak akan mensucikan mereka dan
bagi mereka siksa yang amat pedih.
[QS. Al-Baqarah : 174]
Demikianlah
cara dan sikap kaum Yahudi dalam menyembunyikan kebenaran yang telah diturunkan
oleh Allah kepada Nabi Musa yang sebenarnya telah mereka
ketahui.
6.
Penolakan Kaum Yahudi Terhadap Kenabian Nabi Muhammad SAW
Kaum
Yahudi di masa sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, terutama dari mereka yang diam
di kota Madinah, mereka selalu terdesak oleh kaum kafir penyembah berhala.
Meskipun telah berbagai propaganda yang dipergunakan oleh mereka untuk
menerangkan kepada kaum musyrikin Arab terutama yang dari golongan Aus dan
Khazraj, antara lain mereka menerangkan bahwa tidak beberapa lama lagi Allah
akan membangkitkan seorang utusan-Nya, namun mereka itu tetap terdesak dan
dikalahkan oleh kaum Arab penyembah berhala, dan mereka selalu mendapat bantahan
keras, sehingga karenanya diantara ketua-ketua dan pendeta-pendeta mereka di
kala itu mengatakan bahwa seorang Nabi yang akan dibangkitkan oleh Allah itu
nanti yang akan memberikan bantuan kepada kaum Yahudi untuk membasmi pemeluk
agama penyembah berhala dari muka bumi ini, dan Nabi itulah kelak yang akan
menguatkan agama Nabi Musa.
Maka
dengan adanya peristiwa tersebut, tatkala Nabi Muhammad SAW telah dibangkitkan,
banyak dari kaum Arab Aus dan Khazraj yang mengikut Islam. Tetapi kaum Yahudi
pada umumnya tidak mau beriman kepada beliau, bahkan mengkafirinya. Dan dikala
ada shahabat Nabi SAW memberikan peringatan dan berkata kepada mereka
:
يَا مَعْشَرَ يَهُوْدَ، اِتَّقُوا اللهَ وَ اَسْلِمُوْا فَقَدْ كُنْتُمْ
تَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَيْنَا بِمُحَمَّدٍ وَ نَحْنُ اَهْلُ شِرْكٍ، وَ
تُخْبِرُوْنَنَا اَنَّهُ مَبْعُوْثٌ، وَ تَصِفُوْنَهُ لَنَا بِصِفَتِهِ.
"Wahai
golongan Yahudi, takutlah kamu kepada Allah dan Islamlah kamu. Pada waktu dulu
kamu mengharapkan kemenangan atas kami dengan mengharapkan kedatangan Nabi
Muhammad, sedangkan pada waktu itu kami masih orang-orang musyrik. Dan kamu
memberitahukan kepada kami bahwa Nabi itu akan segera dibangkitkan dan kamu juga
menerangkan shifat-shifatnya kepada kami.
Sallam
bin Misykam, seorang pendeta Yahudi setelah mendengar perkataan yang sedemikian
itu lalu menyahut dengan congkak :
مَا جَاءَنَا بِشَيْءٍ نَعْرِفُهُ وَ مَا هُوَ بِالَّذِيْ كُنَّا
نَذْكُرُهُ لَكُمْ.
Dia
tidak datang dengan sifat-sifat yang kami kenal, dan bukan itu yang pernah kami
sebutkan kepada kamu dahulu".
Sehubungan
dengan peristiwa itu maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW
:
وَ لَمَّا جَآءَهُمْ كِتبٌ مّنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدّقٌ لّمَا مَعَهُمْ
وَ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا، فَلَمَّا
جَآءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِه، فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى اْلكفِرِيْنَ.
البقرة:89
Dan
setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada
pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka
apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah
lah atas orang-orang yang ingkar itu.
[QS. Al-Baqarah : 89]
Demikianlah,
kaum Yahudi mengkafiri kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya
telah lama merekakenal itu, lantara kedengkian mereka, atau lantaran mereka
khawatir hilang pengaruh kebesaran dan kependetaan mereka dan lain
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar