Peristiwa setelah terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab.
Di
dalam kitab Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut
:
وَ خَرَجَ خَالِدٌ وَ تَبِعَهُ مَجَّاعَةُ بْنُ مُرَارَةَ يَرْسِفُ فِي
قُيُوْدِهِ، فَجَعَلَ يُرِيْهِ الْقَتْلَى لِيُعَرّفَهُ بِمُسَيْلِمَةَ، فَلَمَّا
مَرُّوْا بِالرَّجَّالِ بْنِ عُنْفُوَةَ قَالَ لَهُ خَالِدٌ: اَهذَا هُوَ؟ قَالَ:
لاَ، وَ اللهِ هذَا خَيْرٌ مِنْهُ، هذَا الرَّجَّالُ بْنُ عُنْفُوَةَ. ثُمَّ
مَرُّوْا بِرَجُلٍ اَصْفَرَ اَخْنَسَ، فَقَالَ. هذَا صَاحِبُكُمْ، فَقَالَ خَالِدٌ:
قَبَّحَكُمُ اللهُ عَلَى اتّبَاعِكُمْ هذَا.
Setelah
Musailimah Al-Kadzdzaab terbunuh, lalu Khalid bin Walid keluar dengan diikuti
oleh Majjaa’ah bin Murarah dengan berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat,
lalu memperlihatkan orang-orang yang telah terbunuh untuk menunjukkan mayatnya
Musailimah kepada Khalid. Ketika mereka melewati mayatnya Rajjal bin ‘Unfuwah,
Khalid bin Walid bertanya kepada Majjaa’ah, “Apakah ini mayatnya Musailimah ?”.
Majjaa’ah menjawab, “Bukan, demi Allah ini lebih baik dari padanya. Ini adalah
Rajjal bin ‘Unfuwah”. Kemudian mereka melewati mayat berkulit kuning, hidungnya
pesek, Majjaa’ah berkata, “Ini teman kalian”. Khalid berkata, “Semoga Allah
memburukkan kalian atas pengikutmu ini”.
ثُمَّ بَعَثَ خَالِدٌ الْخُيُوْلَ حَوْلَ الْيَمَامَةِ يَلْتَقِطُوْنَ
مَا حَوْلَ حُصُوْنِهَا مِنْ مَالٍ وَ سَبْيٍ، ثُمَّ عَزَمَ عَلَى غَزْوِ
الْحُصُوْنِ وَلَمْ يَكُنْ بَقِيَ فِيْهَا اِلاَّ النّسَاءُ و الصّبْيَانُ وَ
الشُّيُوْخُ الْكِبَارُ، فَخَدَعَهُ مَجَّاعَةُ فَقَالَ: اِنَّهَا مَـْلاَى
رِجَالاً وَ مُقَاتِلَةً فَهَلُمَّ فَصَالِحْنِي عَنْهَا. فَصَالَحَهُ خَالِدٌ،
لَمَّا رَأَى بِالْمُسْلِمِيْنَ مِنَ الْجُهْدِ وَقَدْ كَلُّوْا ِمْن كَثْرَةِ
الْحُرُوْبِ وَ الْقِتَالِ. فَقَالَ: دَعْنِي حَتَّى اَذْهَبَ اِلَيْهِمْ
لِيُوَافِقُوْنِي عَلَى الصُّلْحِ. فَقَالَ: اِذْهَبْ. فَسَارَ اِلَيْهِمْ
مَجَّاعَةُ فَاَمَرَ النّسَاءَ اَنْ يَلْبَسْنَ الْحَدِيْدَ وَ يَبْرُزْنَ عَلَى
رُؤُوْسِ الْحُصُوْنِ. فَنَظَرَ خَالِدٌ فَاِذَا الشَّرَفَاتِ مُمْتَلِئَةٌ مِنْ
رُؤُوْسِ النَّاسِ، فَظَنَّهُمْ كَمَا قَالَ مَجَّاعَةُ فَانْتَظَرَ
الصُّلْحَ.
Setelah
itu Khalid memerintahkan pasukan berkuda untuk mengelilingi Yamamah untuk
mengambili harta rampasan dan tawanan. Kemudian Khalid berkeinginan menyerbu
benteng musuh, padahal benteng itu telah kosong, kecuali tinggal kaum wanita dan
anak-anak serta orang-orang yang sudah tua. Hanya saja Khalid berhasil
dikelabuhi oleh Majjaa’ah yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya benteng itu
masih dipenuhi oleh para pasukan, maka lebih baik kita berdamai saja”.
Kemudian
Khalid menerima tawaran itu, karena ia melihat pasukan kaum muslimin sudah lelah
dan jenuh disebabkan peperangan yang terus-menerus.
Lalu
Majjaa’ah berkata, “Biarkan aku masuk ke dalam benteng dulu agar mereka
menyetujui kesepakatan damai yang aku buat”. Khalid berkata, “Pergilah !”. Lalu
Majjaa’ah segera masuk benteng dan memerintahkan kaum wanita untuk memakai baju
besi, lalu menampakkan kepala mereka, oleh karena itu ketika Khalid melihat ke
atas benteng, maka terlihat di atas benteng dipenuhi oleh kepala manusia yang
sedang mengintip, maka ia mengira bahwa mereka itu adalah pasukan perang
sebagaimana yang dikatakan oleh Majjaa’ah. Karena itulah Khalid memilih untuk
berdamai.
وَ دَعَاهُمْ خَالِدٌ اِلَى اْلاِسْلاَمِ فَاَسْلَمُوْا عَنْ آخِرِهِمْ
وَ رَجَعُوْا اِلَى الْحَقّ وَرَدَّ عَلَيْهِمْ خَالِدٌ بَعْضَ مَا كَانَ اَخَذَ
مِنَ السَبْيِ، وَ سَاقَ الْبَاقِيْنَ اِلَى الصّدّيْقِ، وَ قَدْ تَسَرَّى عَلِيُّ
بْنُ اَبِي طَالِبٍ بِجَارِيَةٍ مِنْهُمْ، وَ هِيَ اُمُّ ابْنِهِ مُحَمَّدٍ
اَلَّذِي يُقَالُ لَهُ: مُحَمَّدُ بْنُ الْحَنَفِيَّةِ.
Setelah
itu Khalid mengajak mereka kepada Islam dan kembali kepada kebenaran, dan
ternyata mereka seluruhnya mau menerima tawaran tersebut. Oleh karena itu Khalid
mengembalikan kepada mereka sebagian dari harta rampasan dan tawanan perang, dan
sisanya dibawa kepada Abu bakar ash-Shiddiiq.
Dalam
peperangan ini ‘Ali bin Abu Thalib RA mengambil salah seorang wanita mereka
untuk diperistri, yang akhirnya mempunyai anak yang bernama Muhammad, yang
terkenal dengan nama Muhammad bin Hanafiyyah.
26.
Kedatangan utusan Bani Hanifah kepada Abu Bakar
Di
dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut
:
وَ لَمَّا قَدِمَتْ وُفُوْدُ بَنِي حَنِيْفَةَ عَلَى الصّدّيْقِ قَالَ
لَهُمْ: اَسْمِعُوْنَا مِنْ قُرْآنِ مُسَيْلِمَةَ، فَقَالُوْا: اَوَ تُعْفِينْاَ
يَا خَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ؟ فَقَالَ: لاَ بُدَّ مِنْ ذلِكَ، فَقَالُوْا: كَانَ
يَقُوْلُ:
Ketika
datang rombongan Bani Hanifah ke hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiiq, maka Abu Bakar
berkata kepada mereka, “Tolong perdengarkan kepada kami sebagian dari Qur’annya
Musailimah. Mereka bertanya, “Apakah engkau melindungi kami wahai Khalifah
Rasulullah ?”. Abu Bakar menjawab, “Pasti yang demikian itu”. Maka mereka
berkata, “Diantara wahyunya Musailimah :
يَا ضِفْدَعُ بِنْتُ الضّفْدَعَيْنِ. نَقّى مَا تُنَقّيْنَ،
لاَ الْمَاءَ تَكْدَرِيْنَ، وَ لاَ الشَّارِبَ
تَمْنَعِيْنَ،
رَأْسُكِ فِى الْمَاءِ، وَ
ذَنَبُكِ فِى الطّيْنِ.
Wahai
katak anak dari dua katak, bersihkanlah apa yang harus kamu bersihkan.
Tidak
ada air yang kamu kotori, dan tidak ada orang minum yang kamu
cegah,
Kepalamu
di air, sedangkan ekormu di tanah.
Dan
diantaranya pula :
وَ الْمُبَذّرَاتِ زَرْعًا، وَ الْحَاصِدَاتِ حَصْدًا، وَ الذَّارِيَاتِ
قَمْحًا، وَ الطَّاحِنَاتِ طَحْنًا، وَ الْخَابِزَاتِ خُبْزًا، وَ الثَّارِدَاتِ
ثَرْدًا، وَ اللاَّقِمَاتِ لُقْمًا، اِهَالَةً وَ سَمْنًا.
Demi
para wanita penyemai benih,
Dan
para wanita yang memanen panenan,
Dan
para wanita penabur gandum,
Dan
para wanita penggiling gandum,
Dan
para wanita pembuat roti,
Dan
para wanita pembuat bubur,
Dan
para wanita yang memakan makanan,
Menuangkan
air dan minyak samin,
لَقَدْ فُضّلْتُمْ عَلَى اَهْلِ الْوَبَرِ، وَ مَا سَبَقَكُمْ اَهْلُ
الْمَدَرِ، رَفِيْقُكُمْ فَامْنَعُوْهُ، وَ الْمُعْتَرِ فَآوُوْهُ، وَ النَّاعِى
فَوَاسُوْهُ
Sungguh
kalian telah dilebihkan di atas penduduk Wabar,
Dan
penduduk Madar tidak akan dapat menandingi kalian,
Maka
pertahankanlah keramahan kalian,
Dan
terhadap orang yang faqir maka lindungilah dia,
Dan
terhadap orang yang kesusahan maka tolonglah dia.
وَ ذَكَرُوْا اَشْيَاءَ مِنْ هذِهِ الْخُرَافَاتِ الَّتِي يَأْنَفُ مِنْ
قَوْلِهَا الصّبْيَانُ وَ هُمْ يَلْعَبُوْنَ، فَيُقَالُ: اِنَّ الصّدّيْقَ قَالَ
لَهُمْ: وَيْحَكُمْ، اَيْنَ كَانَ يَذْهَبُ بِعُقُوْلِكُمْ؟ اِنَّ هذَا الْكَلاَمَ
لَمْ يَخْرُجْ مِنْ اَلْ.
Dan
mereka menyebutkan banyak hal dari khurafat-khurafat yang anak-anak kecil yang
bermainpun enggan untuk mengucapkannya dalam permainan mereka. Kemudian Abu
Bakar Ash-Shiddiiq berkata, “Alangkah celakanya kalian, di mana kalian letakkan
akal kalian ? Mustahil perkataan seperti ini datangnya dari Tuhan”.
Dan ada
lagi yang dikatakan wahyu oleh Musailimah, diantaranya :
وَ الْفِيْلُ وَمَا اَدْرَاكَ مَا الْفِيْلُ، لَهُ زَلُوْمٌ
طَوِيْلٌ،
Gajah,
tahukah kamu apa gajah itu ? ia binatang yang mempunyai belalai
panjang
وَاللَّيْلِ الدَّامِسِ، وَالذّئْبِ الْهَامِسِ، مَا قَطَعَتْ اَسَدٌ
مِنْ رُطَبٍ وَلاَ يَابِسٍ،
Demi
malam yang gelap, dan serigala yang hitam. Singa tidaklah merusakkan barang yang
basah maupun yang kering
لَقَدْ اَنْعَمَ اللهُ عَلَى الْحُبْلَى، اَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمَةً
تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاقٍ وَ حَشَي
Sungguh
Allah telah memberi keni’matan kepada wanita yang hamil, Allah mengeluarkan
darinya jiwa yang bergerak, yang keluar dari antara kulit perut yang bawah dan
isi perut.
Para
ulama tarikh menyebutkan bahwa Musailimah berusaha meniru-niru Nabi. Sampai
khabar kepadanya bahwa Rasulullah SAW pernah meludah di sebuah sumur, maka
airnya tiba-tiba menjadi banyak, maka dia juga meludah di sebuah sumur, tetapi
air sumurnya malah menjadi kering-kerontang. Dan ia meludah pula pada sumur yang lain, maka airnya
berubah menjadi asin, dia pernah berwudlu kemudian sisanya disiramkan ke sebuah
batang kurma, maka tiba-tiba kurma tersebut menjadi kering dan mati.
[Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 718]
Dengan
terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab ini, maka telah lenyaplah kedua orang nabi
palsu, karena sebelumnya telah terbunuh pula seorang nabi palsu yang bernama
Al-Aswad Al-‘Ansiy. Terbunuhnya Al-Aswad Al-‘Ansiy ini ketika menjelang wafatnya
Nabi SAW, namun orang yang membawa berita tentang terbunuhnya Al-Aswad Al-‘Ansiy
ini sampai di Madinah setelah Nabi SAW wafat.
Disebutkan
dalam kitab Al-Bukhari bahwa Nabi SAW pernah bermimpi sebagaimana riwayat
berikut :
قَالَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ اللهِ، سَأَلْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ
عَبَّاسٍ عَنْ رُؤْيَا رَسُوْلِ اللهِ ص الَّتِي ذَكَرَ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ:
ذُكِرَ لِي اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ اُرِيْتُ اَنَّهُ
وُضِعَ فِي يَدَيَّ (يَدِي) سِوَارَانِ (اِسْوَارَانِ) مِنْ ذَهَبٍ فَفُظِعْتُهُمَا
وَكَرِهْتُهُمَا فَاُذِنَ لِي فَنَفَخْتُهُمَا فَطَارَا فَاَوَّلْتُهُمَا
كَذَّابَيْنِ يَخْرُجَانِ. فَقَالَ عُبَيْدُ اللهِ: اَحَدُهُمَا الْعَنْسِيُّ
الَّذِي قَتَلَهُ فَيْرُوْزُ بِالْيَمَنِ وَ اْلآخَرُ مُسَيْلِمَةُ
الْكَذَّابُ. البخارى
‘Ubaidullah
bin ‘Abdillah pernah bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas tentang mimpi
Rasulullah SAW yang ia sebutkan. Maka Ibnu ‘Abbas berkata, “Disebutkan kepadaku
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi bahwasanya
diletakkan di kedua tanganku dua gelang dari emas, maka aku merasa takut dan
tidak suka kepada keduanya. Maka diperkenankan padaku untuk menghilangkannya,
lalu aku meniup kedua gelang itu, maka terbanglah kedua gelang itu. Maka aku
menta’wilkan mimpi itu adalah munculnya dua orang nabi palsu”. ‘Ubaidillah
berkata, “Salah satu dari kedua orang nabi palsu itu adalah (Al-Aswad) Al-‘Ansiy
yang dibunuh oleh Fairuz di Yaman, sedangkan yang seorang lagi adalah Musailimah
Al-Kadzdzaab. [HR.
Bukhari]
Muslim
juga meriwayatkan, dari Abu Hurairah, ia berkata : Nabi SAW pernah bersabda :
بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ فِى يَدَىَّ سِوَارَيْنِ مِنْ ذَهَبٍ
فَاَهَمَّنِى شَأْنُهُمَا فَاُوْحِىَ اِلَىَّ فِى الْمَنَامِ اَنِ انْفُخْهُمَا
فَنَفَخْتُهُمَا فَطَارَا فَاَوَّلْتُهُمَا كَذَّابَيْنِ يَخْرُجَانِ مِنْ بَعْدِى
فَكَانَ اَحَدُهُمَا الْعَنْسِىَّ صَاحِبَ صَنْعَاءَ وَاْلآخَرُ مُسَيْلِمَةَ
صَاحِبَ الْيَمَامَةِ. مسلم 4: 1781
Ketika
kami sedang tidur, aku bermimpi bahwa di kedua tanganku ada dua gelang emas.
Maka kejadian itu membuatku sedih, lalu diwahyukan kepadaku di dalam tidur itu
agar aku meniupnya, maka kedua gelang tersebut aku tiup, lalu terbanglah kedua
gelang tersebut. Lalu aku menta’wilkannya bahwa kedua gelang tersebut adalah dua
orang pendusta (nabi palsu) yang muncul sesudahku, salah satunya adalah
(Al-Aswad) Al-‘Ansiy penduduk Shan’aa’ dan yang satunya lagi adalah Musailimah
penduduk Yamamah”. [HR.
Muslim juz 4, hal. 1781]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar