Sambutan
Muqauqis terhadap surat Nabi SAW
Muqauqis,
Gubernur Mesir, ketika menerima kedatangan utusan Nabi SAW, Hathib bin Abu
Baltha’ah dengan membawa surat beliau, menyambutnya dengan ramah dan penuh
perhatian. Setelah Muqauqis membaca surat dakwah dari Nabi SAW itu lalu ia
bertanya kepada Hathib :
مَا مَنَعَهُ اِنْ كَانَ نَبِيًّا اَنْ يَدْعُوَ عَلَى مَنْ خَالَفَهُ
وَ اَخْرَجَهُ مِنْ بَلَدِهِ؟ نور اليقين: 179
“Jika
dia (Muhammad) itu seorang Nabi, kenapa tidak mendoakan buruk kepada orang yang
menentang seruannya itu dan yang telah mengusirnya keluar dari negerinya
?”.
[Nurul Yaqin : 179]
Pertanyaan
ini lalu dijawab oleh Hathib :
اَلَسْتَ تَشْهَدُ اَنَّ عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللهِ، فَمَا
لَهُ حَيْثُ اَخَذَهُ قَوْمُهُ فَاَرَادُوْا اَنْ يَقْتُلُوْهُ، اَلاَّ يَكُوْنَ
دَعَا عَلَيْهِمْ اَنْ يُهْلِكَهُمُ اللهُ حَتَّى رَفَعَهُ اللهُ اِلَيْهِ؟ نور
اليقين: 179
“Bukankah
tuan menyaksikan bahwa ‘Isa bin Maryam itu utusan Allah ? Mengapa ‘Isa tidak
mendoakan buruk kepada kaumnya ketika mereka akan menangkap dan membunuhnya
supaya Allah membinasakan mereka, sehingga Allah mengangkat kepada-Nya
?”.
[Nurul Yaqin : 179]
Mendengar
jawaban Hathib yang baik itu, lalu Muqauqis berkata :
اَحْسَنْتَ اَنْتَ حَكِيْمٌ جَاءَ مِنْ عِنْدِ حَكِيْمٍ. نور اليقين:
179
“Sungguh
baik kamu ini, kamu seorang yang bijaksana, datang dari sisi seorang yang
bijaksana”.
[Nurul Yaqin : 179]
Selanjutnya
Hathib bin Abu Baltha’ah menjelaskan tentang sifat-sifat pribadi Nabi SAW dan
Muqauqis mendengarkan dan mengakui akan kebenarannya, dan dia mengakui pula
kebenaran diutusnya nabi Muhammad SAW, tetapi ia belum bisa mengikutnya. Sesudah
itu Muqauqis memanggil seorang penulis untuk menuliskan surat balasan kepada
Nabi SAW, dan surat itu lalu diserahkan kepada Hathib bin Abu Baltha’ah untuk
disampaikan kepada beliau beserta beberapa macam hadiah untuk beliau. Bunyi
surat jawaban Muqauqis itu demikian :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
لِمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ مِنَ اْلمُقَوْقِسِ عَظِيْمِ
اْلقِبْطِ.
سَلاَمٌ عَلَيْكَ، اَمَّا بَعْدُ: فَقَدْ قَرَأْتُ كِتَابَكَ وَ
فَهِمْتُ مَا ذَكَرْتَ فِيْهِ وَ مَا تَدْعُوْ اِلَيْهِ. وَ قَدْ عَلِمْتُ اَنَّ
نَبِيًّا قَدْ بَقِيَ، وَ كُنْتُ اَظُنُّ اَنَّهُ يَخْرُجُ بِالشَّامِ. وَ قَدْ
اَكْرَمْتُ رَسُوْلَكَ وَ بَعَثْتُ لَكَ بِجَارِيَتَيْنِ لَهُمَا مَكَانٌ عَظِيْمٌ
فِى اْلقِبْطِ وَ بِثِيَابٍ وَ اَهْدَيْتُ اِلَيْكَ بَغْلَةً تَرْكَبُهَا، وَ
السَّلاَمُ. نور اليقين: 179
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kepada
Muhammad bin ‘Abdullah dari Muqauqis pembesar Qibthi.
Semoga
keselamatan atas engkau. Adapun sesudah itu, sesungguhnya saya telah membaca
surat engkau, dan saya telah mengerti apa yang telah engkau sebutkan di dalamnya
dan apa yang engkau mengajak kepadanya Dan sesungguhnya saya mengerti, bahwa
Nabi telah muncul, dan dulu saya menyangka bahwa Nabi itu akan lahir di negeri
Syam. Sesungguhnya saya telah menghormati utusan engkau, dan saya mengirimkan
untuk engkau dua gadis, yang keduanya mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
lingkungan bangsa Qibthi, dan membawa beberapa pakaian, dan saya mengirimkan
hadiah seekor baghal kepada engkau untuk engkau
kendarai.
Semoga
keselamatan atas engkau.
[Nurul Yaqin : 179]
Demikianlah
bunyi surat jawaban Muqauqis kepada Nabi SAW. Dalam surat itu dijelaskan, bahwa
dia mengirimkan dua orang gadis dan beberapa helai pakaian serta seekor baghal.
Menurut riwayat, salah satu dari dua gadis itu (yang bernama Mariyah), oleh Nabi
diambil sebagai budak beliau, yang kelak gadis itu melahirkan putera bernama
Ibrahim, sedang yang satunya lagi diberikan kepada shahabat Hasan bin Tsaabit.
Demikianlah Muqauqis menyambut baik surat dakwah Nabi SAW, namun dia tidak masuk
Islam.
Sambutan
Al-Harits bin Abu Syammar
Al-Harits
bin Abu Syammar wakil raja Romawi (Hiraklius) di Damaskus, ketika menerima surat
dakwah dari Nabi SAW yang dibawa oleh Syuja’ bin Wahab, ia menunjukkan
kesombongan.
Setelah
membaca surat dakwah dari Nabi SAW itu, lalu Al-Harits membuangnya sambil
mengatakan :
مَنْ يَنْزِعُ مُلْكِى مِنّى؟ نور اليقين: 178
“Siapakah
orang yang akan mencabut kekuasaanku ?”.
[Nurul Yaqin : 178]
Kemudian
Al-Harits bin Abu Syammar mempersiapkan pasukan untuk memerangi kaum
muslimin.
Selanjutnya
Al-Harits berkata kepada Syuja’ dengan congkak :
اَخْبِرْ صَاحِبَكَ بِمَا تَرَى. نور اليقين: 178
Khabarkan
apa yang kamu lihat ini kepada orang yang menyuruhmu !”.
[Nurul Yaqin : 178]
Oleh
karena Harits hanya seorang gubernur (wakil) kerajaan Romawi, maka untuk
memberangkatkan pasukannya untuk memerangi bangsa lain, haruslah meminta idzin
lebih dulu kepada rajanya. Oleh sebab itu, ia pun memohon persetujuan kepada
Hiraklius dan memohon idzin untuk memberangkatkan pasukannya memerangi kaum
muslimin dan ia menyangka bahwa Hiraklius belum mengetahui tentang surat dakwah
dari Nabi SAW tersebut, padahal Hiraklius ketika itu telah mengetahui isi surat
dakwah itu. Maka ahkirnya Hiraklius tidak mengidzinkannya, dan memerintahkannya
supaya ia berangkat ke Iiliyaa’ untuk menyambut Hiraklius yang sedang
menyempurnakan nadzarnya berziyarah ke Baitul Maqdis.
Sambutan
Al-Mundzir bin Sawa
Al-Mundzir
bin Sawa raja Bahrain wakil raja Kisra, ketika menerima surat dakwah dari Nabi
SAW yang dibawa oleh shahabat Ibnul-Hadlramiy, maka ia menerimanya dengan baik
dan sopan, lalu masuk Islam. Kemudian Al-Mundzir menulis surat jawaban kepada
Nabi SAW sebagai berikut :
اَمَّا بَعْدُ، يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَاِنّى قَرَأْتُ كِتَابَكَ
عَلَى اَهْلِ اْلبَحْرَيْنِ، فَمِنْهُمْ مَنْ اَحَبَّ اْلاِسْلاَمَ وَ اَعْجَبَهُ
وَ دَخَلَ فِيْهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ كَرِهَهُ. وَ بِاَرْضِى مَجُوْسٌ وَ يَهُوْدٌ،
فَاَحْدِثْ اِلَىَّ فِى ذلِكَ اَمْرَكَ. نور اليقين: 181
Adapun
sesudah itu, ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah membaca surat engkau kepada
Ahli Bahrain. Maka diantara mereka itu ada orang yang menyukai Islam dan
mengaguminya (tertarik hatinya) dan masuk ke dalamnya, dan diantara mereka ada
orang yang tidak menyukainya. Di negeri saya ada golongan Majusi dan ada
golongan Yahudi, maka berikanlah keterangan kepada saya dengan perintah engkau
tentang hal itu.
[Nurul Yaqin : 181]
Surat
jawaban Al-Mundzir ini dibawa oleh Ibnul Hadlramiy untuk disampaikan kepada Nabi
SAW. Kemudian setelah beliau menerima surat itu dan juga mendengarkan
kesan-kesan yang disampaikan oleh Ibnul Hadlramiy, maka Nabi SAW lalu menulis
surat lagi kepada Al-Mundzir bin Sawa yang bunyinya demikian
:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،
مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ اِلَى اْلمُنْذِرِ بْنِ
سَاوَى،
سَلاَمٌ عَلَيْكَ. فَاِنّى اَحْمَدُ اللهَ اِلَيْكَ الَّذِى لاَ اِلهَ
اِلاَّ هُوَ، وَ اَشْهَدُ اَنْ لاّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ: فَاِنّى اُذَكّرُكَ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ
فَاِنَّهُ مَنْ يَنْصَحْ لِنَفْسِهِ وَ اِنَّهُ مَنْ يُطِعْ رُسُلِى وَ يَتَّبِعْ
اَمْرَهُمْ فَقَدْ اَطَاعَنِى. وَ مَنْْ نَصَحَ لَهُمْ فَقَدْ نَصَحَ لِى وَ اِنَّ
رُسُلِى قَدْ اَثْنَوْا عَلَيْكَ خَيْرًا وَ اِنّى قَدْ شَفَّعْتُكَ فِى قَوْمِكَ،
فَاتْرُكْ لِلْمُسْلِمِيْنَ مَا اَسْلَمُوْا عَلَيْهِ. وَ عَفَوْتُ عَنْ اَهْلِ
الذُّنُوْبِ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ، وَ اِنَّكَ مَهْمَا تُصْلِحْ فَلَنْ نُغَيّرَكَ
عَنْ عَمَلِكَ. وَ مَنْ اَقَامَ عَلَى يَهُوْدِيَّتِهِ اَوْ مَجُوْسِيَّتِهِ
فَعَلَيْهِ اْلجِزْيَةُ. نور اليقين: 181
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dari
Muhammad Rasulullah kepada Al-Mundzir bin Sawa
Semoga
keselamatan atas engkau. Sesungguhnya saya memuji kepada Allah di hadapanmu,
yang tidak ada Tuhan selain Dia. Dan saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya. Adapun
sesudah itu, sesungguhnya aku memperingatkan engkau kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
sesungguhnya barangsiapa yang melakukan kebaikan, maka sesungguhnya tidak lain
hanyalah melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri, dan sesungguhnya barangsiapa
menthaati kepada para utusanku dan mengikuti perintah mereka, maka sesungguhnya
ia telah thaat kepadaku. Dan barangsiapa yang berlaku baik kepada mereka, maka
ia telah berbuat baik kepadaku. Sesungguhnya para utusanku telah memuji engkau
dengan baik. Dan sesungguhnya aku memberi pertolongan kepadamu dan kepada
kaummu, maka biarkan untuk kaum muslimin apa yang mereka kerjakan, dan saya
memaafkan dari orang-orang yang berdosa, maka terimalah dari mereka. Dan
sesungguhnya selama engkau berbuat baik, maka kami tidak akan merubah dari amal
perbuatan engkau, dan barangsiapa tetap atas keyahudiannya atau kemajusiannya,
maka atasnya wajib membayar jizyah.
[Nurul Yaqin : 181]
Demikianlah
surat jawaban Nabi SAW atas permohonan penjelasan dari Al-Mundzir bin Sawa. Dan
Al-Mundzir bin Sawa telah masuk Islam sejak menerima surat dakwah Nabi SAW yang
pertama.
Menurut
tarikh Munawwar Khalil, setelah Nabi SAW menulis surat jawaban tersebut kemudian
beliau menulis lagi untuk penduduk Bahrain. Adapun isi surat tersebut
sebagaimana tercantum dalam kitab tarikhnya pada juz 5, hal. 198, beliau
menerangkan sebagai berikut :
اَمَّا بَعْدُ: فَاِنَّكُمْ اَذَا اَقَمْتُمُ الصَّلاَةَ وَ اتَيْتُمُ
الزَّكَاةَ وَ نَصَحْتُمْ ِللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ اتَيْتُمْ عُشْرَ النَّخْلِ وَ
نِصْفَ عُشْرِ اْلحَبّ وَ لَمْ تُمَجّسُوْا اَوْلاَدَكُمْ فَلَكُمْ مَا
اَسْلَمْتُمْ عَلَيْهِ غَيْرَ اَنَّ بَيْتَ النَّارِ ِللهِ وَ رَسُوْلِهِ. وَ اِنْ
اَبَيْتُمْ فَعَلَيْكُمُ اْلجِزْيَةُ.
Adapun
sesudah itu, sesungguhnya kamu, apabila telah mendirikan shalat, dan telah
mengeluarkan zakat, dan telah berbuat baik karena Allah dan Rasul-Nya, dan telah
mengeluarkan sepersepuluh dari hasil pohon kurma dan separoh dari sepersepuluh
hasil biji-bijian, dan kamu tidak sekali-kali memajusikan anak-anakmu, maka bagi
kamu apa yang telah kamu serahkan atasnya (kamu telah mengikut Islam), tetapi
(harta) rumah api itu bagi Allah dan Rasul-Nya. Dan jika kamu enggan (menolak)
maka atas kamu kewajiban membayar jizyah.
Selanjutnya
diriwayatkan pula bahwa Ibnul Hadlramiy di Bahrain telah mengadakan perjanjian
perdamaian dengan kaum Majusi, kaum Yahudi dan kaum Nashrani yang menjadi
penduduk negeri itu. Surat perjanjian itu berbunyi demikian : Inilah
perjanjian damai antara Ibnul Hadlramiy dengan penduduk Bahrain. Mereka telah
mengadakan perjanjian damai, bahwa mereka akan memberikan balasan perbuatan
kepada kami, dan memberi bagian hasil kurma kepada kami. Barangsiapa yang tidak
menepati dengan ini, maka wajib atasnya ditimpa laknat Allah, laknat malaikat,
dan laknat manusia semuanya. Adapun pajak kepala, maka sesungguhnya dipungut
untuknya dari tiap-tiap orang yang dewasa satu dinar.
Sambutan
Haudzah bin ‘Ali
Haudzah
bin Zaid seorang yang berkuasa di Yamamah, setelah menerima surat dakwah Nabi
SAW yang dibawa oleh Salith bin ‘Amr Al-’Amiriy, lalu membacanya dengan baik,
kemudian ia menulis surat balasan kepada Nabi SAW demikian
:
مَا اَحْسَنَ مَا تَدْعُوْ اِلَيْهِ وَ اَجْمَلَهُ، وَ اَنَا شَاعِرُ
قَوْمِى وَ خَطِيْبُهُمْ وَ اْلعَرَبُ تَهَابُ مَكَانِى فَاجْعَلْ لِى بَعْضَ
اْلاَمْرِ اَتَّبِعْكَ. نور اليقين: 183
Alangkah
baiknya ajakanmu itu dan alangkah indahnya, padahal saya ini seorang penyair
dari kaumku dan seorang juru pidato mereka. Orang ‘Arab takut pada kedudukan
saya, maka dari itu jadikanlah oleh engkau sebagian urusan (kekuasaan) untuk
saya, niscaya nanti saya mengikut engkau.
[Nurul Yaqin : 183]
Setelah
surat jawaban Haudzah tersebut dibaca oleh Nabi SAW lalu beliau bersabda
:
لَوْ سَأَلَنِى قِطْعَةً مِنَ اْلاَرْضِ مَا فَعَلْتُ، بَادَ وَ بَادَ
مَا فِى يَدَيْهِ. نور اليقين:183
Jika
sekiranya dia meminta kepadaku sepotong tanah, tentu tidak akan aku beri.
Musnahlah dia dan musnahlah segala apa yang ada pada kedua
tangannya.
[Nurul Yaqin : 183]
Rifa’ah
bin Zaid Al-Judzamiy datang kepada Nabi SAW
Menurut
riwayat, sesudah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan sebelum perang Khaibar, ada
seorang kepala kaum yang bernama Rifa’ah bin Zaid Al-Judzamiy datang kepada Nabi
SAW dan ia membawa hadiah seorang pelayan laki-laki untuk Nabi SAW. Kemudian
Rifa’ah menerima dakwah dari Nabi SAW sendiri, dan seketika itu ia mengikut
Islam. Kemudian Nabi SAW menulis sepucuk surat dakwah kepadanya untuk
disampaikan kepada kaumnya, yang bunyinya demikian :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
هذَا كِتَابٌ مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ لِرِفَاعَةَ ابْنِ
زَيْدٍ.
اِنّى بَعَثْتُهُ اِلَى قَوْمِهِ عَامَّةً، وَ مَنْ دَخَلَ فِيْهِمْ
يَدْعُوْهُمْ اِلَى اللهِ وَ اِلَى رَسُوْلِهِ فَمَنْ اَقْبَلَ مِنْهُمْ فَمِنْ
حِزْبِ اللهِ وِ حِزْبِ رَسُوْلِهِ. وَ مَنْ اَدْبَرَ فَلَهُ اَمَانٌ شَهْرَيْنِ.
ابن هشام 5: 296
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Surat
ini dari Muhammad Rasulullah untuk Rifa’ah bin Zaid.
Sesungguhnya
saya telah mengutus dia untuk seluruh kaumnya. Orang yang masuk pada mereka,
yang menyeru kepada agama Allah dan kepada Rasul-Nya, maka barangsiapa yang
menerima dari mereka itu, dia termasuk golongan dari tentara Allah dan tentara
Rasul-Nya, dan barangsiapa yang menolak seruannya, maka baginya hanya diberi
batas keamanan selama dua bulan.
[Ibnu Hisyam juz 5, hal. 296]
Kemudian
ketika Rifa’ah bin Zaid datang kepada kaumnya, maka kaumnya segera mengikut
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar