ISLAM CINTA PERSATUAN DAN
PERDAMAIAN
BENCI
PERPECAHAN DAN PERMUSUHAN
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّ
لاَ تَفَرَّقُوْا، وَاذْكُرُوْا نِـعْمَتَ اللهِ عَلَـيْكُمْ اِذْ كُنْـتُمْ
اَعْدَآءً فَاَلــَّـفَ بَـيْنَ قُـلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِـنِعْمَتِه
اِخْوَانًـا، وَ كُـنْتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ الـنَّارِ فَاَنــْقَذَكُمْ
مِّنْهَا، كَذلِكَ يُـبَـيِّنُ اللهُ لَكُمْ ايـتِه لَـعَـلَّكُمْ تَـهْتَدُوْنَ.
ال عمران:103
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, marilah kita kumandangkan takbir dan
tahmid untuk mengagungkan Allah SWT, sebagai rasa syukur kita atas nikmat-Nya
yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita semua, khususnya ummat Islam di seluruh dunia,
karena pada hari ini kita telah dapat menyelesaikan salah satu dari rukun Islam, yakni menjalankan
puasa Ramadlan satu bulan penuh. Semoga puasa kita, qiyamul lail kita, dan
amal-amal kita yang lain diterima oleh Allah SWT dan dapat sampai kepada tujuan
puasa, menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ
اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, marilah kita cermati tujuan puasa yang
ditentukan oleh Allah SWT untuk diri kita masing-masing, apakah puasa kita dapat
sampai kepada tujuan atau tidak. Kalau tidak sampai kepada tujuan berarti kita
hanya mendapatkan lapar dan haus saja.
Nabi
SAW bersabda :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ
صِيَامِهِ اْلجُوْعُ وَ اْلـعَطَشُ.ابـن
خزيمة
Berapa
banyak orang berpuasa, hasil yang diperoleh dari puasanya hanyalah lapar dan
haus saja.
[HR. Ibnu Khuzaimah]
Betapa
ruginya kita apabila dengan puasa yang sudah kita jalani selama satu bulan penuh
akhirnya hanya mendapat lapar, haus, kantuk, dan sebagainya; rugi dunia dan
akhirat. Padahal orang yang puasanya diterima oleh Allah, dijelaskan dalam
suatu hadits : "Akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, bersih dari dosa
bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya"
Tujuan
puasa (sebagaimana yang disebut dalam akhir ayat 183 Surat Al Baqarah) adalah
taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil tidaknya puasa
kita bisa dilihat dari ketaqwaan kita kepada Allah; apabila setelah selesai
menjalankan puasa selama satu bulan ketaqwaan kita kepada Allah SWT meningkat
berarti puasa kita mencapai tujuan, tetapi apabila tidak, kita hanya mendapat
haus dan lapar. Banyak tanda yang menunjukkan taqwa kita meningkat, salah satu
diantaranya adalah meningkatnya rasa Ukhuwah Islamiyah dalam diri kita terhadap
sesama Muslim, karena rasa Ukhuwah Islamiyah adalah ni'mat Ilahiyah yang hanya
dituangkan kedalam hati hamba-Nya yang ikhlas dan bertaqwa
kepada-Nya.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, Ukhuwah Islamiyah hanya dapat diwujudkan
dengan taqwa kepada Allah SWT. Dengan kata lain Ukhuwah Islamiyah adalah sifat
yang menyatu dengan iman dan taqwa. Tidak ada Ukhuwah tanpa iman dan tidak ada
iman tanpa Ukhuwah. Begitu juga tidak ada persahabatan tanpa taqwa dan tidak ada
taqwa tanpa persahabatan. Persahabatan/Ukhuwah yang tanpa dilandasi dengan taqwa
hanyalah persahabatan yang semu, palsu dan omong kosong. Persahabatan semacam
itu hanya bisa terlaksana selama masih dirasakan adanya kepentingan dan manfaat
pribadi, kelompok atau golo-ngan. Dan kalau persahabatan hanya diikat oleh
kepentingan-kepentingan tertentu, tidak diragukan lagi, cepat atau lambat,
persahabatan itu pasti akan hancur, baik itu persahabatan antar pribadi,
masyarakat, atau antar
negara.
Konsep
yang bagaimanapun apabila hanya berdasar hasil pemikiran manusia, meskipun
dengan didukung dana milyaran dan oleh ahli fikir tingkat dunia, tidak akan
dapat dipakai untuk mewujudkan ukhuwah/ persahabatan yang mantap dan haqiqi.
Sudah terbukti dimata dunia dengan adanya PBB ? Kapan negara-negara di dunia ini
bersahabat dan bersatu dengan betul dan mantap ? Padahal PBB didanai oleh
seluruh anggotanya yang terdiri dari negara-negara di dunia. Disamping itu di
sana berkumpul ahli fikir-ahli fikir dunia.
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, kita harus sadar, jangankan
manusia-manusia biasa seperti kita ini, sedangkan Nabi sendiri yang dipilih dan diangkat oleh Allah menjadi
utusan-Nya, tidak dapat menyatukan hati manusia, sebagaimana firman Allah :
لَوْ اَنـْفَقْتَ مَا فِى اْلاَرْضِ جَمِيْعًا مَّا اَلـَّفْتَ بَيْنَ
قُـلُوْبِهِمْ وَلكِنَّ اللهَ اَلـَّفَ بَـيْنَهُمْ. الانفال:63
"Seandainya
engkau (Muhammad) belanjakan apa yang ada di bumi semuanya, tidaklah bisa engkau
persatukan antara hati mereka, tetapi Allah-lah yang mempersatukan antara
mereka".
[Al-Anfal : 63].
Persahabatan
yang dilandasi oleh taqwa insya Allah akan langgeng, tetapi persahabatan yang
dilandasi oleh dorongan lain mungkin justru akan berakhir dengan permusuhan.
Manakala salah satu merasa kepentingannya tidak tercapai, apalagi merasa
dirugikan, berubahlah persahabatan menjadi permusuhan.
َاْلاَخِلاَّءُ يَـوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلاَّ
اْلمُـتَّـقِـيْنَ. الزخرف:67
"Sahabat-sahabat
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang taqwa".
[Az-Zuhruf : 67].
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, Islam cinta persaha-batan dan persatuan, dan membenci
perselisihan yang menyebabkan per-pecahan dan permusuhan. Rasulullah SAW
bersabda:
اِيـَّاكُمْ وَ الظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ، وَ لاَ
تَـحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ تَـنَافَسُوْا، وَ لاَ تَحَاسَدُوْا، وَ
لاَ تـَبَاغَضُوْا، وَ كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانــًا، اَلمُسْلِمُ اَخُو
اْلمُسْلِمُ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخـْذُ لُهُ ، وَ لاَ يَحْقِرُهُ.
اَلـتَّقْوَى ههُنَا (وَ يُشِيْرُ اِلىَ صَدْرِهِ) بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ
اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ
دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ.
"Jauhkanlah
dirimu dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta omongan (hati),
janganlah kamu mencari-cari aib, janganlah kamu mengintai-intai (tajassus),
janganlah kamu bersaing (yang tidak sehat), janganlah kamu dengki-mendengki,
janganlah kamu benci-membenci. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya, tidak
boleh membiarkannya (tidak tolong-menolong) dan tidak boleh menghinanya. Taqwa
itu disini (sambil beliau mengisyaratkan dengan menunjuk ke dadanya). Seorang
Muslim cukup menjadi jahat karena dia menghina saudaranya sesama Muslim. Tiap
seorang Muslim terhadap Muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan
hartanya".
[HR. Bukhari dari Abu Hurairah].
اُوْصِيْكُمْ بِاَصْحَابِى، ثُمَّ الَّذِيـْنَ يَـلُوْنَـهُمْ ...
عَلَيـْكُمْ بِاْلجَمَاعَةِ. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلـفُرْقَةَ، فَاِنَّ
الشَّيـْطَانَ مَعَ اْلـوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ اْلاِثــْنَـيْنِ اَبـْعَدَ. مَنْ
اَرَادَ بُحْبُوْحَةَ اْلجَنَّةِ
فَـلْـيُـلْزِمِ اْلجَمَاعَةَ. التـرمذى
"Aku
washiyatkan kepada kalian (agar mengikuti) para sahabatku, kemudian generasi
berikutnya,
......... . Kalian harus berjama'ah (bersatu padu), waspadalah terhadap
perpecahan karena sesungguhnya syaitan bersama orang yang sendirian, dan dia
(syaitan) akan menjauh (memi-sahkan diri) dari dua orang. Barangsiapa yang
menginginkan surga, hendaklah tetap dalam jama'ah ya'ni dalam kesatuan dan
persatuan". [HR. Tirmidzi].
اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَ الصِّيَامِ
وَ الصَّدَقَةِ؟ قَالُـوْا: بَـلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ.صَلاَحُ ذَاتِ اْلـبَـيْنِ،
فَاِنَّ فَسَادَ ذَاتِ اْلـبَـيْنِ هِيَ اْلحَالِـقَةُ. قَالَ التِّرْمِذِىُّ، وَ
يـُرْوَى عَنِ الـنَّبِيِّ ص اَنـَّهُ قَالَ: هِيَ اْلحَالـِقَةُ. لاَ اَقُوْلُ
تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلكِنَّ تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. التـرمذى و ابو
داود
"Maukah
kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari pada pahala shalat, puasa dan
shadaqah ?" Para sahabat menjawab : "Tentu ya Rasulullah". Nabi SAW bersabda :
"Memperbaiki hubungan sesama saudara, karena rusaknya persaudaraan itu adalah
pencukur". Tirmidzi berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Aku tidak
memaksudkan mencukur rambut, tetapi mencukur (menghilangkan)
agama".
[HR. Tirmidzi dan Abu Dawud].
دَبَّ اِلَـيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَـبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَ
اْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالِـقَةُ. لاَ اَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلكِنْ
تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. وَ الَّذِيْ نَـفْسِى بِيَدِهِ، لاَ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ
حَتَّى تُـؤْمِنُوْا، وَ لاَ تُـؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّـوْا.
الـتـرمذى
"Penyakit
umat-umat sebelum kamu telah menjangkiti kepada kamu sekalian, yaitu kedengkian
dan permusuhan. Itulah sang pencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut,
tetapi mencukur agama. Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kamu sekalian
tidak akan masuk surga sehingga kamu sekalian beriman, dan kamu tidak beriman
sehingga saling berkasih sayang".
[HR. Tirmidzi].
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, dari hadits-hadits diatas dapat kita
mengerti bahwa Islam menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta
membenci perpecahan dan
permusuhan.
Bahkan
menjaga dan memperbaiki hubungan persaudaraan pahalanya lebih baik daripada
pahala shalat, puasa dan shadaqah. Apa artinya puasa, jika kedengkian,
kebencian, dan permusuhan terhadap
sesama muslim tidak padam ? Rasulullah SAW menyatakan yang demikian sebagai
"mencukur agama", yakni terkikis agamanya. Dengan kata lain, orang
tersebut tidak beragama.
Lebih
tegas lagi Rasulullah SAW bersabda :
لاَ يُـؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِـنَفْسِهِ. متفق
عليه
Tidak
beriman salah seorang di antara kamu sekalian sehingga dia mencintai saudaranya
seperti cinta pada dirinya sendiri.
[Muttafaq 'alaih]
Oleh
sebab itu puasa kita harus dapat memupuk rasa persaudaraan dan tumbuhnya kasih
sayang diantara kita, serta menghilangkan kecende-rungan terhadap perpecahan dan
permusuhan. Mengapa Islam begitu keras memerintahkan kesatuan dan persatuan,
dan mengapa Islam
sangat mengecam dan membenci perpecahan dan permusuhan, karena kesatuan dan
persatuan akan memperkuat orang-orang yang lemah dan menambah kekuatan bagi yang
sudah kuat.
اَلْمُـؤْمِنُ لِلْمُـؤْمِنِ كَاْلـبُنْيَانِ يَشُدُّ بَـعْضُهُ بَعْضًا. متفق عليه
"Orang
mu'min satu dengan yang lain seperti satu bangunan yang saling kuat
menguatkan".
[Muttafaq 'alaih]
Kesatuan
dan persatuan merupakan benteng pertahanan dari ancaman kehancuran. Sedangkan
perpecahan dan permusuhan akan merusak hubungan persaudaraan (Ukhuwah
Islamiyah) yang mengakibatkan lemahnya ummat Islam.
Walaupun
demikian bukan berarti ummat Islam tidak boleh berbeda faham dan berselisih pendapat
dalam masalah-masalah furu', karena hal itu merupakan hal yang pasti akan
terjadi dan tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Dan tampaknya sudah
menjadi ketetapan Allah untuk mem-beri kelonggaran bagi hamba-Nya. Yang dilarang
adalah perselisihan dan perbedaan pendapat/faham yang sampai menimbulkan
perpecahan dan permusuhan.
Perbedaan
faham/pendapat sudah ada sejak zaman Nabi, para sahabat dan Imam yang empat,
tetapi keutuhan ummat tetap terjaga dan kasih sayang tetap
terwujud.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan
da'wah Islam tidak
mengharapkan apapun dari usahanya itu, kecuali hanya mengharapkan ridla Allah
dan demi terwujudnya rasa kasih sayang dalam kekeluargaan di antara manusia.
Nabi SAW sama sekali bersih dari harapan-harapan duniawi. Kita lihat betapa Nabi
SAW mendapat berbagai tawaran dari tokoh-tokoh musyrikin Quraisy, yakni berupa
harta, wanita, kedudukan dan lain sebagainya, agar Nabi SAW berhenti dari
da'wahnya, namun semua itu ditolak oleh beliau, karena bukan itu semua target
da'wahnya, melainkan terciptanya "mawaddah fil qurba" pada manusia.
Firman
Allah :
قُلْ لآَ اَسْئَلـُكُمْ عَلَـيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَـوَدَّةَ فِى
اْلـقُرْبى، وَ مَنْ يَّقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّـزِدْ لَه فِيْهَا حُسْنًا، اِنَّ
اللهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ. الشورى:23
...
Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku
kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan
akan Kami tambahkan baginya kebaikan atas kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha mensyukuri".
[Asy-Syuura : 23]
Mari
kita perhatikan, bagaimana orang yang hatinya sudah menerima Islam;
golongan-golongan/suku-suku yang dahulunya selalu bermusuhan, bunuh-membunuh,
setelah ni'mat Islam masuk dihatinya menjadi bersatu padu. Yang tadinya
saling benci-membenci dan ingin saling menghan-curkan, berubah menjadi saling
mengasihi dan menyayangi serta tolong menolong satu sama lain. Dalam tarikh sudah kita baca
bagaimana suku Aus dan Khajraj yang semula senantiasa bermushan setelah Islam datang menjadi
saling berkasih-sayang. Begitu pula antara kabilah-kabilah Arab yang lain,
setelah Islam
datang kepada mereka permusuhan yang ada pada mereka sebelum itu berubah menjadi
persaudaraan.
Hal
tersebut diungkapkan Allah dalam surat Ali 'Imran 103, yang artinya: "Dan
ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu
dengan ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk".
Persaudaraan
yang penuh kasih-sayang atas dasar Islam antara suku Aus dan Khajraj itu menimbulkan
kedengkian musuh Islam yakni Syas bin Qais sehingga (dengan bekerja sama
dengan orang Yahudi) ia berusaha memecah belah mereka kembali dengan
membangkit-bangkitkan permusu-han mereka di masa lampau. Ketika kejadian itu
sampai kepada Rasulullah SAW beliau pun segera datang ditengah-tengah mereka dan
bersabda :
يَا مَعْشَرَ اْلمُسْلِمِيْنَ!
اَللهَ! اَللهَ! اَبِـدَعْوَى اْلجَاهِـلِـيَّةِ وَ اَنـَا
بَـيْنَ اَظْهُرِكُمْ؟ اَ بَـعْدَ اِذْ هَدَاكُمُ اللهُ اِلىَ اْلاِسْلاَمِ وَ
اَكْرَمَكُمْ بِهِ وَ قَطَعَ بِهِ عَنْكُمْ اَمْرَ اْلجَاهِلِـيَّةِ وَ
اسْتَنْقَذَكُمْ بِهِ مِنَ اْلكُفْرِ، وَ اَلــَّفَ بِهِ بَـيْـنَكُمْ تَرْجِعُوْنَ
اِلىَ مَا كُنْـتُمْ عَلَـيْهِ كُفَّارًا؟
"Wahai
kaum Muslimin ! (Takutlah kepada) Allah, (takutlah kepada) Allah ! Apakah
seruan-seruan Jahiliyah (muncul lagi) sedangkan aku masih ada ditengah-tengah
kalian ? Apakah setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, memuliakan kalian,
menghapuskan cara jahiliyah dari kehidupan kalian, menyelamatkan kalian dari
kekufuran dan menjinakkan hati kalian, kalian kembali lagi kepada kekafiran
?".
Dengan
teguran keras Rasulullah SAW tersebut, mereka sadar bahwa
mereka
telah kena tipuan syaitan, maka mereka pun menyesali kejadian itu dan kemudian
saling berangkulan sambil menangis.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ، وَ ِللهِ
اْلحَمْدُ.
Dari
firman Allah dan hadits-hadits Rasulullah tersebut, kita dapat mengambil banyak
pelajaran, antara lain :
1. Islam adalah suatu keni'matan yang dianugerahkan oleh Allah
kepada hamba-Nya. Dengan Islam, hati yang kasar, keras, menentang, berubah menjadi
lunak, tunduk dan patuh, serta beriman.
2. Dengan Islam Allah mengangkat derajat manusia dari kehinaan dan
kesesatan kepada kemulyaan dan keselamatan.
3. Dengan Islam berubahlah keadaan dari perpecahan dan permusuhan
menjadi perdamaian dan persatuan yang disertai kasih sayang dalam
kekeluargaan.
4. Hati yang keras, kasar, suka pada perpecahan
dan permusuhan adalah hati orang yang mempunyai pola hidup kekafiran dan
kejahiliyahan.
Oleh
karena itu marilah kita kaum Muslimin meningkatkan kewaspadaan dari bahaya yang
mengancam ukhuwah/persaudaraan kita.
1. Waspada terhadap diri kita sendiri, jangan
sampai iman kita merosot sehingga akan mengakibatkan hilangnya keseimbangan,
tidak punya pendirian, dan hilangnya kepribadian sebagai seorang
Muslim.
2. Waspada terhadap ummat Islam, kita jaga ukhuwah
Islamiyah dengan mantap, boleh beda pendapat, beda paham, dan beda pilihan,
tetapi jangan memutus tali silaturrahim dan merusak kasih sayang antar sesa-ma
muslim.
3. Waspada terhadap usaha yang datang dari luar
yang sengaja menghasut untuk merusak kesatuan dan persatuan ummat Islam dan memicu
timbulnya kerusuhan, kekacauan, dan permusuhan antar ummat Islam sendiri, yang
akhirnya hanya akan mengembalikan kita kepada keka-firan dan
kejahiliyahan.
Tidak
lama lagi kita bangsa Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi, pemilihan umum.
Pada saat-saat yang demikian biasanya suhu politik menjadi hangat sehingga bisa
memicu kebringasan dan kebrutalan. Ukhuwah Islamiyah menjadi pudar, hancur, dan
berubah menjadi ashobiah atau fanatisme golongan yang dilarang oleh Allah SWT.
Hal ini tidak dapat dicegah, kecuali hanya dengan iman dan taqwa kepada Allah.
Iman dan taqwa kepada Allah dapat menjaga tetap utuhnya ukhuwah/persau-daraan
kita sesama Muslim, sekalipun berbeda pilihan tanda gambar yang akan ditusuknya
dalam pemilihan umum nanti.
Persaudaraan
sesama Muslim tidak bisa dihalangi oleh lautan maupun daratan yang luas, suku
maupun bangsa, apalagi hanya perbedaan tanda gambar.
Nabi
SAW bersabda :
تَرَى اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَـوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ
تَـعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ اْلجَسَدِ اْلـوَاحِدِ، اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلاَعْضَاءِ بِاْلحُمَى وَ السَّــهَرِ.
"Kamu
lihat kaum Mukminin dalam berkasih sayang dan menjalin hubungan seperti satu
tubuh; apabila salah satu anggota tubuh mengeluhkan rasa sakit, maka seluruh
tubuh ikut merasakannya"
لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَكُوْنُوْا
عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا.
"Janganlah
kalian saling hasad, saling membuat makar dan saling bermusuhan. Jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara"
Kaum
Muslimin dan Muslimat yang berbahagia, sebagai penutup khutbah kami pada shalat
hari raya 'Iedul Fithri, tanggal 1 Syawwal 1417 Hijriyah yang bertepatan dengan
tanggal 9 Februari 1997 ini, kami mengajak seluruh kaum Muslimin dan Muslimat di
mana saja berada, terutama yang hadir pada kesempatan ini.
1. Mari kita jaga, bahkan kita tingkatkan ukhuwah
Islamiyah yang lebih mantap lagi, kita hindarkan hal-hal yang dapat merusak
ukhuwah yang mengakibatkan perselisihan dan perpecahan.
2. Kita sukseskan pesta demokrasi yakni pemilihan
umum 1997 dengan memilih wakil-wakil rakyat yang tepat yang dapat melanjutkan
cita-cita pembangunan manusia Indonesia seutuhnya mencapai masyarakat adil
makmur yang merata dan diridlai Allah SWT.
3. Untuk itu semua marilah kita masing-masing
mengendalikan diri, menjaga perbuatan dan ucapan yang dapat menimbulkan rusaknya
kesatuan dan persatuan, mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban. Kita
berusaha menjadi orang Islam yang baik sebagaimana sabda Nabi SAW
:
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ
يـَدِهِ.
"Orang Muslim (yang sebenarnya) adalah
orang yang menjadikan orang lain selamat dari gangguan ucapannya dan
perbuatannya".
4. Dalam pemilihan umum nanti yang menang jangan
sombong, takabur, sapa sira sapa ingsun, kemudian merendahkan yang
kalah. Sebaliknya yang kalah jangan frustrasi dan sakit hati yang bisa
menimbulkan dengki dan iri hati. Harus kita sadari bahwa hal itu sesuatu yang
wajar, dalam permainan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Namun cita-cita
bangsa dan negara menjadi tanggungjawab bersama, baik yang kalah maupun yang
menang dalam pemilu nanti.
Akhirnya
mari kita berdo'a semoga Allah SWT menjadikan bangsa dan negara kita Republik
Indonesia ini aman, tentram dan mendapat ampunan dari-Nya.
اَللّـهُمَّ اَلـِّفْ بَـيْنَ قُـلُوْبـِنَا وَ قُـلُوْبِ
اْلمُـؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُـؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِـمَاتِ،
اَللّـهُمَّ اَصْلِحْ ذَاتِ بَـيْنَـنَا وَ اَلـِّفْ بَـيْنَ قُـلُوْبـِنَا
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَ نَجِّنَا مِنَ الظُّـلُـمَاتِ اِلىَ الـنُّوْرِ،
وَجَنِبْنَا الْـفَوَاحِشَ مَا ظَـهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَـطَنَ. رَبـَّنَا اتِـنَا
فيِ الدُّنْـيَا حَسَنَةً وَّ فيِ اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِـنَا عَذَابَ
الـنَّارِ. وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلـعَالَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar