‘TUNTUNAN SALAM
(2)
4. Aturan memberi
salam
Seorang yang lebih muda
dianjurkan memberi (memulai) salam kepada yang lebih tua. Seorang yang berjalan
dianjurkan memberi salam kepada yang sedang duduk. Mereka yang sedikit jumlahnya
dianjurkan memberi salam kepada yang lebih banyak. Orang yang berkendaraan
dianjurkan mengucapkan salam lebih dahulu kepada yang berjalan. Perhatikanlah
hadits-hadits berikut :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ
عَلَى اْلكَبِيْرِ وَ الْمَارُّ عَلَى اْلقَاعِدِ وَ اْلقَلِيْلُ عَلَى
اْلكَثِيْرِ. البخارى ?: 12?
Dari Abu Hurairah dari Nabi
SAW, beliau bersabda, “(Hendaklah) orang yang muda memberi salam kepada yang
tua, yang berjalan kepada yang duduk, yang sedikit kepada yang
banyak”. [HR. Bukhari juz 7, hal. 127]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يُسَلِّمُ
الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِى وَالْمَاشِى عَلَى اْلقَاعِدِ وَاْلقَلِيْلُ عَلَى
اْلكَثِيْرِ. البخارى ?: 12?
Dari Abu Hurairah RA ia
berkata, Rasulullah SAW bersabda, “(Hendaklah) orang yang naik kendaraan memberi salam
kepada orang yang berjalan kaki, (sedangkan) orang yang berjalan kaki memberi
salam kepada orang yang duduk, dan kelompok yang sedikit memberi salam kepada
yang banyak”. [HR.
Bukhari juz 7, hal. 127]
5. Yang
paling baik yang memulai salam
Jika kita berpapasan dengan
saudara kita di jalan atau di manasaja, sebaiknya kitalah yang mendahului
mengucapkan salam, karena yang demikian ini yang lebih baik :
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ قَالَ: قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلرَّجُلَانِ
يَلْتَقِيَانِ، اَيُّهُمَا يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ؟ قَالَ: اَوْلاَهُمَا
بِاللهِ. الترمذى هذا حديث حسن 4: 159
Dari Abu Umamah, ia berkata :
Ditanyakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, ada dua orang yang bertemu, lalu
manakah yang lebih dahulu memberi salam diantara keduanya ?”. Beliau SAW menjawab, “Orang yang lebih baik diantara keduanya bagi
Allah”. [HR. Tirmidzi, Ini hadits hasan juz 4, hal. 159, no.
2835]
6. Salam
ketika datang di majlis atau ketika meninggalkan
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا انْتَهَى
اَحَدُكُمْ اِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ، اِذَا اَرَادَ اَنْ يَقُوْمَ
فَلْيُسَلِّمْ. فَلَيْسَتِ اْلاُوْلَى بِاَحَقَّ مِنَ اْلا?خِرَةِ. ابو داود 4: 353
Dari Abu Hurairah, ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang dari kalian tiba di majlis,
hendaklah mengucapkan salam. Dan apabila ia ingin meninggalkan majlis, maka
hendaklah mengucapkan salam. Maka yang pertama tidaklah lebih berhaq dari yang
akhir”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 353, no.
5208]
7. Pria
boleh memberi salam kepada wanita dan sebaliknya
Seorang laki-laki
dibenarkan mengucapkan salam kepada wanita ketika mereka bertemu di jalan dan
sebagainya. Begitu pula sebaliknya, wanita boleh memberi salam kepada orang
laki-laki :
عَنْ اَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيْدَ قَالَتْ: اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَرَّ
فِى الْمَسْجِدِ يَوْمًا وَ عُصْبَةٌ مِنَ النِّسَاءِ قُعُوْدٌ، فَاَلْوَى بِيَدِهِ
بِالتَّسْلِيْمِ. الترمذى 4: 160، هذا حديث حسن
Dari Asma’ binti Yazid, ia berkata : Bahwasanya pada suatu hari
Rasulullah SAW melewati masjid, dan (di sana ada) sekelompok wanita sedang
duduk, lalu Nabi SAW berisyarat dengan tangannya sambil memberi
salam”. [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 160, no. 2839, ini hadits
hasan]
8.
Ucapkanlah salam kepada keluarga
Memberi salam bukan hanya
kepada orang lain dan tidak pula khusus untuk memasuki rumah orang lain saja,
tetapi dianjurkan juga ketika kita akan memasuki rumah sendiri. Oleh karena itu
lakukanlah hal ini seperti anjuran Nabi SAW kepada Anas sebagaimana dalam
riwayat berikut :
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ: قال اَنَسٌ: قَالَ لِيْ
رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا بُنَيَّ اِذَا دَخَلْتَ عَلَى اَهْلِكَ فَسَلِّمْ تَكُوْنُ
بَرَكَةً عَلَيْكَ وَ عَلَى اَهْلِ بَيْتِكَ. الترمذى 4: 161 هذا حديث حسن صحيح
Dari Sa’id bin Musayyab, ia berkata : Anas berkata :
Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Hai anakku, apabila kamu masuk ke rumah keluargamu
maka berilah salam, karena ia akan menjadi barakah untukmu dan untuk
keluargamu”. [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 161, no. 2841, ini hadits
hasan shahih]
9.
Mengucapkan salam kepada anak-anak
Jika kita melewati
anak-anak yang sedang bermain atau bertemu mereka di jalan dianjurkan
mengucapkan salam kepada mereka, sebagaimana riwayat berikut ini
:
عَنْ سَيَّارٍ قَالَ: كُنْتُ اَمْشِى مَعَ ثَابِتٍ اْلبُنَانِيِّ
فَمَرَّ بِصِبْيَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ وَ حَدَّثَ ثَابِتٌ اَنَّهُ كَانَ
يَمْشِى مَعَ اَنَسٍ فَمَرَّ بِصِبْيَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ، وَ حَدَّثَ اَنَسٌ
اَنَّهُ كَانَ يَمْشِى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَمَرَّ بِصِبْيَانٍ فَسَلَّمَ
عَلَيْهِمْ. مسلم 4: 1?08
Dari Sayyar, ia berkata,
“Dahulu aku berjalan bersama Tsabit Al-Bunaniy, lalu
melewati sekumpulan anak-anak, kemudian ia memberi salam kepada mereka. Kemudian
Tsabit bercerita, bahwasanya dahulu dia berjalan bersama Anas, lalu melewati
anak-anak, kemudian Anas memberi salam kepada mereka. Dan Anas menceritakan,
bahwasanya ia dahulu berjalan bersama Rasulullah SAW lalu melewati anak-anak,
kemudian Rasulullah SAW memberi salam kepada mereka”. [HR. Muslim juz 7, hal. 1708]
10. Berkirim
salam serta jawabnya
Jika ada seorang Islam berkirim
salam kepada kita melalui orang lain, maka wajib bagi kita membalas salamnya itu
:
عَنْ غَالِبٍ قَالَ: اِنَّا لَجُلُوْسٌ بِبَابِ اْلحَسَنِ، اِذْ جَاءَ
رَجُلٌ فَقَالَ: حَدَّثَنِى اَبِى عَنْ جَدِّى قَالَ: بَعَثَنِى اَبِى اِلَى
رَسُوْلِ اللهِ ص، فَقَالَ: اِئْتِهِ فَاَقْرِئْهُ السَّلَامَ، قَالَ: فَاَتَيْتُهُ
فَقُلْتُ: اِنَّ اَبِى يُقْرِئُكَ السَّلَامَ، فَقَالَ: عَلَيْكَ وَ عَلَى
اَبِيْكَ السَّلَامُ. ابو داود 4: 358
Dari Ghalib ia berkata :
Dahulu kami sedang duduk di pintunya Al-Hasan (Al-Bashriy), tiba-tiba seorang
laki-laki datang lalu berkata, “Ayahku menceritakan kepadaku, bersumber dari kakekku,
ia berkata, “Ayahku menyuruhku datang kepada Rasulullah
SAW”. Ia berkata, “Datanglah kepada beliau dan sampaikanlah salamku
kepada beliau”. Ia berkata : Lalu aku datang kepada beliau dan
berkata, “Sesungguhnya ayahku mengucapkan salam
kepadamu”. Maka Nabi SAW menjawab, “ ‘Alaika wa ‘alaa abiikas salaam (Semoga keselamatan atas kamu dan atas
bapakmu)”. [HR, Abu Dawud juz 4, hal. 358, no.
5231]
Keterangan
:
1. Kalau yang titip salam seorang laki-laki, dan
yang dititipi juga seorang laki-laki, maka kita menjawab salam dengan :
'Alaika wa 'alaihis-salaam.
2. Kalau yang titip salam seorang wanita, dan
yang dititipi juga seorang wanita, maka kita menjawab salam dengan : 'Alaiki
wa 'alaihas-salaam.
3. Kalau yang titip salam seorang laki-laki, dan
yang dititipi seorang wanita, maka kita menjawab salam dengan : 'Alaiki wa
'alaihis-salaam.
4. Kalau yang titip salam seorang wanita, dan
yang dititipi seorang laki-laki, maka kita menjawab salam dengan : 'Alaika wa
'alaihas-salaam.
5. Kalau yang titip salam dua orang
laki-laki/wanita, dan yang dititipi seorang laki-laki, maka kita menjawab salam
dengan : 'Alaika wa 'alaihimas-salaam.
6. Kalau yang titip salam dua orang
laki-laki/wanita, dan yang dititipi seorang wanita, maka kita menjawab salam
dengan : 'Alaiki wa 'alaihimas-salaam.
7. Kalau yang titip salam orang laki-laki banyak,
dan yang dititipi seorang laki-laki, maka kita menjawab salam dengan :
'Alaika wa 'alaihimus-salaam.
8. Kalau yang titip salam wanita banyak, dan yang
dititipi seorang wanita, maka kita menjawab salam dengan : 'Alaiki wa
'alaihinnas-salaam.
عَنْ اَبِى سَلَمَةَ ابْنِ عَبْدِ الرَّحْم?نِ اَنَّ عَائِشَةَ رض حَدَّثَتْهُ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لَهَا:
اِنَّ جِبْرِيْلَ يُقْرِئُكِ السَّلَامَ. قَالَتْ: وَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَ
رَحْمَةُ اللهِ. البخارى ?: 132
Dari Abu Salamah ibnu
'Abdurrahman, bahwasanya ‘Aisyah RA menceritakan kepadanya : Bahwasanya Nabi SAW
bersabda kepada ‘Aisyah, “Sesungguhnya Jibril berkirim salam
kepadamu”. Lalu ‘Aisyah menjawab, “Wa ‘alaihis-salaam wa rohmatullooh (Semoga keselamatan dan rahmat Allah
atasnya)”. [HR.
Bukhari juz 7, hal 132]
11. Larangan
menjawab salam ketika sedang buang air
Bila ada seseorang
memberi salam kepada kita sedang waktu itu kita berada di kamar kecil sedang
buang air, maka kita tidak perlu menjawab salamnya. Rasulullah SAW memberikan
contoh kepada kita, sebagaimana riwayat di bawah ini :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَجُلًا سَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ ص وَ هُوَ
يَبُوْلُ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ. الترمذى 1: 61، هذا حديث حسن صحيح
Dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ada seorang laki-laki memberi salam
kepada Nabi SAW diwaktu beliau sedang buang air kecil (kencing), maka beliau
tidak menjawabnya”. [HR.
Tirmidzi juz 1, hal. 61, no. 90, ia berkata : Ini hadits hasan
shahih]
12. Larangan
memberi salam kepada orang kafir
Salam, hanya kita ucapkan
kepada saudara kita yang beragama Islam, tidak dibenarkan kita mengucapkan salam
kepada mereka yang bukan muslim. Perhatikan riwayat berikut :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لَا تَبْدَؤُا
اْليَهُوْدَ وَ لَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ. مسلم 4: 1?0?
Dari Abu Hurairah, bahwasanya
Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian memulai (memberi) salam kepada orang
Yahudi dan Nashrani”. [HR.
Muslim juz 4, hal. 1707]
Larangan Nabi SAW
tersebut dapat dimengerti, karena hakikat salam itu adalah doa keselamatan yang
kita berikan kepada saudara kita. Sedang doa keselamatan itu hanya dibenarkan
untuk sesama muslim saja, sebagaimana firman Allah :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَ الَّذِيْنَ ا?مَنُوْآ اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْآ
اُولِيْ قُرْب?ى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْح?بُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
Tidak pantas bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun untuk orang-orang musyrikin, sekalipun
mereka itu adalah sanak kerabatnya setelah nyata bagi mereka bahwasanya
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam. [QS. At-Taubah : 113]
13. Jawaban
apabila diberi salam oleh orang kafir
Jika orang Nashrani atau Yahudi
serta orang kafir lainnya memberi salam kepada kita, maka kita jawab salam
mereka itu dengan perkataan wa ‘alaika atau
wa ‘alaikum. Nabi SAW mengajarkan kita melakukan yang demikian
itu sebagaimana hadits di bawah ini :
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ اَصْحَابَ النَّبِيِّ ص قَالُوْا لِلنَّبِيِّ ص:
اِنَّ اَهْلَ اْلكِتَابِ يُسَلِّمُوْنَ عَلَيْنَا، فَكَيْفَ نَرُدُّ عَلَيْهِمْ؟
قَالَ: قُوْلُوْا وَ عَلَيْكُمْ. مسلم 4: 1?06
Dari Anas, bahwasanya para
shahabat Nabi SAW bertanya kepada Nabi SAW, “Sesungguhnya orang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani)
memberi salam kepada kami, lalu bagaimanakah kami menjawab (salam) mereka itu
?”. Beliau menjawab, “Katakanlah Wa ‘alaikum”. [HR.
Muslim juz 4, hal. 1706]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا
سَلَّمَ عَلَيْكُمُ اْليَهُوْدُ فَاِنَّمَا يَقُوْلُ اَحَدُهُمْ: اَلسَّامُ
عَلَيْكَ، فَقُلْ: وَ عَلَيْكَ. البخارى ?: 134
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda, “Apabila orang Yahudi memberi salam kepadamu, maka
hanyasanya seseorang dari mereka itu berkata “As-saamu ‘alaika (Mudah-mudahan kematian
atasmu)”. Maka katakanlah, “Wa ‘alaika (Dan atasmu juga)”. [HR.
Bukhari juz 7, hal. 134]
14. Boleh
mengucapkan salam di majlis campuran muslim dan kafir
Bila kita berada dalam
suatu pertemuan atau ketika kita melewati sekelompok orang atau memasuki rumah
dimana terdapat orang muslim dan orang kafir, dibenarkan kita memberi salam
kepada mereka.
عَنْ اُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص مَرَّ بِمَجْلِسٍ فِيْهِ
اَخْلَاطٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ اْليَهُوْدِ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ. الترمذى 4: 163، هذا حديث حسن صحيح
Dari Usamah bin Zaid,
bahwasanya Nabi SAW pernah melewati suatu majlis dimana terdapat campuran
orang-orang Islam dan Yahudi, maka beliau memberi salam kepada mereka.
[HR. Tirmidzi juz 4, hal. 163, no.
2845, ini hadits hasan shahih]
عَنْ عُرْوَةَ اَنَّ اُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ اَخْبَرَهُ اَنَّ النَّبِيَّ
ص رَكِبَ حِمَارًا عَلَيْهِ اِكَافٌ تَحْتَهُ قَطِيْفَةٌ فَدَكِيَّةٌ وَ اَرْدَفَ
وَرَاءَهُ اُسَامَةَ وَ هُوَ يَعُوْدُ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ فِيْ بَنِي اْلحَارِثِ
بْنِ الْخَزْرَجِ وَ ذَاكَ قَبْلَ وَقْعَةِ بَدْرٍ حَتَّى مَرَّ بِمَجْلِسٍ فِيْهِ
اَخْلَاطٌ مِنْ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ عَبَدَةِ اْلاَوْثَانِ وَ
الْيَهُوْدِ فِيْهِمْ عَبْدُ اللهِ بْنُ اُبَيٍّ وَ فِي الْمَجْلِسِ عَبْدُ اللهِ
بْنُ رَوَاحَةَ، فَلَمَّا غَشِيَتِ الْمَجْلِسَ عَجَاجَةُ الدَّابَّةِ خَمَّرَ
عَبْدُ اللهِ بْنُ اُبَيٍّ اَنْفَهُ بِرِدَائِهِ، ثُمَّ قَالَ لَا تُغَبِّرُوْا
عَلَيْنَا، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمُ النَّبِيُّ ص ثُمَّ وَقَفَ فَنَزَلَ. فَدَعَاهُمْ
اِلَى اللهِ وَ قَرَأَ عَلَيْهِمْ الْقُرْا?نَ. مسلم 3: 1422
Dari 'Urwah, bahwasanya
Usamah bin Zaid telah mengkhabarkan kepadanya, bahwa Nabi SAW menaiki keledai
yang berpelana dan di bawahnya ada kain selimut buatan Fadak yang sudah usang,
sedangkan Usamah membonceng di belakang beliau. Ketika itu beliau pergi hendak
menjenguk Sa'ad bin ‘Ubadah di perkampungan Bani Harits bin Khazraj, waktu itu
sebelum terjadi perang Badar. (Di tengah perjalanan) beliau melewati suatu
majlis yang terdiri dari orang-orang Muslim, orang-orang Musyrik penyembah
berhala dan orang-orang Yahudi, dan diantara mereka terdapat ‘Abdullah bin Ubay,
dan di majlis itu juga ada ‘Abdullah bin Rawahah. Ketika debu membubung karena
derap langkah kendaraan, maka ‘Abdullah bin Ubay menutup hidungnya dengan
ridaa’nya, lalu berkata, "Janganlah kalian taburkan debu kepada kami”. Lalu Nabi
SAW memberi salam kepada mereka, kemudian berhenti dan turun. Beliau lalu
mengajak mereka (untuk beriman) kepada Allah dengan membacakan ayat-ayat
Al-Qur'an kepada mereka”. [HR. Muslim
juz 3, hal. 1422]
Keterangan
:
Dalam hadits itu disebutkan
bahwa Nabi SAW memberi salam kepada “mereka”. Adapun yang dimaksud “mereka” dalam hal ini tentunya yang beragama Islam saja,
tidak termasuk mereka yang bukan muslim. Jadi salam yang diucapkan Nabi SAW
tersebut hanya ditujukan kepada kaum muslimin yang ada di situ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar