HALAL HARAM DALAM ISLAM
(Tentang Makanan)
1. Asal tiap-tiap sesuatu adalah mubah
Islam menetapkan bahwa asal sesuatu yang
diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang haram, kecuali
karena ada nash yang sah dan tegas dari syari’ (yang berwenang membuat hukum), yaitu
Allah dan Rasul-Nya yang mengharamkannya. Qaidah ushul mengatakan :
اْلاَصْلُ فِى اْلاَشْيَاءِ اْلاِبَاحَةُ.
اصول الفقه
Asal tiap-tiap sesuatu adalah mubah. [Ushul Fiqh]
Kalau tidak ada nash yang sah atau tegas (sharih) yang menunjukkan
haram, maka hal tersebut tetap sebagaimana asalnya, yaitu mubah.
Ulama-ulama Islam mendasari ketetapan
tersebut dengan dalil ayat-ayat Al-Qur’an, yang antara lain :
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى اْلاَرْضِ جَمِيْعًا. البقرة: 29
Dia lah yang menjadikan segala yang ada
di bumi untuk kamu. [QS. Al-Baqarah :
29]
وَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّم?و?تِ وَ مَا فِى اْلاَرْضِ جَمِيْعًا
مِنْهُ.
الجاثية : 13
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. [QS. Al-Jaatsiyah : 13]
Di dalam hadits dijelaskan sebagai berikut
:
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ رض رَفَعَ اْلحَدِيْثَ قَالَ: مَا اَحَلَّ
اللهُ فِى كِتَابِهِ فَهُوَ حَلَالٌ، وَ مَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ، وَ مَا سَكَتَ
عَنْهُ فَهُوَ عَافِيَةٌ فَاقْبَلُوْا مِنَ اللهِ اْلعَافِيَةَ فَاِنَّ اللهَ لَمْ
يَكُنْ نَسِيًّا، ثُمَّ تَلَا ه?ذِهِ اْلا?يَةَ: وَ مَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا. الحاكم 2: 406، رقم: 3419
Dari Abud Dardaa’ RA, ia mengatakannya dari Nabi SAW,
beliau bersabda, “Apasaja yang Allah halalkan dalam kitab-Nya, maka hal itu adalah
halal. Dan apasaja yang Ia haramkan, maka hal itu adalah haram. Sedang apasaja
yang Ia diamkan, maka hal itu dibolehkan (ma’fu), oleh karena itu terimalah
kema’afan dari Allah itu. Sebab sesungguhnya Allah tidak lupa sedikitpun.
Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat ini : Wa maa kaana robbuka nasiyyaa
(Dan Tuhan mu tidak lupa) – QS. Maryam : 64. [HR. Hakim juz 2, hal. 406, no. 3419]
عَنْ سَلْمَانَ اْلفَارِسِيّ قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ
السَّمْنِ وَ اْلجُبْنِ وَ اْلفِرَاءِ، قَالَ: اَلْحَلَالُ مَا اَحَلَّ اللهُ فِى
كِتَابِهِ وَ اْلحَرَامُ مَا حَرَّمَ اللهُ فِى كِتَابِهِ، وَ مَا سَكَتَ عَنْهُ
فَهُوَ مِمَّا عَفَا عَنْهُ. ابن ماجه 2: 1117، رقم: 3367
Dari Salman Al-Farisiy, ia berkata : Rasulullah SAW ditanya tentang (hukumnya) minyak samin, keju
dan keledai liar, maka beliau bersabda, “Yang halal adalah apa-apa yang Allah
halalkan dalam kitab-Nya. Dan yang haram adalah apa-apa yang Allah haramkan
dalam kitab-Nya. Sedang apa yang Ia diamkan, maka hal itu adalah sesuatu yang
Allah ma’afkan”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1117, no. 3367, dla’if karena dalam
sanadnya ada perawi bernama Saif bin Harun]
2. Orang yang mengharamkan
yang halal dan menghalalkan yang haram, berdosa besar.
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ ه?ذَا حَل لٌ?
وَّ ه ذَ?ا حَرَامٌ لّتَفْتَرُوْا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ، اِنَّ الَّذِيْنَ
يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَ. النحل: 116
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa
yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [QS. An-Nahl : 116]
ي??آيُّهَا الَّذِيْنَ ا?مَنُوْا لَا تُحَرّمُوْا طَـيّـب?تِ مَآ اَحَلَّ اللهُ لَكَمْ وَ لَا تَعْتَدُوْا، اِنَّ اللهَ لَا
يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ. وَ كُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلَالاً طَـيّـبًا
وَّ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ اَنْـتُمْ بِه مُؤْمِنُوْنَ. المائدة:87-88
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah Yang kamu beriman
kepada-Nya. [QS. Al-Maaidah : 87-88]
3. Menjauhkan diri dari yang syubhat karena khawatir terjatuh dalam
haram
عَنْ عَامِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ يَقُوْلُ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ : الْحَلَالُ بَيّنٌ وَ الْحَرَامُ بَيّنٌ وَ
بَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى
الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَ عِرْضِهِ، وَ مَنْ وَقَعَ فِي
الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ اَنْ يُوَاقِعَهُ، اَلَا وَ
اِنَّ لِكُلّ مَلِكٍ حِمًى، اَلَا اِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، اَلَا وَ اِنَّ
فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً اِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَ اِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ اَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ. البخارى 1: 19
Dari 'Amir, ia berkata : Saya mendengar Nu'man bin Basyir berkata :
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Yang halal sudah jelas dan yang haram
pun sudah jelas, dan diantara keduanya itu ada beberapa perkara syubhat
(samar-samar) yang kebanyakan orang tidak tahu, (apakah dia itu masuk bagian
yang halal ataukah yang haram). Maka barangsiapa yang menjaga diri dari yang
samar-samar, berarti ia membersihkan dirinya untuk agama dan kehormatannya. Dan
barangsiapa mengerjakan yang samar-samar (hampir-hampir ia akan jatuh ke dalam
yang haram), sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah
larangan, dia hampir-hampir akan jatuh padanya. Ingatlah, bahwa tiap-tiap raja
mempunyai daerah larangan. Ingatlah bahwa daerah larangan Allah itu ialah semua
yang diharamkan. Dan ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada
segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baik pulalah jasad itu
seluruhnya, dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pulalah jasad itu
seluruhnya. Ketahuilah, ia adalah hati". [HR. Bukhari juz 1, hal. 19]
4. Tentang makanan yang haram bagi ummat Islam
Firman Allah SWT :
قُلْ لَّآ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا
عَلى? طَاعِمٍ يَّطْعَمُه اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا
مُّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّه رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ
لِغَيْرِ اللهِ بِهِ، فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ رَبَّكَ
غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. الانعام:145
Katakanlah, “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali
kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi, karena
semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.
Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [QS. Al-An’aam : 145]
اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَ الدَّمَ وَ لَحْمَ
اْلخِنْزِيْرِ وَ مَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِه، فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ
وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. النحل: 115
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu
(memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut
nama selain Allah. Tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak
menganiaya dan tidak melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. [QS. An-Nahl : 115]
اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَ الدَّمَ وَ لَحْمَ
اْلخِنْزِيْرِ وَ مَآ اُهِلَّ بِه لِغَيْرِ اللهِ، فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ
وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. البقرة: 173
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Baqarah : 173]
حُرّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَ الدَّمُ وَ لَحْمُ اْلخِنْزِيْرِ وَ
مَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِه وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ
وَالْمُتَرَدّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ،
وَ مَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَ اَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِاْلاَزْلَامِ،
ذ?لِكُمْ فِسْقٌ، اْليَوْمَ يَئِسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَ اخْشَوْنِ، اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ
اَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَ رَضِيْتُ لَكُمُ اْلاِسْلَامَ دِيْنًا، فَمَنِ
اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لّاِثْمٍ فَاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ
رَّحِيْمٌ. المائدة: 3
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Maaidah : 3]
Keempat ayat di atas, 2 diturunkan sebelum hijrah Nabi SAW, jadi
termasuk ayat-ayat Makkiyah, yaitu ayat 145 surat Al-An’aam dan ayat 115 surat
An-Nahl. Sedangkan 2 ayat yang lain, yaitu 173 surat Al-Baqarah dan ayat 3 surat
Al-Maaidah termasuk ayat-ayat Madaniyah, kesemuanya menjelaskan bahwa makanan
yang diharamkan Allah bagi ummat Islam hanyalah :
1. bangkai,
2. darah,
3. daging babi, dan
4. Sembelihan yang disembelih dengan disebut
(nama) selain Allah.
Inilah empat macam makanan yang diharamkan oleh Allah berdasar
keempat firman-Nya di atas.
Adapun antara ayat 3 Al-Maaidah yang menetapkan 10 macam binatang
yang haram, dengan ayat 145 Al-An’aam, ayat 115 An-Nahl dan ayat 173 Al-Baqarah
yang menetapkan 4 macam itu, sama sekali tidak bertentangan. Karena ayat 3 surat
Al-Maaidah tersebut merupakan perincian dari tiga ayat yang lain yang telah
disebutkan di atas.
Binatang yang dicekik, dipukul, jatuh dari atas, ditanduk dan karena
dimakan binatag buas, semuanya adalah termasuk dalam pengertian bagkai. Jadi
semua itu sekedar perincian dari kata bangkai. Begitu juga binatang yag
disembelih untuk berhala, adalah semakna dengan yang disembelih dengan disebut
(nama) selain Allah, Jadi kedua-duanya mempunyai pengertian yang
sama.
Ringkasnya, secara global (ijmaliy) makanan yang diharamkan itu ada
empat macam, dan kalau diperinci bisa menjadi sepuluh, sebagaimana pada surat
Al-Maaidah ayat 3 tersebut.
5. Ikan dan belalang dapat dikecualikan dari bangkai.
Ada dua binatang yang dikecualikan oleh syari’at Islam dari kategori
bangkai, yaitu belalang dan ikan (dan sebangsanya), berdasarkan riwayat sebagai
berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى اَوْفَى قَالَ: غَزَوْنَا مَعَ رَسُوْلِ
اللهِ ص سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ اْلجَرَادَ. مسلم 3: 1546
Dari 'Abdullah bin Abi 'Aufaa, ia berkata, "Kami pernah tujuh kali
ikut berperang bersama Rasulullah SAW dan kami makan belalang". [HR. Muslim juz 3, hal. 1546]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اُحِلَّ
لَكُمْ مَيْتَتَانِ وَ دَمَانِ، فَاَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَاْلحُوْتُ وَ اْلجَرَادُ
وَ اَمَّا الدَّمَانِ فَاْلكَبِدُ وَ الطّحَالُ. ابن ماجه 2: 1101، رقم: 3314
.Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Dihalalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan
dan belalang, sedangkan dua darah yaitu hati dan limpa". [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1101, no. 3314, dla'if karena dalam
sanadnya ada perawi bernama 'Abdur Rahman bin Zaid]
Dan firman Allah SWT :
اُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ اْلبَحْرِ وَ طَعَامُه … المائدة: 96
Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan
makanannya. [QS. Al-Maaidah : 96]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ:
اِنَّا نَرْكَبُ اْلبَحْرَ وَ مَعَنَا اْلقَلِيْلُ مِنَ الْمَاءِ فَاِنْ
تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا اَفَنَتَوَضَّأُ مِنْ مَاءِ اْلبَحْرِ؟ فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ اَلْحِلُّ مَيْتَتُهُ. الدارمى 1: 186، رقم: 711
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah SAW, ia berkata, "Sesungguhnya kami biasa berlayar dan kami membawa
bekal air tawar hanya sedikit. Jika kami berwudlu dengan air tersebut maka kami
bisa kehausan. Maka bolehkah kami berwudlu dengan air laut ?". Rasulullah SAW
menjawab, "Laut itu suci airnya dan halal bangkainya". [HR. Darimiy juz 1, hal. 186, no. 711]
6. Perbedaan pendapat tentang makanan yang diharamkan
Di depan telah kami jelaskan bahwa makanan yang diharamkan oleh Allah
hanyalah empat macam, yaitu : bangkai, darah, daging babi dan sembelihan yang
ketika disembelih disebut (nama) selain Allah (sembelihan bukan karena Allah).
Adapun makanan yang diharamkan atau larangan dalam hadits, hukumnya hanyalah
makruh (apabila dilakukan tidak berdosa, apabila ditinggalkan berpahala). Namun
sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa selain empat macam yang disebutkan
dalam Al-Qur’an, yang dilarang di dalam haditspun haram pula kita memakannya.
Hadits-hadits tersebut sebagai berikut :
a) Larangan memakan keledai jinak :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض نَهَى النَّبِيُّ ص عَنْ لُحُوْمِ الْحُمُرِ
اْلاَهْلِيَّةِ يَوْمَ خَيْبَرَ. البخارى 6: 229
Dari Ibnu ‘Umar RA, (ia berkata), “Nabi SAW melarang (memakan) daging
himar jinak pada perang Khaibar”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 229]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص يَوْمَ
خَيْبَرَ عَنْ لُحُوْمِ الْحُمُرِ وَ رَخَّصَ فِيْ لُحُوْمِ الْخَيْلِ. البخارى 6: 230
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, “Nabi
SAW pada perang Khaibar melarang memakan daging himar (jinak), dan membolehkan
memakan daging kuda”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 230]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَهُ جَاءٍ
فَقَالَ: اُكِلَتِ الْحُمُرُ ثُمَّ جَاءَهُ جَاءٍ فَقَالَ: اُكِلَتِ الْحُمُرُ
ثُمَّ جَاءَهُ جَاءٍ فَقَالَ: اُفْنِيَتِ الْحُمُرُ، فَاَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى
فِى النَّاسِ: اِنَّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُوْمِ الْحُمُرِ
اْلاَهْلِيَّةِ، فَاِنَّهَا رِجْسٌ. فَاُكْفِئَتِ الْقُدُوْرُ وَ اِنَّهَا
لَتَفُوْرُ بِاللَّحْمِ. البخارى 6: 230
Dari Anas bin Maalik RA bahwasanya Rasulullah SAW kedatangan seorang
laki-laki, lalu ia berkata, “Himar-himar banyak dimakan”. Lalu datang lagi
seorang laki-laki, lalu ia berkata, “Himar-himar banyak dimakan”, lalu datang
lagi seorang laki-laki, lalu ia berkata, “Himar-himar hampir habis”. Maka beliau
menyuruh seorang penyeru untuk menyerukan kepada orang banyak, “Sesungguhnya
Allah dan rasul-Nya melarang kalian memakan daging himar jinak, karena hal itu
kotor”. Oleh karena itu orang-orang lalu menumpahkan periuk-periuk yang berisi
daging (himar) yang dimasak tersebut. [HR. Bukhari juz 6,hal. 230]
b) Larangan makan binatang buas yang bertaring :
عَنْ اَبِى ثَعْلَبَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنْ اَكْلِ
كُلّ ذِى نَابٍ مِنَ السّبَاعِ. البخارى 6: 230، و مسلم 3: 1533
Dari Abu Tsa'labah RA, bahwasanya Rasulullah SAW melarang memakan
setiap binatang buas yang mempunyai taring. [HR. Bukhari juz 6, hal. 230, dan Muslim juz 3, hal.
1533]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنْ كُلّ ذِيْ
نَابٍ مِنَ السّبَاعِ وَ عَنْ كُلّ ذِيْ مِخْلَبٍ مِنَ الطَّيْرِ. مسلم 3: 1534
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang memakan setiap
binatang buas yang bertaring dan setiap burung yang berkuku
tajam". [HR. Muslim juz 3, hal. 1534]
Demikianlah tentang haramnya makanan, ‘ulama
berbeda pendapat tentang hal tersebut, sehingga terjadi dua pendapat :
Pendapat pertama, menyatakan bahwa yang haram hanyalah 4 macam makanan yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an, yaitu : bangkai, darah, daging babi dan
sembelihan yang ketika disembelih disebut (nama) selain Allah (sembelihan bukan
karena Allah). Adapun larangan atau pengharaman yang ada di dalam hadits-hadits
hukumnya hanyalah makruh, yang kalau dilakukan tidak berdosa, dan apabila
ditinggalkan berpahala.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa yang haram adalah apa-apa yang disebutkan di dalam
Al-Qur’an dan ditambah apa-apa yang disebutkan di dalam hadits Nabi SAW.
Walloohu
a’lam.
7.
Beberapa binatang yang para shahabat memakannya, sedangkan Nabi SAW tidak
melarang.
a. Dlabb (biawak)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: الضَّبُّ لَسْتُ
آكُلُهُ وَ لَا اُحَرّمُهُ. البخارى 6: 231
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Nabi SAW
bersabda, “Biawak itu aku tidak mau memakannya, tetapi aku tidak
mengharamkannya”. [HR. Bukhari juz 6, hal.
231]
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ ص وَ هُوَ عَلَى
الْمِنْبَرِ عَنْ اَكْلِ الضَّبّ، فَقَالَ: لَا آكُلُهُ وَ لَا
اُحَرّمُهُ. مسلم 3: 1542
Dari Ibnu Umar dia berkata, "Seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang daging biawak saat beliau di
atas mimbar. Beliau menjawab, "Saya tidak memakannya dan juga tidak
mengharamkannya”. [HR. Muslim juz 3, hal.
1542]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: دَخَلْتُ اَنَا وَ خَالِدُ بْنُ
الْوَلِيْدِ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص بَيْتَ مَيْمُوْنَةَ، فَاُتِيَ بِضَبّ
مَحْنُوْذٍ، فَاَهْوَى اِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص بِيَدِهِ، فَقَالَ بَعْضُ
النّسْوَةِ اللَّاتِي فِي بَيْتِ مَيْمُوْنَةَ اَخْبِرُوْا رَسُوْلَ اللهِ ص بِمَا
يُرِيْدُ اَنْ يَأْكُلَ، فَرَفَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَدَهُ، فَقُلْتُ اَحَرَامٌ
هُوَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: لَا، وَ لكِنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِاَرْضِ قَوْمِي
فَاَجِدُنِي اَعَافُهُ. قَالَ خَالِدٌ: فَاجْتَرَرْتُهُ فَاَكَلْتُهُ وَ رَسُوْلُ
اللهِ ص يَنْظُرُ. مسلم 3: 1543
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, "Saya
dan Khalid bin Walid bersama-sama dengan Rasulullah SAW datang ke rumah
Maimunah, lalu ia hidangkan kepada kami daging biawak yang telah dibakar,
Rasulullah SAW lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil daging tersebut,
tiba-tiba sebagian dari wanita yang berada di rumah Maimunah berkata,
"Beritahukanlah dulu kepada Rasulullah SAW hidangan yang akan beliau makan”.
Karena itu Rasulullah SAW lalu menarik tangannya. Lantas saya bertanya, "Apakah
daging tersebut haram wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Tidak, tetapi karena
ia tidak ada di negeri kaumku, maka saya merasa jijik untuk memakannya”. Khalid
berkata, "Lalu saya ambil daging tersebut dan saya makan, sedangkan Rasulullah
SAW melihat”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1543]
b. Kuda
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص يَوْمَ
خَيْبَرَ عَنْ لُحُوْمِ اْلحُمُرِ وَ رَخَّصَ فِى لُحُوْمِ
اْلخَيْلِ. البخارى 6: 229
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, “Pada
perang Khaibar, Nabi SAW melarang kami memakan daging himar (jinak), dan beliau
membolehkan memakan daging kuda”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 229]
عَنْ اَسْمَاءَ قَالَتْ: نَحَرْنَا فَرَسًا عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ
ص فَاَكَلْنَاهُ. البخارى 6: 229، و مسلم 3: 1541
Dari Asma’ dia berkata, "Kami pernah
menyembelih seekor kuda pada zaman Rasulullah SAW, lalu kami memakan
dagingnya”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 229, dan Muslim
juz 3, hal. 1541]
c. Himar liar
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: اَكَلْنَا زَمَنَ خَيْبَرَ
الْخَيْلَ وَ حُمُرَ الْوَحْشِ، وَ نَهَانَا النَّبِيُّ ص عَنِ الْحِمَارِ
الْاَهْلِيّ. مسلم 3: 1541
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Pada waktu perang Khaibar kami
pernah memakan daging kuda dan keledai liar, dan Nabi SAW melarang kami makan
daging keledai jinak”. [HR. Muslim juz 3, hal.
1541]
d. Kelinci
عَنْ اَنَسٍ رضِ قَالَ: اَنْفَجْنَا اَرْنَبًا وَ نَحْنُ بِمَرّ
الظَّهْرَانِ فَسَعَى الْقَوْمُ فَلَغَبُوْا فَاَخَذْتُهَا فَجِئْتُ بِهَا اِلَى
اَبِي طَلْحَةَ فَذَبَحَهَا فَبَعَثَ بِوَرِكَيْهَا اَوْ قَالَ بِفَخِذَيْهَا اِلَى
النَّبِيّ ص فَقَبِلَهَا. البخارى 6: 231
Dari Anas RA, ia berkata, "Ketika kami lewat di Marrudh-Dhahran,
tiba-tiba kami di kagetkan oleh seekor kelinci, lalu orang-orang mengejar
kelinci tersebut hingga mereka kelelahan, lalu saya berhasil menangkapnya, lalu
saya membawanya kepada Abu Thalhah, kemudian dia menyembelihnya, dan mengirimkan
kedua tepongnya atau kedua pahanya kepada Nabi SAW, lalu beliau
menerimanya”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 231]
8. Tentang sembelihan secara Islam
Sembelihan yang dituntunkan oleh agama Islam
adalah sebagai berikut :
a. Menyebut Basmalah ketika
menyembelihnya
Orang Islam ketika menyembelih hewan disyari’atkan menyebut nama
Allah (Basmalah), berdasarkan firman Allah :
فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ
بِا?ي?تِه مُؤْمِنِيْنَ. الانعام:118
Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah
ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. [QS. Al-An'aam : 118]
وَلَا تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ وَ اِنَّه
لَفِسْقٌ. الانعام:121
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang
yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasiqan. [QS. Al-An'aam : 121]
b. Alat untuk menyembelih harus tajam.
عَنْ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ قَالَ: ثِنْتَانِ حَفِظْتُهُمَا عَنْ
رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلاِحْسَانَ عَلَى كُلّ شَيْءٍ،
فَاِذَا قَتَلْتُمْ فَاَحْسِنُوا اْلقِتْلَةَ وَ اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوا
الذَّبْحَ وَ لْيُحِدَّ اَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَ لْيُرِحْ
ذَبِيْحَتَهُ. مسلم 3: 1548
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Aku hafal
dua hal dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan cara yang baik pada tiap-tiap sesuatu. Maka apabila kalian membunuh,
hendaklah kalian membunuh dengan cara yang baik, dan apabila kalian menyembelih,
maka hendaklah menyembelih dengan cara yang baik, dan hendaklah seseorang
diantara kalian menajamkan pisaunya dan mempermudah (kematian) binatang
sembelihannya". [HR. Muslim juz 3, hal. 1548]
9. Berburu Dalam Islam
a. Membaca Basmalah ketika melakukannya
b. Bila binatang buruan itu masih hidup ketika tertangkap, wajib
disembelih pada lehernya.
c. Bila binatang buruan itu
tidak langsung tertangkap, maka bila diketemukan telah mati beberapa saat
sesudah itu, boleh dimakan dengan syarat :
- tidak jatuh di air.
- tidak ada bekas dimakan binatang buas.
- tidak ada bekas alat berburu orang lain.
- dan belum membusuk.
d. Bila mempergunakan binatang
untuk berburu, maka ketika binatang itu menangkap hasil buruannya itu, di situ
tidak didapati binatang pemakan daging yang lain selain binatang buruan
itu.
Firman Allah SWT :
يَسْئَلُوْنَكَ مَا ذَآ اُحِلَّ لَهُمْ، قُلْ اُحِلَّ لَكُمُ
الطَّيّب?تُ وَ مَا عَلَّمْتُمْ مّنَ اْلجَوَارِحِ مُكَلّبِيْنَ
تُعَلّمُوْنَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللهُ فَكُلُوْا مِمَّآ اَمْسَكْنَ
عَلَيْكُمْ وَ اذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ
سَرِيْعُ اْلحِسَابِ. المائدة:4
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), "Apakah yang dihalalkan untuk
mereka ?". Katakanlah, "Telah dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk
berburu, kamu mengajarinya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka
makanlah dari apa-apa yang mereka tangkap untuk kamu dan sebutlah nama Allah
atasnya waktu melepasnya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
cepat hisab-Nya". [QS. Al-Maidah : 4]
Di dalam hadits disebutkan :
عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ: قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا
اَرْسَلْتَ كَلْبَكَ فَاذْكُرِ اسْمَ اللهِ، فَاِنْ اَمْسَكَ عَلَيْكَ
فَاَدْرَكْتَهُ حَيًّا فَاذْبَحْهُ، وَ اِنْ اَدْرَكْتَهُ قَدْ قَتَلَ وَلَمْ
يَأْكُلْ مِنْهُ فَكُلْهُ. وَ اِنْ وَجَدْتَ مَعَ كَلْبِكَ كَلْبًا غَيْرَهُ وَقَدْ
قَتَلَ فَلَا تَأْكُلْ، فَاِنَّكَ لَا تَدْرِيْ اَيُّهُمَا قَتَلَهُ. وَ اِنْ
رَمَيْتَ سَهْمَكَ فَاذْكُرِ اسْمَ اللهِ، فَاِنْ غَابَ عَنْكَ يَوْمًا فَلَمْ
تَجِدْ فِيْهِ اِلَّا اَثَرَ سَهْمِكَ فَكُلْ اِنْ شِئْتَ، وَ اِنْ وَجَدْتَهُ
غَرِيْقًا فِي الْمَاءِ فَلَا تَأْكُلْ، مسلم 3: 1531
Dari 'Adiy bin Hatim, ia berkata,
"Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, "Apabila kamu melepaskan anjing
buruanmu maka sebutlah nama Allah, maka jika anjing itu menangkap buruan untukmu
dan masih hidup maka sembelihlah. Dan jika mendapatkan buruan dalam keadaan
telah mati dan ia tidak memakannya, maka makanlah. Namun jika kamu mendapati
bersama anjingmu itu anjing yang lain, sedangkan hewan buruan itu telah mati,
maka janganlah kamu memakannya, karena kamu tidak tahu anjing yang mana yang
membunuhnya. Dan jika kamu melepas anak panahmu, maka sebutlah nama Allah. Dan
jika binatang buruan itu menghilang, lalu pada suatu hari kamu menemukannya, dan
kamu tidak mendapatkan bekas tusukan kecuali anak panahmu, maka makanlah jika
kamu mau. Tetapi jika kamu mendapati binatang buruan itu mati tenggelam di air,
maka janganlah kamu memakannya”. [HR.Muslim juz 3, hal. 1531]
عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص عَنِ
الصَّيْدِ. قَالَ: اِذَا رَمَيْتَ سَهْمَكَ فَاذْكُرِ اسْمَ اللهِ، فَاِنْ
وَجَدْتَهُ قَدْ قَتَلَ فَكُلْ، اِلَّا اَنْ تَجِدَهُ قَدْ وَقَعَ فِيْ مَاءٍ،
فَاِنَّكَ لَا تَدْرِي آلْمَاءُ قَتَلَهُ اَوْ سَهْمُكَ. مسلم 3: 1531
Dari 'Adiy bin Hatim, ia berkata, "Saya
pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berburu. Beliau menjawab, "Apabila
kamu melepaskan panahmu, sebutlah nama Allah, maka jika kamu mendapatinya telah
mati, makanlah (hewan buruan tersebut), kecuali jika kamu dapati jatuh ke dalam
air, sebab kamu tidak tahu apakah air itu yang menyebabkan mati ataukah
panahmu”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1531]
عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص، قُلْتُ:
اِنَّا قَوْمٌ نَصِيْدُ بِـه?ذِهِ الْكِلَابِ، فَقَالَ: اِذَا اَرْسَلْتَ كِلَابَكَ الْمُعَلَّمَةَ
وَ ذَكَرْتَ اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا، فَكُلْ مِمَّا اَمْسَكْنَ عَلَيْكَ، وَ اِنْ
قَتَلْنَ، اِلَّا اَنْ يَأْكُلَ الْكَلْبُ. فَاِنْ اَكَلَ فَلَا تَأْكُلْ، فَاِنّيْ
اَخَافُ اَنْ يَكُوْنَ اِنَّمَا اَمْسَكَ عَلَى نَفْسِهِ، وَ اِنْ خَالَطَهَا
كِلَابٌ مِنْ غَيْرِهَا فَلَا تَأْكُلْ. مسلم 3: 1529
Dari 'Adiy bin Hatim, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW, saya berkata, “Kami ini suatu kaum yang biasa hidup berburu
dengan menggunakan anjing-anjing ini, bagaimana hal ini ?”. Nabi SAW menjawab,
"Apabila kamu melepas anjing-anjingmu yang sudah terlatih dengan menyebut nama
Allah, maka makanlah hasil tangkapannya sekalipun buruan itu sudah mati. Kecuali
jika anjing itu memakan tangkapannya, maka janganlah kamu makan, karena aku
khawatir anjing itu hanya menangkap buruan itu untuknya dirinya sendiri. Dan
jika ada anjing lain yang menyertainya dalam menangkap (buruan tersebut), maka
jangan kamu makan”.[HR. Muslim juz 3, hal.
1529]
Demikian semoga bermanfa'at. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar