1/23/2013

GEMPA DAN BADAI TSUNAMI MERUPAKAN UJIAN, ADZAB/SIKSA ATAU PERINGATAN ?

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى الِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى اْلكِتَابِ اْلمُبِيْنِ: وَ مَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مّنْ نَّبِيّ اِلاَّ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِاْلبَأْسَآءِ وَ الضَّرَّآءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ. الاعراف:94
Dan tidaklah Kami mengutus seseorang Nabi pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. [QS. Al-A'raaf : 94]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, pada hari ini ummat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di tanah suci Makkah Al-Mukarramah untuk melaksanakan ibadah hajji, yakni rukun Islam yang kelima. Mereka melaksanakan thawaf, sa'i, wukuf di 'Arafah, melempar jumrah dan seluruh rangkaian manasik hajji yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW.Mereka berkumpul menjadi satu tanpa pandang bulu, dengan tujuan yang satu pula, yakni memenuhi panggilan Allah, dengan menyuarakan kalimat talbiyah :
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَريْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، اِنَّ اْلحَمْدَ وَ النّعْمَتَ لَكَ وَ اْلمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Hari Raya 'Iedul Adlha adalah salah satu dari dua hari raya dalam Islam, yaitu 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adlha. Apabila 'Iedul fithri merupakan rangkaian dari ibadah puasa Ramadlan, maka 'Iedul Adlha mengingatkan kita kepada peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS beserta putranya Isma'il AS ketika membangun Ka'bah serta pelaksanaan ibadah hajji dan qurban.
Penyembelihan qurban yang dilakukan oleh ummat Islam mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Isma'il AS seperti yang diungkapkan dalam surat Ash-Shaffaat : 100-103, dan ayat 106-107.
رَبّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّلِحِيْنَ. فَبَشَّرْنهُ بِغُلاَمٍ حَلِيْمٍ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى الْمَنَامِ اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرى قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّه لِلْجَبِيْنِ. الصفت:100-103
Ya Tuhan, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih, maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat shabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah keshabaran keduanya). [QS. Ash-Shaffat : 100-103]
اِنَّ هذَا لَهُوَ الْبَلؤُا الْمُبِيْنُ. وَ فَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفت:100-107
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [QS. Ash-Shaffaat : 106 - 107]
Yang perlu kita perhatikan dan kita renungkan serta kita tanamkan kepada generasi berikutnya secara terus-menerus adalah sikap Nabi Ibrahim dalam menerima perintah Allah tanpa ragu-ragu menjalankannya, sekalipun perintah tersebut tampaknya sangat membahayakan keselamatan anaknya. Demikian pula kesiapan Isma'il mendukung ayahnya agar melaksanakan perintah tersebut sekalipun akan membahayakan keselamatan dirinya.
Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah agar menyembelih putranya yang sangat disayanginya, Isma'il, satu-satunya putra yang sangat diharapkan kehadirannya, dan anak tersebut sudah sampai usia dapat membantu ayahnya. Sedangkan Isma'il sendiri ternyata menerima perintah tersebut dengan taslim, bersedia disembelih ayahnya.
Dalam firman Allah ayat 106, Ash-Shaffaat tersebut dijelaskan bahwa perintah Allah pada Nabi Ibrahim itu merupakan ujian keimanan pada Ibrahim. Setelah nyata-nyata Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan sepenuh hati, ikhlash tanpa ragu-ragu, demikian juga Isma'il mendukung penuh pada ayahnya agar melaksanakan perintah tersebut dengan menyerahkan dirinya secara ikhlash disembelih ayahnya, maka Ibrahim lulus menghadapi ujian tersebut dan Allah perintahkan tidak jadi menyembelih Isma'il, tetapi supaya diganti dengan menyembelih sembelihan yang besar. (Ash-Shaffaat : 107).
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa iman yang benar dapat menumbuhkan keyaqinan yang sangat dalam serta memberantas keraguan, bahwa setiap perintah Allah pasti membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi yang menthaatinya, walaupun tampaknya menakutkan dan membahayakan.
Dan harus kita yaqini pula bahwa setiap yang dilarang oleh Allah pasti berakibat buruk dan membawa kebinasaan bagi yang melanggarnya.
Iman adalah sangat mudah diucapkan, akan tetapi untuk mewujudkan iman yang sebenarnya dalam kehidupan harus melalui ujian-ujian yang tidak ringan, maka perlu perjuangan yang keras dan siap berkorban untuk hal tersebut. Allah SWT berfirman dalam surat Al-'Ankabuut ayat 2-3 :
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْآ اَنْ يَّقُوْلُوْآ امَنَّا وَ هُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ. وَ لَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَ لَيَعْلَمَنَّ اْلكذِبِيْنَ. العنكبوت: 2-3
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar imannya dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (imannya). [QS. Al-'Ankabuut : 2-3]
Maka pengakuan iman dituntut perwujudannya dalam perilaku kehidupan, dan harus dibuktikan dengan kemantapan yang mendalam tanpa keraguan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika diuji keimanannya dengan perintah agar menyembelih putra satu-satunya yang sangat disayanginya. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Al-Hujuraat ayat 15 :
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَ جهَدُوْا بِاَمْولِهِمْ وَ اَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، اُولئِكَ هُمُ الصّدِقُوْنَ. الحجرات: 15
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (keimanannya). [QS. Al-Hujuraat : 15]
Melihat ayat-ayat tersebut dapat kita mengerti bahwa ujian keimanan itu suatu hal yang pasti dan tidak dapat dihindari lagi. antara iman dan ujian sangat erat hubungannya, tidak bisa dipisahkan bagaikan gula dengan manisnya, garam dengan asinnya. Adapun ujian yang Allah berikan kepada orang yang beriman ada dua macam yakni syarr dan khair, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Anbiyaa' ayat 35 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمَوْتِ، وَ نَبْلُوْكُمْ بِالشَّرّ وَ اْلخَيْرِ فِتْنَةً، وَ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ. الانبياء: 35
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. [QS. Al-Anbiyaa' : 35]
لَتُبْلَوُنَّ فِيْ اَمْوَالِكُمْ وَ اَنْفُسِكُمْ، وِلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْآ اَذًى كَثِيْرًا، وَ اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا فَاِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ. ال عمران: 186
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bershabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [QS. Al 'Imran : 186]
وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مّنَ اْلخَوْفِ وَ اْلجُوْعِ وَ نَقْصٍ مّنَ اْلاَمْوَالِ وَ اْلاَنْفُسِ وَ الثَّمَرتِ، وَ بَشّرِ الصّبِرِيْنَ. القبرة:155
Dan sesungguhnya Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (hasil panen). Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang shabar. [QS. Al-Baqarah : 155]
Menurut petunjuk Allah, dalam menghadapi ujian-ujian kesedihan seperti tersebut di atas, bershabar dan bertaqwa adalah yang harus diutamakan. Adapun orang-orang yang shabar :
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْآ اِنَّا ِللهِ وَ اِنَّآ اِلَيْهِ رجِعُوْنَ. البقرة: 156
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali". [QS. Al-Baqarah : 156]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, mari sejenak kita menengok ke belakang, peristiwa-peristiwa yang dialami orang-orang yang ingkar kepada Allah. Kita perhatikan Fir'aun dan kaumnya :
وَ لَقَدْ اَخَذْنَآ الَ فِرْعَوْنَ بِالسّنِيْنَ وَ نَقْصٍ مّنَ الثَّمَرتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ. الاعراف: 130
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun) dan kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan (hasil tanaman), supaya mereka mengambil pelajaran. [QS. Al-A'raaf : 130]
فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوْفَانَ وَ اْلجَرَادَ وَ اْلقُمَّلَ وَ الضَّفَادِعَ وَ الدَّمَ ايتٍ مُّفَصَّلتٍ فَاسْتَكْبَرُوْا وَ كَانُوْا قَوْمًا مُّجْرِمِيْنَ. الاعراف: 133
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah, sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. [QS. Al-A'raaf : 133]
فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَاَغْرَقْنهُمْ فِى اْليَمّ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِايتِنَا وَ كَانُوْا عَنْهَا غفِلِيْنَ. الاعراف: 136
Kemudian Kami hukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. [QS. Al-A'raaf : 136]
Mereka melakukan faahisyah (homosexuil), tidak mengindahkan nasehat nabinya, malah ingin mengusir nabinya yang menuntun kepada jalan yang benar, maka akibatnya sebagaimana firman Allah :
وَ اَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًا، فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ اْلمُجْرِمِيْنَ. الاعراف: 84
Kami turunkan kepada mereka hujan batu, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. [QS. Al-A'raaf : 84]
Begitu pula ummat Nabi Syu'aib AS, mereka biasa mengurangi takaran dan timbangan untuk orang lain, dan berbuat kerusakan di muka bumi, ketika diingatkan oleh Nabi Syu'aib mereka marah-marah dan mengusir nabinya. Akibatnya :
فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جثِمِيْنَ. الاعراف: 91
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. [QS. Al-A'raaf : 91]
Begitu juga kaum Tsamud (ummat Nabi Shalih) yang mengingkari dan menentang seruan nabinya, akibatnya :
وَ اَخَذَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جثِمِيْنَ. هود: 67
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang dhalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya. [QS. Huud : 67]
Kaum Nuh AS ketika diseru oleh Nuh ke jalan yang lurus malah menentang Nabi Nuh AS dengan ucapan :
قَالُوْا ينُوْحُ قَدْ جدَلْتَنَا فَاَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّدِقِيْنَ. هود: 32
Mereka berkata, "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". [QS. Huud : 32]
فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنهُ وَ الَّذِيْنَ مَعَه فِى اْلفُلْكِ وَ اَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِايتِنَا، اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا عَمِيْنَ. الاعراف: 64
Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera dan Kami tenggelamkan orang-orang  yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). [QS. Al-A'raaf : 64]
Tentang kaum 'Aad (ummat Nabi Huud), Allah berfirman :
وَ تِلْكَ عَادُ جَحَدُوْا بِايتِ رَبّهِمْ وَ عَصَوْا رُسُلَه وَ اتَّبَعُوْآ اَمْرَ كُلّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ. هود: 59
Dan itulah (kisah) kaum 'Aad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai Rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang kebenaran. [QS. Huud : 59].
Maka akibatnya :
وَ فِيْ عَادٍ اِذْ اَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرّيْحَ اْلعَقِيْمَ. مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ اَتَتْ عَلَيْهِ اِلاَّ جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيْمِ. الذاريات: 41-42
Dan pada kaum 'Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan sesuatupun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk (hancur luluh). [Adz-Dzaariyaat : 41-42]
... فَسِيْرُوْا فِى اْلاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ اْلمُكَذّبِيْنَ. النحل: 36
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan Rasul-rasul Allah. [QS. An-Nahl : 36]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari beberapa kisah tersebut di atas, Allah perintahkan kepada kita semua, agar memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan dan menentang kebenaran yang dibawa oleh para Rasul utusan Allah. Dengan demikian kita dapat mengambil pelajaran, jangan sampai kita mengalami seperti mereka, maka harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menthaati Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari, jangan coba-coba mengabaikan dan menentang kebenaran.
Selanjutnya mari kita renungkan yang terjadi di negeri kita dengan mata hati yang jernih dan disadari dengan petunjuk-petunjuk, peringatan-peringatan dari Allah SWT. Sejak Presiden kita yang baru mengawali kerjanya dengan Gebrakan 100 hari, yang selalu ditayangkan di Metro TV, Allah pun memberikan gebrakan dengan bencana - mushibah yang bertubi-tubi pada bangsa kita, susul-menyusul, belum sampai selesai mengatasi suatu mushibah, datang lagi mushibah yang lain.
Gempa di Alor, Nabire, tanah longsor di berbagai daerah, banjir bandang, beberapa kali pesawat terbang jatuh, termasuk di Solo baru-baru ini, dan beberapa kali terjadi kecelakaan/tabrakan lalu lintas darat, yang kesemuanya itu menelan korban nyawa yang tidak sedikit.
Lebih dahsyat dari itu semua pun terjadi, yakni gempa dan badai tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatra Utara pada Ahad 26 Desember 2004 yang lalu, hingga meluluh lantakkan rumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan perkantoran, sekolahan-sekolahan dan yang lain-lain. Badai tersebut menelan korban jiwa dengan kondisi yang sangat mengenaskan, tertimpa puing-puing dan reruntuhan bangunan. Tercatat yang meninggal lebih dari 105.000 jiwa dan masih ribuan orang lagi yang dinyatakan hilang belum diketahui rimbanya, belum lagi yang masih tertindih reruntuhan belum dapat diketahui jumlahnya. Sampai hari ini masih banyak mayat-mayat bergelimpangan yang belum terurus, dan sudah sulit dikenal identitasnya, karena sudah membusuk dan hancur tidak utuh lagi. Nanggroe Aceh Darussalaam yang disebut Serambi Makkah penuh dengan tumpukan sampah reruntuhan bangunan yang hancur dan mayat-mayat bergelimpangan dengan bau busuk yang sangat menyengat.
Kejadian itu tak seorangpun yang dapat menolaknya, seolah-olah memberi gambaran kepada kita, begitulah qiyamat, manusia sekuat apapun tak berdaya, dan manusia tak ada nilainya, ketika melihat mayat-mayat bergelimpangan dan membusuk di sembarang tempat.
Kalau sudah demikian, wahai manusia, apa yang kalian bangga-banggakan untuk berlaku sombong, menentang kebenaran ? Belumkah membuka hati kita untuk sadar, segera menghentikan kesombongan dan keserakahan, mengumbar hawa nafsu dengan berbuat segala kemungkaran ? Subhaanallooh, laa haula walaa quwwata illaa billaah. Apa gerangan yang terjadi di balik itu, sehingga menimpa bangsa kita mushibah yang bertubi-tubi. Mungkinkah bangsa ini termasuk yang mendustakan dan menentang kebenaran, atau termasuk bangsa yang tidak pandai bersyukur ? Untuk itu mari kita renungkan sedalam-dalamnya, dengan kita cermati isyarat-isyarat yang diberikan oleh Allah SWT maupun dari Rasulullah SAW.
وَ لَوْ اَنَّ اَهْلَ اْلقُرى امَنُوْا وَ اتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكتٍ مّنَ السَّمَآءِ وَ اْلاَرْضِ وَ لكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. الاعراف: 96
Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [QS. Al-A'raaf : 96]
وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّاْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ. النحل: 112
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan, ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [QS. An-Nahl : 112]
Rasulullah SAW bersabda :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِاْلمَعَاصِى ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى اَنْ يُغَيّرُوْا ثُمَّ لاَ يُغَيّرُوْا اِلاَّ يُوْشِكُ اَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ. ابو داود 4: 122
Tidaklah suatu kaum yang di tengah-tengah mereka dilakukan kemakshiyatan-kemakshiyatan, sedang mereka mampu mencegahnya, tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada mereka. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 122]
اِنَّ مِنْ اَشْرَاطِ السَّاعَةِ اَنْ يُرْفَعَ اْلعِلْمُ وَ يَثْبُتَ اْلجَهْلُ وَ يُشْرَبَ اْلخَمْرُ وَ يَظْهَرَ الزّنَا. البخارى1: 28
Sesungguhnya diantara tanda-tanda datangnya kehancuran suatu bangsa ialah diangkatnya (didangkalkan) pengetahuan agama, dan didukungnya sifat jahil (bodoh) tentang agama, diminumnya minuman keras secara terang-terangan dan dilakukan perzinaan secara meluas dan terang-terangan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 28]
اِذَا ظَهَرَ الزّنَا وَ الرّبَا فِى قَرْيَةٍ فَقَدْ اَحَلُّوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ. الحاكم
Apabila perbuatan zina dan riba sudah berkembang dan secara terang-terangan di suatu negeri, maka berarti penduduk negeri itu telah membiarkan (rela) terhadap datangnya adzab Allah pada mereka. [HR. Hakim]
اِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila hilang amanat, maka tunggulah kehancurannya. [HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
Dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah berfirman :
وَ اِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلاَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ. ابرهيم: 7
Dan ingatlah ketika Tuhan mu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (tidak mau bersyukur), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih. [QS. Ibrahim : 7]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan isyarat-isyarat yang diterangkan oleh Allah dan juga oleh Rasulullah tersebut, kita dapat mengambil pengertian bahwa :
1.  Penduduk suatu negeri/bangsa itu akan aman, tenteram dan makmur kalau mereka beriman dan bertaqwa kepada Allah, dan pandai mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, serta bisa memegang amanat dan mau mencegah kemungkaran yang ada.
2.  Sebaliknya siksa dan adzab Allah akan ditimpakan kepada suatu bangsa apabila dalam negeri bangsa itu :
a.  penduduknya mendustakan ayat-ayat Allah.
b.  penduduknya mengingkari (tidak mensyukuri), nikmat yang diberikan oleh Allah.
c.  penduduknya tidak mau mencegah kemakshiyatan yang berlaku di negerinya, sedangkan sebenarnya mereka mampu mencegahnya.
d.  penduduknya melakukan perzinaan dan mabuk-mabukan di negeri itu secara meluas dan terang-terangan.
e.  usaha-usaha riba dan pelacuran berkembang meluas di negeri itu, akibat dangkalnya pengetahuan agama.
f.   amanat sudah disia-siakan (tidak memegang amanat).
Dari dua kriteria di atas rasanya bangsa kita lebih mendekati pada kriteria yang nomor 2, yakni sebab-sebab datangnya siksa dan adzab Allah. Kriteria nomor 2 ini dari a sampai f rasanya tidak ada yang terlewatkan, di negeri ini semuanya terjadi.
Hal itu bisa kita rasakan, masih maraknya segala bentuk kemakshiyatan, dari mabuk, judi, perzinaan sampai korupsi, yang kesemuanya itu jelas-jelas membawa kepada kehancuran bangsa. Walau sudah diakui oleh aparat penegak hukum sendiri bahwa semua yang tersebut itu adalah penyakit masyarakat, namun mengapa sulit diberantas ? Karena tidak adanya ketegasan dan kekompakan para penegak hukum, malah ada oknum aparat penegak hukum yang menjadi backing nya kemungkaran itu.
Maraknya tindak korupsi hampir di semua lapisan, baik di kalangan eksekutif maupun legeslatif, menunjukkan mereka sudah menyia-nyiakan amanat yang dipercayakan kepada mereka, yang tinggal adalah khianat. Kalau para pengkhianat itu masih diberi kepercayaan, kemana negeri ini akan dibawa ? Bukankah tinggal menunggu kehancurannya saja ?
Lebih-lebih apabila orang-orang yang hidup mewah, para pejabat suatu negeri sudah mulai durhaka kepada Allah, akan mempercepat kehancuran negeri itu. Perhatikan firman Allah SWT :
وَ اِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا اْلقَوْلُ فَدَمَّرْنهَا تَدْمِيْرًا. الاسراء: 16
Dan apabila Kami hendak menghancurkan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menthaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami) kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Israa': 16]
Mudah-mudahan berbagai macam bencana yang terjadi di negeri kita secara bertubi-tubi dan susul-menyusul ini bukan suatu adzab atau siksa dari Allah SWT, tetapi suatu peringatan bagi kita semua, agar kita segera sadar, mau memperbaiki diri, memperbanyak dzikrullooh, doa, mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang sudah kita lakukan selama ini, dan kita tingkatkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Kepada Bapak Presiden yang mengawali pemerintahannya dengan Gebrakan 100 hari memberantas kejahatan dan kecurangan dalam pemerintahan, semoga tidak patah semangat, bahkan harus lebih ditingkatkan lagi secara efektif dan tidak hanya 100 hari, tetapi Gebrakan-gebrakan selanjutnya, selama mendapat amanat untuk memimpin negeri ini, hendaklah terus dilakukan demi terwujudnya pemerintahan yang bersih, jujur dan berwibawa, sehingga dapat menjadi sarana Allah akan memberikan kepada bangsa di negeri ini ketenteraman, kemakmuran, kebahagiaan lahir dan bathin yang sudah lama didambakan oleh masyarakat Indonesia.
Kepada para Menteri (pembantu Presiden) dan kepada para wakil rakyat, dan semua orang yang hidup mewah, kejadian gempa dan tsunami di Aceh, Sumatra Utara dan negeri-negeri jiran, hendaklah dijadikan pelajaran yang berharga, betapa lemahnya manusia, betapa tak ada nilainya harta kekayaan dunia, tidak perlu waktu lama, cuma beberapa detik saja seluruh gedung-gedung, rumah-rumah mewah yang dibangun dengan jutaan, bahkan milyaran rupiah, mobil-mobil yang menjadi kebanggaan hidupnya disapu bersih, ludes tak ada harganya lagi. Hal itu pernah dialami oleh Qorun, yang hidup di zaman Nabi Musa, dengan kesombongannya karena memiliki harta yang berlimpah ruah, sampai kunci-kunci brankas yang digunakan untuk menyimpan harta kekayaannya dipikul sejumlah orang yang kuat-kuat terasa berat. Namun karena dia sombong, tidak bersyukur, akhirnya ditelan gempa, seluruh harta dan pemiliknya terpendam dalam tanah tak ada yang bisa menolongnya [Lihat QS. Al-Qhashash : 76-82] . Na'uudzu billaahi min dzaalik.
Maka kami peringatkan kepada para Menteri, pejabat negara dan para wakil rakyat, jadilah Menteri, pejabat negara, wakil rakyat yang jujur, hentikanlah tindakan curang yang tercela, korupsi, manipulasi dan sejenisnya, dan dukunglah langkah-langkah Presiden yang baik, tegur dan ingatkanlah langkah-langkah Presiden yang salah.
Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِاْلاَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ صِدْقٍ اِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَ اِنْ ذَكَرَ اَعَانَهُ. وَ اِذَا اَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ سُوْءٍ اِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكّرْهُ وَ اِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ. ابو داود
Jika Allah menghendaki kebaikan suatu pemimpin, maka diberinya menteri yang jujur, jika lupa diingatkan, dan jika ingat dibantu. Dan jika Allah menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allah memberi menteri yang tidak jujur (curang) hingga jika lupa tidak diingatkan dan jika ingat tidak dibantu. [HR. Abu Dawud]
Kepada orang-orang yang kaya, jangan belaku kikir (bakhil), karena kebakhilan orang-orang kaya menjadikan jeleknya dan rusaknya suatu bangsa. Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ، وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلَّى اَمْرَهُمُ السُّفَهَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan suatu bangsa/kaum maka Allah mengangkat orang-orang yang bijak (pandai) sebagai pejabat yang mengelola urusan mereka dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang dermawan/pemurah. Dan apabila Allah menghendaki kerusakan suatu bangsa/kaum maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pejabat yang mengurusi urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang kikir/bakhil. [HR. Abu Dawud]
Kepada rakyat kecil, orang-orang lemah yang diakar rumput, jangan masa bodoh, kita bekerja menurut kemampuan kita masing-masing, thaat kepada pemerintah selama mengajak kepada kebenaran, dan jangan dithaati kalau mengajak kepada kemungkaran, siapapun mereka.
Jangan merasa rendah, wong cilik tak berarti, padahal sangat besar artinya, karena Allah memberi pertolongan kepada suatu bangsa lantaran orang-orang lemah (rakyat kecil). Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّمَا نَصَرَ اللهُ هذِهِ اْلاُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ وَ اِخْلاَصِهِمْ. النسائى
Hanyasanya Allah akan menolong ummat ini lantaran orang-orang lemahnya (rakyat kecil) dengan doa mereka, shalat mereka dan keikhlashan mereka. [HR. Nasai]
Wal hasil, kita semua dari para elit bangsa ini sampai rakyat kecil yang di akar rumuput tanpa pandang bulu, semua mushibah yang bertubi-tubi menimpa bangsa kita ini dan gempa tsunami yang merupakan bencana terbesar di negeri ini, kita rasakan sebagai peringatan dari Allah, harus kita cermati dengan serius sebelum Allah mengadzab bangsa ini secara merata, sebagaimana yang dialami oleh Fir'aun dan bala tentaranya, ummatnya Nabi Nuh dan ummat-ummat Nabi yang lain yang telah dimusnahkan oleh Allah karena tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang sampai kepada mereka.
Keadaan yang menyedihkan ini tidak akan berubah menjadi baik kecuali kita harus bekerja keras, bantu-membantu, bahu-membahu menurut kemampuan dan bidang kita masing-masing, dengan memohon pertolongan kepada Allah untuk memperbaiki, merubah nasib bangsa dan negara yang sudah lama menderita, ditambah mushibah bencana yang membawa makin sengsara bangsa ini.
اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ. الرعد: 11
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [QS. Ar-Ra'd : 11]
Akhirnya bagi saudara-saudara kita yang meninggal karena tertimpa mushibah, kita doakan semoga diampuni dosa-dosanya dan diterima amal baiknya. Bagi yang masih hidup, semoga diberi keshabaran, menerima kenyataan yang ada, dan bisa lebih meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Amin yaa robbal 'aalamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّاِرِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

~oO[ A ]Oo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...