بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى الِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ
اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى اْلكِتَابِ اْلمُبِيْنِ: وَ مَآ اَرْسَلْنَا
فِيْ قَرْيَةٍ مّنْ نَّبِيّ اِلاَّ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِاْلبَأْسَآءِ وَ
الضَّرَّآءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ. الاعراف:94
Dan tidaklah Kami mengutus seseorang Nabi
pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami
timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk
dengan merendahkan diri. [QS. Al-A'raaf : 94]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin
dan muslimat rahimakumullah, pada hari ini ummat Islam dari berbagai penjuru
dunia berkumpul di tanah suci Makkah Al-Mukarramah untuk melaksanakan ibadah
hajji, yakni rukun Islam yang kelima. Mereka melaksanakan thawaf, sa'i, wukuf di
'Arafah, melempar jumrah dan seluruh rangkaian manasik hajji yang dituntunkan
oleh Rasulullah SAW.Mereka berkumpul menjadi satu tanpa pandang bulu, dengan
tujuan yang satu pula, yakni memenuhi panggilan Allah, dengan menyuarakan
kalimat talbiyah :
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَريْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
اِنَّ اْلحَمْدَ وَ النّعْمَتَ لَكَ وَ اْلمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Hari Raya
'Iedul Adlha adalah salah satu dari dua hari raya dalam Islam, yaitu 'Iedul
Fithri dan 'Iedul Adlha. Apabila 'Iedul fithri merupakan rangkaian dari ibadah
puasa Ramadlan, maka 'Iedul Adlha mengingatkan kita kepada peristiwa yang
dialami oleh Nabi Ibrahim AS beserta putranya Isma'il AS ketika membangun Ka'bah
serta pelaksanaan ibadah hajji dan qurban.
Penyembelihan qurban yang
dilakukan oleh ummat Islam mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang dialami
oleh Nabi Ibrahim dan Isma'il AS seperti yang diungkapkan dalam
surat Ash-Shaffaat : 100-103, dan
ayat 106-107.
رَبّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّلِحِيْنَ. فَبَشَّرْنهُ بِغُلاَمٍ حَلِيْمٍ.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى الْمَنَامِ
اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرى قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّه
لِلْجَبِيْنِ. الصفت:100-103
Ya Tuhan, anugerahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih, maka Kami beri
dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat shabar. Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai
anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu, maka
pikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang shabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipisnya, (nyatalah keshabaran keduanya). [QS. Ash-Shaffat :
100-103]
اِنَّ هذَا لَهُوَ الْبَلؤُا الْمُبِيْنُ. وَ فَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ
عَظِيْمٍ. الصفت:100-107
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
[QS. Ash-Shaffaat : 106 - 107]
Yang perlu
kita perhatikan dan kita renungkan serta kita tanamkan kepada generasi
berikutnya secara terus-menerus adalah sikap Nabi Ibrahim dalam menerima
perintah Allah tanpa ragu-ragu menjalankannya, sekalipun perintah tersebut
tampaknya sangat membahayakan keselamatan anaknya. Demikian pula kesiapan
Isma'il mendukung ayahnya agar melaksanakan perintah tersebut sekalipun akan
membahayakan keselamatan dirinya.
Nabi Ibrahim
AS diperintahkan oleh Allah agar menyembelih putranya yang sangat disayanginya,
Isma'il, satu-satunya putra yang sangat diharapkan kehadirannya, dan anak
tersebut sudah sampai usia dapat membantu ayahnya. Sedangkan Isma'il sendiri
ternyata menerima perintah tersebut dengan taslim, bersedia disembelih
ayahnya.
Dalam firman Allah ayat 106,
Ash-Shaffaat tersebut dijelaskan bahwa perintah Allah pada Nabi Ibrahim itu
merupakan ujian keimanan pada Ibrahim. Setelah nyata-nyata Ibrahim melaksanakan
perintah tersebut dengan sepenuh hati, ikhlash tanpa ragu-ragu, demikian juga
Isma'il mendukung penuh pada ayahnya agar melaksanakan perintah tersebut dengan
menyerahkan dirinya secara ikhlash disembelih ayahnya, maka Ibrahim lulus
menghadapi ujian tersebut dan Allah perintahkan tidak jadi menyembelih Isma'il,
tetapi supaya diganti dengan menyembelih sembelihan yang besar. (Ash-Shaffaat :
107).
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin
dan muslimat rahimakumullah, dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran
bahwa iman yang benar dapat menumbuhkan keyaqinan yang sangat dalam serta
memberantas keraguan, bahwa setiap perintah Allah pasti membawa kebaikan dan
kebahagiaan bagi yang menthaatinya, walaupun tampaknya menakutkan dan
membahayakan.
Dan harus
kita yaqini pula bahwa setiap yang dilarang oleh Allah pasti berakibat buruk dan
membawa kebinasaan bagi yang melanggarnya.
Iman adalah sangat mudah
diucapkan, akan tetapi untuk mewujudkan iman yang sebenarnya dalam kehidupan
harus melalui ujian-ujian yang tidak ringan, maka perlu perjuangan yang keras
dan siap berkorban untuk hal tersebut. Allah SWT berfirman dalam
surat Al-'Ankabuut ayat 2-3 :
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْآ اَنْ يَّقُوْلُوْآ امَنَّا وَ هُمْ
لاَ يُفْتَنُوْنَ. وَ لَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ
اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَ لَيَعْلَمَنَّ اْلكذِبِيْنَ. العنكبوت: 2-3
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (begitu saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak
diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar imannya dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (imannya). [QS.
Al-'Ankabuut : 2-3]
Maka
pengakuan iman dituntut perwujudannya dalam perilaku kehidupan, dan harus
dibuktikan dengan kemantapan yang mendalam tanpa keraguan, sebagaimana yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika diuji keimanannya dengan perintah agar
menyembelih putra satu-satunya yang sangat disayanginya. Dalam hal ini Allah
berfirman dalam surat Al-Hujuraat
ayat 15 :
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه
ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَ جهَدُوْا بِاَمْولِهِمْ وَ اَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ
اللهِ، اُولئِكَ هُمُ الصّدِقُوْنَ. الحجرات: 15
Sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (keimanannya). [QS. Al-Hujuraat
: 15]
Melihat ayat-ayat tersebut dapat
kita mengerti bahwa ujian keimanan itu suatu hal yang pasti dan tidak dapat
dihindari lagi. antara iman dan ujian sangat erat hubungannya, tidak bisa
dipisahkan bagaikan gula dengan manisnya, garam dengan asinnya. Adapun ujian
yang Allah berikan kepada orang yang beriman ada dua macam yakni syarr dan
khair, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam
surat Al-Anbiyaa' ayat 35 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمَوْتِ، وَ نَبْلُوْكُمْ بِالشَّرّ وَ
اْلخَيْرِ فِتْنَةً، وَ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ. الانبياء: 35
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. [QS.
Al-Anbiyaa' : 35]
لَتُبْلَوُنَّ فِيْ اَمْوَالِكُمْ وَ اَنْفُسِكُمْ، وِلَتَسْمَعُنَّ
مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْآ
اَذًى كَثِيْرًا، وَ اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا فَاِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ
اْلاُمُوْرِ. ال عمران: 186
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap
hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari
orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu
bershabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang
patut diutamakan. [QS. Al 'Imran : 186]
وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مّنَ اْلخَوْفِ وَ اْلجُوْعِ وَ نَقْصٍ
مّنَ اْلاَمْوَالِ وَ اْلاَنْفُسِ وَ الثَّمَرتِ، وَ بَشّرِ
الصّبِرِيْنَ. القبرة:155
Dan sesungguhnya Kami berikan cobaan
kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan
(hasil panen). Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang shabar.
[QS. Al-Baqarah : 155]
Menurut
petunjuk Allah, dalam menghadapi ujian-ujian kesedihan seperti tersebut di atas,
bershabar dan bertaqwa adalah yang harus diutamakan. Adapun orang-orang yang
shabar :
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْآ اِنَّا ِللهِ وَ
اِنَّآ اِلَيْهِ رجِعُوْنَ. البقرة: 156
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka
mengucapkan, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami
kembali". [QS. Al-Baqarah : 156]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin
dan muslimat rahimakumullah, mari sejenak kita menengok ke belakang,
peristiwa-peristiwa yang dialami orang-orang yang ingkar kepada Allah. Kita
perhatikan Fir'aun dan kaumnya :
وَ لَقَدْ اَخَذْنَآ الَ فِرْعَوْنَ بِالسّنِيْنَ وَ نَقْصٍ مّنَ
الثَّمَرتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ. الاعراف: 130
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum
(Fir'aun) dan kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan
kekurangan buah-buahan (hasil tanaman), supaya mereka mengambil pelajaran.
[QS. Al-A'raaf : 130]
فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوْفَانَ وَ اْلجَرَادَ وَ اْلقُمَّلَ وَ
الضَّفَادِعَ وَ الدَّمَ ايتٍ مُّفَصَّلتٍ فَاسْتَكْبَرُوْا وَ كَانُوْا قَوْمًا
مُّجْرِمِيْنَ. الاعراف: 133
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan,
belalang, kutu, katak dan darah, sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. [QS. Al-A'raaf :
133]
فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَاَغْرَقْنهُمْ فِى اْليَمّ بِاَنَّهُمْ
كَذَّبُوْا بِايتِنَا وَ كَانُوْا عَنْهَا غفِلِيْنَ. الاعراف: 136
Kemudian Kami hukum mereka, maka Kami
tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami, dan
mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. [QS. Al-A'raaf :
136]
Mereka
melakukan faahisyah (homosexuil), tidak mengindahkan nasehat nabinya, malah
ingin mengusir nabinya yang menuntun kepada jalan yang benar, maka akibatnya
sebagaimana firman Allah :
وَ اَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًا، فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
اْلمُجْرِمِيْنَ. الاعراف: 84
Kami turunkan kepada mereka hujan batu, maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. [QS.
Al-A'raaf : 84]
Begitu pula ummat Nabi Syu'aib
AS, mereka biasa mengurangi takaran dan timbangan untuk orang lain, dan berbuat
kerusakan di muka bumi, ketika diingatkan oleh Nabi Syu'aib mereka marah-marah
dan mengusir nabinya. Akibatnya :
فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ
جثِمِيْنَ. الاعراف: 91
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah
mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. [QS.
Al-A'raaf : 91]
Begitu juga kaum Tsamud (ummat
Nabi Shalih) yang mengingkari dan menentang seruan nabinya, akibatnya :
وَ اَخَذَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ
دِيَارِهِمْ جثِمِيْنَ. هود: 67
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa
orang-orang yang dhalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
[QS. Huud : 67]
Kaum Nuh AS ketika diseru oleh
Nuh ke jalan yang lurus malah menentang Nabi Nuh AS dengan ucapan :
قَالُوْا ينُوْحُ قَدْ جدَلْتَنَا فَاَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا
بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّدِقِيْنَ. هود: 32
Mereka berkata, "Hai Nuh, sesungguhnya kamu
telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap
kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika
kamu termasuk orang-orang yang benar". [QS. Huud : 32]
فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنهُ وَ الَّذِيْنَ مَعَه فِى اْلفُلْكِ وَ
اَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِايتِنَا، اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا
عَمِيْنَ. الاعراف: 64
Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami
selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera dan Kami
tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya). [QS. Al-A'raaf : 64]
Tentang kaum 'Aad (ummat Nabi
Huud), Allah berfirman :
وَ تِلْكَ عَادُ جَحَدُوْا بِايتِ رَبّهِمْ وَ عَصَوْا رُسُلَه وَ
اتَّبَعُوْآ اَمْرَ كُلّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ. هود: 59
Dan itulah (kisah) kaum 'Aad yang
mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai Rasul Allah dan
mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang
kebenaran. [QS. Huud : 59].
Maka akibatnya :
وَ فِيْ عَادٍ اِذْ اَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرّيْحَ اْلعَقِيْمَ. مَا
تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ اَتَتْ عَلَيْهِ اِلاَّ جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيْمِ. الذاريات: 41-42
Dan pada kaum 'Aad ketika Kami kirimkan
kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan sesuatupun
yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk (hancur luluh).
[Adz-Dzaariyaat : 41-42]
... فَسِيْرُوْا فِى اْلاَرْضِ فَانْظُرُوْا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ اْلمُكَذّبِيْنَ. النحل: 36
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan Rasul-rasul
Allah. [QS. An-Nahl : 36]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin
dan muslimat rahimakumullah, dari beberapa kisah tersebut di atas, Allah
perintahkan kepada kita semua, agar memperhatikan bagaimana akibat orang-orang
yang mendustakan dan menentang kebenaran yang dibawa oleh para Rasul utusan
Allah. Dengan demikian kita dapat mengambil pelajaran, jangan sampai kita
mengalami seperti mereka, maka harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
menthaati Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari, jangan coba-coba
mengabaikan dan menentang kebenaran.
Selanjutnya
mari kita renungkan yang terjadi di negeri kita dengan mata hati yang jernih dan
disadari dengan petunjuk-petunjuk, peringatan-peringatan dari Allah SWT. Sejak
Presiden kita yang baru mengawali kerjanya dengan Gebrakan 100 hari, yang selalu
ditayangkan di Metro TV, Allah pun memberikan gebrakan dengan bencana - mushibah
yang bertubi-tubi pada bangsa kita, susul-menyusul, belum sampai selesai
mengatasi suatu mushibah, datang lagi mushibah yang lain.
Gempa di
Alor, Nabire, tanah longsor di berbagai daerah, banjir bandang, beberapa kali
pesawat terbang jatuh, termasuk di Solo baru-baru ini, dan beberapa kali terjadi
kecelakaan/tabrakan lalu lintas darat, yang kesemuanya itu menelan korban nyawa
yang tidak sedikit.
Lebih dahsyat
dari itu semua pun terjadi, yakni gempa dan badai tsunami yang terjadi di Aceh
dan Sumatra Utara pada Ahad 26 Desember 2004 yang lalu, hingga meluluh lantakkan
rumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan perkantoran, sekolahan-sekolahan dan
yang lain-lain. Badai tersebut menelan korban jiwa dengan kondisi yang sangat
mengenaskan, tertimpa puing-puing dan reruntuhan bangunan. Tercatat yang
meninggal lebih dari 105.000 jiwa dan masih ribuan orang lagi yang dinyatakan
hilang belum diketahui rimbanya, belum lagi yang masih tertindih reruntuhan
belum dapat diketahui jumlahnya. Sampai hari ini masih banyak mayat-mayat
bergelimpangan yang belum terurus, dan sudah sulit dikenal identitasnya, karena
sudah membusuk dan hancur tidak utuh lagi. Nanggroe Aceh Darussalaam yang
disebut Serambi Makkah penuh dengan tumpukan sampah reruntuhan bangunan yang
hancur dan mayat-mayat bergelimpangan dengan bau busuk yang sangat
menyengat.
Kejadian itu
tak seorangpun yang dapat menolaknya, seolah-olah memberi gambaran kepada kita,
begitulah qiyamat, manusia sekuat apapun tak berdaya, dan manusia tak ada
nilainya, ketika melihat mayat-mayat bergelimpangan dan membusuk di sembarang
tempat.
Kalau sudah
demikian, wahai manusia, apa yang kalian bangga-banggakan untuk berlaku sombong,
menentang kebenaran ? Belumkah membuka hati kita untuk sadar, segera
menghentikan kesombongan dan keserakahan, mengumbar hawa nafsu dengan berbuat
segala kemungkaran ? Subhaanallooh, laa
haula walaa quwwata illaa billaah. Apa gerangan yang terjadi di balik itu,
sehingga menimpa bangsa kita mushibah yang bertubi-tubi. Mungkinkah bangsa ini
termasuk yang mendustakan dan menentang kebenaran, atau termasuk bangsa yang
tidak pandai bersyukur ? Untuk itu mari kita renungkan sedalam-dalamnya, dengan
kita cermati isyarat-isyarat yang diberikan oleh Allah SWT maupun dari
Rasulullah SAW.
وَ لَوْ اَنَّ اَهْلَ اْلقُرى امَنُوْا وَ اتَّقَوْا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكتٍ مّنَ السَّمَآءِ وَ اْلاَرْضِ وَ لكِنْ كَذَّبُوْا
فَاَخَذْنهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. الاعراف: 96
Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. [QS. Al-A'raaf : 96]
وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً
يَّاْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ
فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا
يَصْنَعُوْنَ. النحل: 112
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezqinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi penduduknya mengingkari
nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan,
ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [QS. An-Nahl :
112]
Rasulullah
SAW bersabda :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِاْلمَعَاصِى ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ
عَلَى اَنْ يُغَيّرُوْا ثُمَّ لاَ يُغَيّرُوْا اِلاَّ يُوْشِكُ اَنْ يَعُمَّهُمُ
اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ. ابو داود 4: 122
Tidaklah suatu kaum yang di tengah-tengah
mereka dilakukan kemakshiyatan-kemakshiyatan, sedang mereka mampu mencegahnya,
tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara
merata kepada mereka. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 122]
اِنَّ مِنْ اَشْرَاطِ السَّاعَةِ اَنْ يُرْفَعَ اْلعِلْمُ وَ يَثْبُتَ
اْلجَهْلُ وَ يُشْرَبَ اْلخَمْرُ وَ يَظْهَرَ الزّنَا. البخارى1: 28
Sesungguhnya diantara tanda-tanda datangnya
kehancuran suatu bangsa ialah diangkatnya (didangkalkan) pengetahuan agama, dan
didukungnya sifat jahil (bodoh) tentang agama, diminumnya minuman keras secara
terang-terangan dan dilakukan perzinaan secara meluas dan terang-terangan.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 28]
اِذَا ظَهَرَ الزّنَا وَ الرّبَا فِى قَرْيَةٍ فَقَدْ اَحَلُّوْا
بِاَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ. الحاكم
Apabila perbuatan zina dan riba sudah
berkembang dan secara terang-terangan di suatu negeri, maka berarti penduduk
negeri itu telah membiarkan (rela) terhadap datangnya adzab Allah pada
mereka. [HR. Hakim]
اِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila hilang amanat, maka tunggulah
kehancurannya. [HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
Dalam
surat Ibrahim ayat 7 Allah berfirman
:
وَ اِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلاَزِيْدَنَّكُمْ وَ
لَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ. ابرهيم: 7
Dan ingatlah ketika Tuhan mu memaklumkan,
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (tidak mau bersyukur), maka sesungguhnya adzab-Ku
sangat pedih. [QS. Ibrahim : 7]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin
dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan isyarat-isyarat yang
diterangkan oleh Allah dan juga oleh Rasulullah tersebut, kita dapat mengambil
pengertian bahwa :
1. Penduduk suatu
negeri/bangsa itu akan aman, tenteram dan makmur kalau mereka beriman dan
bertaqwa kepada Allah, dan pandai mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, serta
bisa memegang amanat dan mau mencegah kemungkaran yang ada.
2. Sebaliknya siksa dan
adzab Allah akan ditimpakan kepada suatu bangsa apabila dalam negeri bangsa itu
:
a. penduduknya
mendustakan ayat-ayat Allah.
b. penduduknya
mengingkari (tidak mensyukuri), nikmat yang diberikan oleh Allah.
c. penduduknya tidak mau
mencegah kemakshiyatan yang berlaku di negerinya, sedangkan sebenarnya mereka
mampu mencegahnya.
d. penduduknya melakukan
perzinaan dan mabuk-mabukan di negeri itu secara meluas dan terang-terangan.
e. usaha-usaha riba dan
pelacuran berkembang meluas di negeri itu, akibat dangkalnya pengetahuan
agama.
f. amanat sudah
disia-siakan (tidak memegang amanat).
Dari dua
kriteria di atas rasanya bangsa kita lebih mendekati pada kriteria yang nomor 2,
yakni sebab-sebab datangnya siksa dan adzab Allah. Kriteria nomor 2 ini dari a
sampai f rasanya tidak ada yang terlewatkan, di negeri ini semuanya terjadi.
Hal itu bisa
kita rasakan, masih maraknya segala bentuk kemakshiyatan, dari mabuk, judi,
perzinaan sampai korupsi, yang kesemuanya itu jelas-jelas membawa kepada
kehancuran bangsa. Walau sudah diakui oleh aparat penegak hukum sendiri bahwa
semua yang tersebut itu adalah penyakit masyarakat, namun mengapa sulit
diberantas ? Karena tidak adanya ketegasan dan kekompakan para penegak hukum,
malah ada oknum aparat penegak hukum yang menjadi backing nya kemungkaran itu.
Maraknya
tindak korupsi hampir di semua lapisan, baik di kalangan eksekutif maupun
legeslatif, menunjukkan mereka sudah menyia-nyiakan amanat yang dipercayakan
kepada mereka, yang tinggal adalah khianat. Kalau para pengkhianat itu masih
diberi kepercayaan, kemana negeri ini akan dibawa ? Bukankah tinggal menunggu
kehancurannya saja ?
Lebih-lebih
apabila orang-orang yang hidup mewah, para pejabat suatu negeri sudah mulai
durhaka kepada Allah, akan mempercepat kehancuran negeri itu. Perhatikan firman
Allah SWT :
وَ اِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا
فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا اْلقَوْلُ فَدَمَّرْنهَا
تَدْمِيْرًا. الاسراء: 16
Dan apabila Kami hendak menghancurkan suatu
negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
supaya menthaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu, maka
sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami) kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Israa': 16]
Mudah-mudahan
berbagai macam bencana yang terjadi di negeri kita secara bertubi-tubi dan
susul-menyusul ini bukan suatu adzab atau siksa dari Allah SWT, tetapi suatu
peringatan bagi kita semua, agar kita segera sadar, mau memperbaiki diri,
memperbanyak dzikrullooh, doa, mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang
sudah kita lakukan selama ini, dan kita tingkatkan dakwah amar ma'ruf nahi
munkar. Kepada Bapak Presiden yang mengawali pemerintahannya dengan Gebrakan 100
hari memberantas kejahatan dan kecurangan dalam pemerintahan, semoga tidak patah
semangat, bahkan harus lebih ditingkatkan lagi secara efektif dan tidak hanya
100 hari, tetapi Gebrakan-gebrakan selanjutnya, selama mendapat amanat untuk
memimpin negeri ini, hendaklah terus dilakukan demi terwujudnya pemerintahan
yang bersih, jujur dan berwibawa, sehingga dapat menjadi sarana Allah akan
memberikan kepada bangsa di negeri ini ketenteraman, kemakmuran, kebahagiaan
lahir dan bathin yang sudah lama didambakan oleh masyarakat Indonesia.
Kepada para
Menteri (pembantu Presiden) dan kepada para wakil rakyat, dan semua orang yang
hidup mewah, kejadian gempa dan tsunami di Aceh, Sumatra Utara dan negeri-negeri
jiran, hendaklah dijadikan pelajaran yang berharga, betapa lemahnya manusia,
betapa tak ada nilainya harta kekayaan dunia, tidak perlu waktu lama, cuma
beberapa detik saja seluruh gedung-gedung, rumah-rumah mewah yang dibangun
dengan jutaan, bahkan milyaran rupiah, mobil-mobil yang menjadi kebanggaan
hidupnya disapu bersih, ludes tak ada harganya lagi. Hal itu pernah dialami oleh
Qorun, yang hidup di zaman Nabi Musa, dengan kesombongannya karena memiliki
harta yang berlimpah ruah, sampai kunci-kunci brankas yang digunakan untuk
menyimpan harta kekayaannya dipikul sejumlah orang yang kuat-kuat terasa berat.
Namun karena dia sombong, tidak bersyukur, akhirnya ditelan gempa, seluruh harta
dan pemiliknya terpendam dalam tanah tak ada yang bisa menolongnya [Lihat QS.
Al-Qhashash : 76-82] . Na'uudzu billaahi min dzaalik.
Maka kami
peringatkan kepada para Menteri, pejabat negara dan para wakil rakyat, jadilah
Menteri, pejabat negara, wakil rakyat yang jujur, hentikanlah tindakan curang
yang tercela, korupsi, manipulasi dan sejenisnya, dan dukunglah langkah-langkah
Presiden yang baik, tegur dan ingatkanlah langkah-langkah Presiden yang
salah.
Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِاْلاَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ صِدْقٍ
اِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَ اِنْ ذَكَرَ اَعَانَهُ. وَ اِذَا اَرَادَ بِهِ غَيْرَ
ذلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ سُوْءٍ اِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكّرْهُ وَ اِنْ ذَكَرَ
لَمْ يُعِنْهُ. ابو داود
Jika Allah menghendaki kebaikan suatu
pemimpin, maka diberinya menteri yang jujur, jika lupa diingatkan, dan jika
ingat dibantu. Dan jika Allah menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allah
memberi menteri yang tidak jujur (curang) hingga jika lupa tidak diingatkan dan
jika ingat tidak dibantu. [HR. Abu Dawud]
Kepada
orang-orang yang kaya, jangan belaku kikir (bakhil), karena kebakhilan
orang-orang kaya menjadikan jeleknya dan rusaknya suatu bangsa. Rasulullah SAW
bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ
وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ، وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا
وَلَّى اَمْرَهُمُ السُّفَهَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ
اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan suatu
bangsa/kaum maka Allah mengangkat orang-orang yang bijak (pandai) sebagai
pejabat yang mengelola urusan mereka dan Allah memberikan harta kepada
orang-orang yang dermawan/pemurah. Dan apabila Allah menghendaki kerusakan suatu
bangsa/kaum maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pejabat yang
mengurusi urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang
yang kikir/bakhil. [HR. Abu Dawud]
Kepada rakyat
kecil, orang-orang lemah yang diakar rumput, jangan masa bodoh, kita bekerja
menurut kemampuan kita masing-masing, thaat kepada pemerintah selama mengajak
kepada kebenaran, dan jangan dithaati kalau mengajak kepada kemungkaran,
siapapun mereka.
Jangan merasa
rendah, wong cilik tak berarti, padahal sangat besar artinya, karena Allah
memberi pertolongan kepada suatu bangsa lantaran orang-orang lemah (rakyat
kecil). Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّمَا نَصَرَ اللهُ هذِهِ اْلاُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ
وَ صَلاَتِهِمْ وَ اِخْلاَصِهِمْ. النسائى
Hanyasanya Allah akan menolong ummat ini
lantaran orang-orang lemahnya (rakyat kecil) dengan doa mereka, shalat mereka
dan keikhlashan mereka. [HR. Nasai]
Wal hasil,
kita semua dari para elit bangsa ini sampai rakyat kecil yang di akar rumuput
tanpa pandang bulu, semua mushibah yang bertubi-tubi menimpa bangsa kita ini dan
gempa tsunami yang merupakan bencana terbesar di negeri ini, kita rasakan
sebagai peringatan dari Allah, harus kita cermati dengan serius sebelum Allah
mengadzab bangsa ini secara merata, sebagaimana yang dialami oleh Fir'aun dan
bala tentaranya, ummatnya Nabi Nuh dan ummat-ummat Nabi yang lain yang telah
dimusnahkan oleh Allah karena tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang
sampai kepada mereka.
Keadaan yang
menyedihkan ini tidak akan berubah menjadi baik kecuali kita harus bekerja
keras, bantu-membantu, bahu-membahu menurut kemampuan dan bidang kita
masing-masing, dengan memohon pertolongan kepada Allah untuk memperbaiki,
merubah nasib bangsa dan negara yang sudah lama menderita, ditambah mushibah
bencana yang membawa makin sengsara bangsa ini.
اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا
بِاَنْفُسِهِمْ. الرعد: 11
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
keadaan suatu kaum sehingga kaum itu merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. [QS. Ar-Ra'd : 11]
Akhirnya bagi
saudara-saudara kita yang meninggal karena tertimpa mushibah, kita doakan semoga
diampuni dosa-dosanya dan diterima amal baiknya. Bagi yang masih hidup, semoga
diberi keshabaran, menerima kenyataan yang ada, dan bisa lebih meningkatkan iman
dan taqwa kepada Allah SWT. Amin yaa robbal 'aalamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ
تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّاِرِ. اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
~oO[ A ]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar