Dalil
adanya shalat sunnah
جَاءَ اَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ مَا ذَا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ؟ قَالَ: اَلصَّلَوَاتُ
اْلخَمْسُ اِلاَّ اَنْ
تَطَوَّعَ شَيْئًا. البخاري و مسلم
Telah
datang seorang Arab gunung, lalu ia berkata, “Ya
Rasulullah, shalat apa yang difardlukan oleh Allah atas saya
?”.
Jawab Rasulullah SAW,
“Shalat
lima
waktu, kecuali kalau engkau mau shalat sunnah”.
[HSR. Bukhari dan Muslim]
Keterangan
:
Selain
shalat yang lima
waktu [Shubuh, Dhuhur, 'Ashar, Maghrib dan 'Isyak], adalah shalat sunnah/tathawwu'.
Sebaiknya
dikerjakan di rumah
Nabi
SAW bersabda :
اَفْضَلُ الصَّلاَةِ صَلاَةُ اْلمَرْءِ فِى
بَيْتِهِ اِلاَّ اْلمَكْتُوْبَةَ. البخارى و مسلم
Sebaik-baik
shalat itu ialah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardlu.
[HSR. Bukhari dan Muslim]
Boleh
dikerjakan dengan berdiri, duduk maupun berbaring
:
Dari
'Imron bin Hushain, Nabi SAW bersabda
:
اِنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ اَفْضَلُ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ
نِصْفُ اَجْرِ اْلقَائِمِ، وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ اَجْرِ
اْلقَاعِدِ. البخارى
Jika
(orang) shalat dengan berdiri, itu adalah yang paling baik/sempurna dan barangsiapa yang shalat dengan duduk, maka baginya setengah dari pahala yang berdiri, dan barangsiapa shalat dengan berbaring maka baginya setengah dari pahala yang duduk".
[HSR. Bukhari]
Keterangan
:
Shalat-shalat
yang dimaksud dalam hadits ini adalah Shalat Sunnah, bukan shalat wajib,karena shalat wajib tidak boleh dikerjakan dengan duduk atau berbaring kecuali dengan sebab/udzur yang dibenarkan oleh agama.
Sabda
Nabi SAW
:
صَلّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ
تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ. الجماعة الا مسلما
Shalatlah
dengan berdiri, jika tidak dapat maka shalatlah dengan duduk dan kalau tidak dapat, maka shalatlah dengan berbaring.
[HR. Jama'ah kecuali
Muslim]
Shalat-shalat
sunnah menurut tuntunan Rasulullah SAW
A.
Shalat sunnah rawatib yang muakkad
Shalat
sunnah rowatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum (qobliyah) atau sesudah (ba'diyah) shalat lima
waktu.
Sedang
yang dimaksud Muakkad ialah yang sangat ditekankan atau dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Shalat-shalat
tersebut adalah
:
1.
Dua atau empat rakaat sebelum shalat Dhuhur
2.
Dua rakaat sesudah shalat Dhuhur
3.
Dua rakaat sesudah shalat Maghrib
4.
Dua rakaat sesudah shalat 'Isya
5.
Dua rakaat sebelum shalat Shubuh.
Dalil-dalil
Pelaksanaannya :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: حَفِظْتُ مِنَ النَّبِيّ ص عَشْرَ رَكَعَاتٍ،
رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
اْلمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
اْلعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ وَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ
الصُّبْحِ. البخارى و مسلم
Dari
Ibnu Umar, ia berkata, “Saya
hafal (ingat dengan betul) dari Nabi SAW sepuluh rakaat shalat sunnah; dua rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah Maghrib di rumah beliau dan dua rakaat sesudah 'Isya di rumah pula dan juga dua rakaat sebelum Shubuh’”.
[HSR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ لاَ
يَدَعُ اَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ اْلغَدَاةِ. البخارى
Dari
'Aisyah RA bahwa Nabi SAW tidak meninggalkan empat rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sebelum Shubuh.
[HSR. Bukhari]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ ص عَلَى شَيْئٍ مِنَ النَّوَافِلِ اَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى
رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ. البخارى و مسلم
Dari
‘Aisyah,
ia berkata, “Tidak
ada Nabi SAW memperhatikan shalat-shalat Sunnah lebih dari pada dua rakaat Fajar”.
[HSR. Bukhari dan Muslim]
و لمسلم: كَانَ اِذَا طَلَعَ اْلفَجْرُ لاَ يُصَلّى اِلاَّ
رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ.
Dan
bagi Muslim, “Adalah
beliau apabila terbit Fajar, tidak shalat melainkan dua rakaat yang ringan”.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص: اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمُ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ
فَلْيَضْطَجِعْ عَلَى جَنْبِهِ اْلاَيْمَنِ. احمد و ابو داود و الترمذى و صححه
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila
seseorang diantara kalian
selesai shalat dua rakaat Qabliyah Shubuh, maka hendaklah ia berbaring atas lambung kanannya”.
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan
Tirmidziy, dan ia menshahihkannya]
Keutamaan
shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah fajar
عَنْ اُمّ اْلمُؤْمِنِيْنَ اُمّ حَبِيْبَةَ رَمْلَةَ بِنْتِ
اَبِى سُفْيَانَ رض قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
يَقُوْلُ: مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلّى ِللهِ تَعَالَى كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ
اِلاَّ بَنَي اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى اْلجَنَّةِ اَوْ اِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى
اْلجَنَّةِ. مسلم
Dari
Ummul Mukminin Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sofyan RA ia berkata :
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Tiada
orang Muslim yang setiap
hari shalat Sunnah dua belas rakaat karena Allah Ta'ala, melainkan Allah akan membuatkan baginya rumah di syurga atau dibuatkan rumah baginya di surga”.
[HR. Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: رَكْعَتَا اْلفَجْرِ خَيْرٌ
مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا. مسلم
Dari
Aisyah RA dari Nabi SAW beliau bersabda, “Dua
rakaat Fajar itu lebih baik dari pada dunia seisinya”.
[HR. Muslim]
Dan
masih banyak lagi hadits-hadits dan riwayat-riwayat lain yang
semakna.
B.
Shalat sunnah rawatib yang tidak muakkad
1. Dua rakaat sebelum shalat Maghrib
:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ اْلمُزَنِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ. صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ، ثُمَّ قَالَ
فِى الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ، كَرَاهِيَةً اَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً. البخارى
Dari
Abdullah bin Mughoffal Al Muzaniy, ia berkata :
Telah bersabda Rasulullah SAW, “Shalatlah
Qabliyah Maghrib, shalatlah Qabliyah Maghrib”.
Dan beliau bersabda yang
ketiga kalinya,
“Bagi
siapa yang mau”.
Karena
Rasulullah tidak suka orang menjadikannya suatu ketetapan.
[HSR. Bukhari]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا نُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
غُرُوْبِ الشَّمْسِ وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يَرَانَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَ لَمْ
يَنْهَنَا. مسلم
Dari
Ibnu Abbas, ia berkata : "Kami biasa shalat dua rakaat sesudah matahari terbenam sedang Nabi SAW melihat kami, tetapi beliau tidak memerintahkan kami dan tidak melarang kami".
[HR. Muslim]
2. Dua rakaat sesudah (Ba'diyah) Dhuhur
:
عَنْ اُمّ حَبِيْبَةَ رض قَالَتْ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ حَافَظَ عَلَى اَرْبَعِ
رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ اَرْبَعٍ بَعْدَهَا
حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ. ابو داود و الترمذى
Dari
Ummu Habibah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa
tetap mengerjakan empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudah Dhuhur, niscaya Allah mengharamkan dia masuk neraka”.
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]
Keterangan
:
Shalat
sunnah sesudah Dhuhur (Ba'diyah Dhuhur) itu empat rakaat, dua rakaat Muakkad dan dua rakaat yang lain tidak Muakkad.
3.
Shalat sunnah sebelum ‘Ashar
عَنْ عَلِيّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ اَنَّ
النَّبِيَّ ص كَانَ يُصَلّى قَبْلَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ. ابو داود
Dari
‘Ali
AS, bahwasanya dahulu Nabi SAW shalat dua rekaat sebelum shalat ‘Ashar.
[HR. Abu Dawud juz 2, hal. 23, no. 1272]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: رَحِمَ اللهُ
امْرَأً صَلَّى اَرْبَعًا قَبْلَ اْلعَصْرِ. احمد و ابو داود و الترمذى و حسنه و ابن خزيمة و صححه،
فى بلوغ المرام 382
Dari
Ibnu ‘Umar
RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Semoga
Allah merahmati orang yang
mengerjakan shalat sunnah empat rekaat sebelum ‘Ashar”.
[HR. Ahmad, Abu dawud, Tirmidzi dan ia menghasankannya, dan Ibnu Khuzaimah, dan ia menshahihkannya, dalam Bulughul Maram no. 382]
Keterangan
:
Hadits
tentang shalat sunnah qabliyah ‘Ashar
empat rekaat ini ada ulama yang menganggap hasan atau mengesahkannya. Namun ada
pula yang melemahkannya. Bahkan Ibnu Taimiyah menolaknya dengan keras dan menganggap hadits itu maudlu’,
walloohu a’lam.
[Zaadul Ma’aad
juz 1, hal.
311]
4. Shalat sunnah sesudah ‘Ashar
:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: وَ الَّذِيْ ذَهَبَ بِهِ مَا تَرَكَهُمَا
حَتَّى لَقِيَ اللهَ وَ مَا لَقِيَ اللهَ تَعَالَى حَتَّى ثَقُلَ عَنِ الصَّلاَةِ.
وَ كَانَ يُصَلّى كَثِيْرًا مِنْ صَلاَتِهِ قَاعِدًا تَعْنِي الرَّكْعَتَيْنِ
بَعْدَ اْلعَصْرِ. وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّيْهِمَا وَ لاَ يُصَلّيْهِمَا فِى اْلمَسْجِدِ مَخَافَةَ اَنْ
يُثَقّلَ عَلَى اُمَّتِهِ. وَ كَانَ يُحِبُّ مَا
يُخَفّفُ عَنْهُمْ. البخارى 1: 146
Dari
‘Aisyah
RA, ia berkata,
“Demi
Allah, beliau tidak pernah meninggalkan shalat 2 rekaat sehingga beliau bertemu dengan Allah dan beliau tidak bertemu dengan Allah Ta’ala
sehingga beliau merasa berat melakukan shalat. Dan beliau sering melakukan shalatnya dengan duduk, yakni shalat 2 rekaat sesudah ‘Ashar
dan Nabi SAW biasa mengerjakan shalat 2 rekaat sesudah ‘Ashar
itu tidak di dalam masjid, karena takut akan memberatkan terhadap ummatnya dan beliau senang terhadap sesuatu yang membuat ringan bagi ummatnya”.
[HR. Bukhari 1 :
146]
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ، صَلَّى النَّبِيُّ ص
بَعْدَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ وَ قَالَ: شَغَلَنِى
نَاسٌ مِنْ عَبْدِ اْلقَيْسِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الظُّهْرِ. البخارى 1: 146
Dari
Ummu Salamah RA, ia berkata : Nabi SAW pernah shalat dua rekaat sesudah ‘Ashar,
lalu beliau bersabda, “Orang-orang
dari suku
‘Abdul
Qais telah menyibukkan aku dari shalat dua rekaat sesudah Dhuhur”.
[HR. Bukhari 1 :
146]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ
اْلعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَ عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ. مسلم 1: 566، البخارى 1: 146
Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW melarang shalat ba’da
‘Ashar
sehingga terbenam matahari, dan melarang shalat ba’da
Shubuh sehingga terbit matahari.
[HR. Muslim 1 : 566, Bukhari
1 : 146]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ ص رَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ اْلعَصْرِ عِنْدِى قَطُّ. مسلم 1: 572، البخارى 1: 146
Dari
‘Aisyah,
ia berkata,
“Disisiku
Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan (shalat) dua rekaat sesudah ‘Ashar”.
[HR.
Muslim 1 : 572, Bukhari 1 :
146]
Keterangan
:
1. Ibnu
‘Abbas,
‘Abdur
Rahman bin Azhar dan Miswar bin Makhromah pernah menyuruh Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas)
untuk datang kepada ‘Aisyah
menanyakan tentang dua rekaat sesudah shalat ‘Ashar,
karena mereka itu pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW melarang untuk melakukannya. Setelah Kuraib datang kepada ‘Aisyah, kemudian ‘Aisyah mengarahkan supaya ia menanyakan kepada Ummu Salamah.
Ummu Salamah menjawab, “Aku pernah mendengar Nabi SAW melarangnya, kemudian aku melihat beliau mengerjakannya.
Kemudian aku menyuruh seorang jariyah untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi SAW”.
Kemudian jawab Nabi SAW, “Tadi
beberapa orang kaum ‘Abdul
Qais datang kepadaku membicarakan tentang kaumnya yang masuk Islam, sehingga mereka menyibukkanku dari mengerjakan dua rekaat sesudah Dhuhur. Dan (dua rekaat)
yang saya lakukan sesudah ‘Ashar ini adalah (gantinya) dua rekaat sesudah Dhuhur itu. [Ringkasan hadits riwayat Muslim 1 :
571]
2. ‘Aisyah
berkata, “Disisiku
Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan dua rekaat sesudah ‘Ashar”.
[HR.
Muslim 1 : 572, Bukhari 1 :
146]
Kesimpulan
:
a. Nabi SAW pernah melarang shalat sesudah shalat ‘Ashar.
b. Nabi SAW mengerjakan dua rekaat sesudah ‘Ashar
pada mulanya sebagai ganti dua rekaat sesudah Dhuhur yang tidak sempat beliau kerjakan, kemudian shalat dua rekaat sesudah ‘Ashar
tersebut menjadi kebiasaan beliau yang tidak pernah beliau tinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar