1/21/2013

SEBAB KUFUR NI’MAT BERAKIBAT DATANGNYA ADZAB ALLAH

َاْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَ الدّيْنِ، وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى، اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى اْلمَنَامِ اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَا ذَا تَرى، قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. فَلَمَّا اَسْلَمَا وَ تَلَّه لِلْجَبِيْنِ. وَ نَادَيْنهُ اَنْ يّاِبْرهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا، اِنَّا كَذلِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ. اِنَّ هذَا لَهُوَ اْلبَلؤُا اْلمُبِيْنُ. وَ فَدَيْنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفات: 100-107
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !”. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shabar (102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah keshabaran keduanya) (103). Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, (104) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107). [QS. Ash-Shaffat]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, pada hari ini kita berkumpul untuk mengumandangkan takbir dan tahmid mengagungkan Asma Allah serta menjalankan shalat ‘Iedul Adha dan insya Allah kita teruskan dengan menyembelih qurban dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sebagai realisasi ikrar kita :
اِنَّ صَلاَتِيْ وَ نُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَ مَمَاتِيْ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. الانعام:162
Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku (nusuk), hidup dan matiku aku serahkan sepenuhnya kepada Allah Tuhan semesta alam. [QS. Al-An’aam : 162]
Pada hari ini pula berjuta-juta ummat Islam dari penjuru dunia berkumpul di tanah suci Makkah Al-Mukarramah, tanpa membedakan suku bangsa, kekayaan maupun pangkat/jabatan, untuk menjalankan ibadah rukun Islam kelima. Hal ini menunjukkan rasa persamaan (musawwah) dalam Islam.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari kisah yang disebutkan dalam surat Ash-Shaffat 102-107 tersebut, betapa berat ujian yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih anaknya, anak satu-satunya yang sangat dicintai dan diharapkan dapat melanjutkan tugas menyeru dan mengajak manusia bertauhid kepada Allah. Namun keteguhan hati Nabi Ibrahim AS yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah tanpa ragu-ragu, perintah yang mendebarkan hati itu dilaksanakan dengan ikhlash dan tawakkal ‘ala Allah. Begitu pula Isma’il dengan penuh keshabaran berserah diri agar bapaknya dapat melaksanakan perintah Allah dengan  sebaik-baiknya.
Demikian itulah gambaran orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah, tanpa ragu-ragu melaksanakan perintah Allah, walaupun tampaknya sangat membahayakan. Lihat surat Al-Hujurat : 15.
Sehubungan dengan peristiwa yang bersejarah itu Rasulullah SAW menekankan bahwa amalan yang paling dicintai Allah pada hari raya ‘Iedul Adha adalah menyembelih qurban.
مَا عَمِلَ ابْنُ ادَمَ يَوْمَ النَّحْرِعَمَلاًاَحَبَّ اِلَىاللهِ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ. الترمذى و ابن ماجه
Tidak ada amalan anak Adam pada hari nahr (‘Iedul Adha) yang paling dicintai Allah daripada menyembelih qurban. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]
مَنْ وَجَدَ سَعَةً ِلاَنْ يُضَحّيَ فَلَمْ يُضَحّ فَلاَ يَقْرُبَنَّ مُصَلاَّنَا. احمد و ابن ماجه
Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tetapi tidak mau berqurban, maka janganlah ia dekat-dekat ke tempat shalat kami. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, ibadah hajji dan ibadah qurban merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Adapun kebaikannya, hajji yang mabrur balasannya adalah surga.
اَلْحَجُّ اْلمَبْرُوْرُ لَيْسَ عَلَيْهِ جَزَاءٌ اِلاَّ اْلجَنَّةَ
Hajji mabrur itu tidak akan mendapat balasan kecuali surga.
Sedang qurban dijelaskan oleh Rasulullah bahwa tiap helai bulu binatang yang diqurbankan ada kebaikannya.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, ibadah hajji dan hari raya ‘Iedul Adha dan berqurban bagi ummat Islam di seluruh dunia akan selalu berjalan terus setiap tahun dengan rasa gembira dan bahagia, karena memang ‘Iedul Adha adalah salah satu dari dua hari raya di dalam Islam. Namun ‘Iedul Adha tahun ini bagi kita bangsa Indonesia sangat prihatin dan berduka cita, karena sedang dilanda berbagai krisis yang berkepanjangan. Dari krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan yang sangat menyedihkan adalah krisis iman dan krisis akhlaq.
Hal itu ditandai dengan semakin maraknya kemakshiyatan dan kejaha-tan di mana-mana, dan semakin suburnya praktek-praktek kemusyrikan, seperti kegiatan-kegiatan ziyarah ke quburan-quburan/petilasan para wali atau orang yang dianggap wali, dengan maksud “ngalap berkah”, meminta selamat ke “segoro kidul” pada tempat-tempat yang diang-gapnya keramat, dsb.
Aqidah dan akhlaq adalah dua unsur yang sangat mendasar dan sangat menentukan di dalam Islam. Merosotnya nilai aqidah, manusia akan tersesat jauh, dan merosotnya nilai akhlaq akan membawa kehancuran bangsa. Allah SWT berfirman :
اِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِه وَ يَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ، وَ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيْدًا. النساء:116
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang berbuat syirik sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya. [QS. An-Nisaa’ : 116]
Seorang pujangga Islam yang kenamaan Asy-Syauqi berkata :
وَ اِنَّمَا اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ، فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya, bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa itu.
Bentuk syirik lainnya ialah menjadikan manusia sebagai Tuhan selain Allah, yakni menthaati segala perintahnya, sekalipun menyalahi agama. Baik orang tersebut kyai, ulama, petinggi negara maupun lainnya. Allah SWT berfirman :
اِتَّخَذُوْا اَحْبَارَهُمْ وَ رُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مّنْ دُوْنِ اللهِ. التوبة:31
mereka menjadikan ulama-ulama, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. [QS. At-Taubah : 31]
‘Adiy bin Hatim Ath-Thaa’i seorang Nashrani yang sudah masuk Islam, ketika mendengar Nabi SAW membaca ayat tersebut langsung berkata, “Ya Rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
اَ لَيْسَ يُحِلُّوْنَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَتُحِلُّوْنَهُ وَ يُحَرّمُوْنَ مَا اَحَلَّ اللهُ فَتُحَرّمُوْنَهُ؟
Bukankah mereka menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah, lalu kamu ikut juga menghalalkannya, mereka mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah, lalu kamu ikut mengharamkannya ?
فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ
Begitulah kamu menyembah mereka. [HR. Tirmidzi]
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِى مَعْصِيَةِ اْلخَالِقِ. احمد
Tidak ada kethaatan kepada makhluq dalam hal bermakshiyat kepada Al-Khaliq (Allah). [HR. Ahmad]
Dengan demikian, haram hukumnya beragama dengan taqlid buta, apapun yang diperintahkan oleh pimpinannya dithaati dan membela mati-matian sekalipun tidak sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.
Bentuk musyrik lainnya adalah fanatisme terhadap golongan, sehingga merasa bangga dengan golongannya dan tidak bangga dengan Islamnya. Firman Allah SWT :
... وَ لاَ تَكُوْنُوْا مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ. مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ. الروم: 31-32
..... dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agamanya menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan golongannya yang ada. [QS. Ar-Ruum : 31-32]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau moral dan aqidah suatu bangsa sudah rusak, maka kesatuan dan persatuan terancam, disintegrasi bangsa muncul di mana-mana, dengan kedok HAM manusia bebas berbuat apasaja yang diinginkan, tanpa menggunakan akal sehatnya bahwa perbuatannya itu juga mengganggu, bahkan merampas hak azasi manusia lainnya.
Dengan sebab rusaknya aqidah dan akhlaq itu pulalah Tri Kerukunan yang begitu indah dan nyaman berubah menjadi perseteruan yang sadis dan mengerikan.
Ummat Islam merupakan ummat yang satu, tetapi terkotak-kotak menjadi bergolong-golong dan berpartai-partai, masing-masing bangga dengan partainya, merasa partainya lah yang paling baik dan benar, sehingga menganggap partai yang lain rendah dan salah. Sesama muslim sudah tidak lagi merasa saudara, malah dianggap sebagai lawan atau musuh yang harus dijatuhkan, karena berbeda partai atau golongan. Allah SWT berfirman :
وَ اِنَّ هذِهِ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّ اَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ. فَتَقَطَّعُوْا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ. المؤمنون:52-53
Sesungguhnya ummat ini (ummat Islam) adalah ummat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka masing-masing. [QS. Al-Mukminun : 52-53]
Tiap-tiap pecahan tersebut mengaku golongan Islam dan memperjuang-kan Islam, tetapi sepak terjangnya jauh dari tuntunan Islam. Sedangkan Nabi SAW bersabda :
اِيَّاكُمْ وَ الظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ، وَ لاَ تَحَسَّسُوْا، وَ لاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ تَنَافَسُوْا، وَ لاَ تَحَاسَدُوْا، وَ لاَ تَبَاغَضُوْا، وَ كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَ لاَ يَخْذُلُهُ، وَ لاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى ههُنَا (وَ يُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ). بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرّ اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ. كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ. البخارى عن ابى هريرة
Jauhkanlah dirimu dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta omongan (hati), janganlah kamu mencari-cari aib, janganlah kamu mengintai-intai, janganlah kamu bersaing (yang tidak sehat), janganlah kamu dengki-mendengki, janganlah kamu benci-membenci. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya, tidak boleh membiarkannya (tidak tolong-menolong), dan tidak boleh menghinanya. Taqwa itu di sini (sambil beliau mengisyaratkan/menunjuk ke dadanya). Seorang muslim cukup menjadi jahat karena dia menghina saudaranya sesama muslim. Tiap seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya. [HR. Bukhari dari Abu Hurairah]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, keadaan ummat Islam sekarang rasanya sudah tidak memperhatikan sabda Rasulullah tersebut. Satu sama lain saling menghina, merendahkan, bahkan saling menjatuhkan hingga menghalalkan darahnya. Hal ini menunjukkan merosotnya aqidah dan akhlaqnya.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, mengapa negeri yang besar ini dan mayoritas penduduknya beragama Islam tidak membawa rahmatan lil ‘aalamiin ? Rasulullah SAW pernah bersabda :
يُوْشِكُ اَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ اْلاِسْلاَمِ اِلاَّ اسْمُهُ، وَ لاَ يَبْقَى مِنَ اْلقُرْآنِ اِلاَّ رَسْمُهُ، مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَ هِيَ خَرَابٌ مِنَ اْلهُدَى، عُلَمَاؤُهُمْ شَرُّ مَنْ تَحْتَ اَدِيْمِ السَّمَاءِ، مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ اْلفِتْنَةُ وَ فِيْهِمْ تَعُوْدُ. البيهقى فى شعب الايمان
Akan datang bagi manusia suatu masa, Islam tinggal namanya, Al-Qur’an tinggal tulisannya, masjidnya ramai adapun isinya menyalahi hukum agama, ulama-ulamanya sejelek-jelek manusia ibarat di bawah bayangan langit (gelap), dan dari ulama-ulama tersebut keluar fitnah, dan fitnah itu kembali kepada mereka (fitnah-memfitnah). [HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman]
Kedengkian, permusuhan adalah perilaku iblis. Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ اِبْلِيْسَ قَدْ يَئِسَ اَنْ يَعْبُدَهُ الصَّالِحُوْنَ وَ لكِنْ يَسْعَى بَيْنَهُمْ فِى التَّخْرِيْشِ. البخارى
Sesungguhnya iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang shaleh, tetapi ia tetap berusaha mengadu domba (menimbulkan permusuhan) diantara mereka. [HR. Bukhari]
Oleh karena itu orang yang sudah kemasukan iblis, sekalipun beridentitas muslim, tingkah lakunya, perbuatannya, pola pikirnya jauh dari tuntunan Islam. Suka berbuat kerusakan, pengrusakan dan permusuhan, yang kesemuanya itu “laisa minal Islam”, dan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Tidak saja orang awam yang digarap iblis, tingkat ulama pun dapat juga tergarap oleh iblis. Jika tingkatan ulama sudah tergarap juga oleh iblis, maka fungsi ulama sebagai pewaris para Nabi yang membawa petunjuk ke jalan keselamatan, penyejuk dan sebagai suluh (obor) penerang di tengah-tengah masyarakat yang kegelapan dan kebingungan sudah gugur, dan beralih dari manusia yang paling baik, merosot jatuh menjadi manusia yang paling jelek. Rasulullah SAW bersabda :
خَيْرُ عِبَادِ اللهِ الَّذِيْنَ اِذَا رُءُوْا ذُكِرَ اللهُ، وَ شَرَارُ عِبَادِ اللهِ اْلمَشَاؤُوْنَ بِالنَّمِيْمَةِ اْلمُفَرّقُوْنَ بَيْنَ اْلاَحِبَّةِ اْلبَاغُوْنَ لِلْبَرَاءِ اْلعَنَتِ. احمد و ابو داود و الحاكم
Hamba Allah yang paling baik adalah orang yang apabila dimintai wawasan, disebutlah Allah (memberi wawasan menurut petunjuk Allah). Dan hamba Allah yang paling jelek adalah orang-orang yang kesana-kemari menyebar fitnah, memecah belah kesatuan dan persatuan yang dijalin dengan rasa cinta perdamaian, dan menghendaki kesengsaraan bagi orang yang baik yakni yang menjaga diri dari perbuatan dosa. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim]
Walaupun sudah beralih fungsi, namun sebutan ulama masih melekat pada dirinya. Perbuatannya selalu sia-sia dan sangat merugikan, yakni menyebar fitnah, mendukung perbuatan anarki, menumbangkan pohon-pohon ke jalan, pendorong semangat permusuhan, dsb. Namun masih merasa berbuat yang sebaik-baiknya, bahkan merasa berjihad dan akan mendapat pahala di sisi Allah. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 103-104 :
قُلْ هَلْ اُنَبّئُكُمْ بِاْلاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالاً. اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَ هُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا. الكهف:103-104
Katakanlah, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”. [QS. Al-Kahfi : 103-104]
Sebenarnya mereka berbuat dosa, tetapi merasa berpahala, berbuat kerusakan tetapi merasa berbuat kebaikan.
Membangkitkan semangat permusuhan adalah perbuatan syaithan, sedang mendamaikan perselisihan dan menebarkan kasih sayang adalah perbuatan yang dicintai Allah dan beroleh pahala yang besar. Rasulullah SAW bersabda :
اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَ الصّيَامِ وَ الصَّدَقَةِ؟ قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. صَلاَحُ ذَاتِ اْلبَيْنِ. الترمذى و ابو داود
لاَ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا. الترمذى
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada pahala shalat, puasa dan shadaqah ?”. Para shahabat menjawab, “Tentu ya Rasulullah”. Nabi SAW bersabda, “Memperbaiki hubungan sesama saudara (mendamaikan perselisihan)”. [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud]
“Kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kamu sekalian beriman, dan kamu sekalian tidak beriman sehingga saling berkasih sayang”. [HR. Tirmidzi]
Memperhatikan hadits-hadits tersebut jelaslah bahwa pertikaian dan permusuhan merupakan perbuatan yang sangat dikutuk oleh Allah, sedangkan mendamaikan orang yang bermusuhan pahalanya lebih besar daripada pahala shalat, puasa dan bersedeqah. Demikian pula di dalam hati orang yang beriman akan memancarkan rasa kasih sayang. Dan orang yang di dalam hatinya memendam rasa benci, dendam dan semangat permusuhan adalah bukan orang yang beriman, melainkan kawanan iblis dan syaithan yang terlaknat.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita cermati dan kita rasakan, sepertinya kita sebagai bangsa yang besar ini sudah tercabut rasa kasih sayangnya. Ribuan manusia meninggal dunia dengan sangat mengenaskan menjadi korban keganasan dan pembantaian yang dilakukan oleh manusia-manusia bangsa Indonesia sendiri yang sudah hilang rasa kemanusiaannya, dan menjadi komplotan iblis dan syaithan.
Hal itu terjadi di berbagai belahan bumi Nusantara, akhir-akhir ini di Sampit, Kalimantan Tengah.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, semua kejadian yang menyedihkan itu, ditambah lagi terjadinya bencana alam di mana-mana, seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya, tentu menambah kesedihan kita semua. Sebagai orang yang beriman tentu kita tidak akan mengatakan bahwa semua itu terjadi secara kebetulan atau hanya karena kesalahan seseorang. Tetapi harus kita cermati dengan mata hati yang paling dalam, jangan-jangan itu merupakan adzab Allah, karena Allah berfirman :
قُلْ هُوَ اْلقَادِرُ عَلى اَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مّنْ فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَّ يُذِيْقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرّفُ اْلايتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُوْنَ. الانعام:65
Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirim adzab kepadamu dari atasmu atau dari bawah kakimu, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada (sebagian) kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya”. [QS. Al-An’aam : 65]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, datangnya adzab itu atas usaha manusia atau bangsa itu sendiri. Allah SWT berfirman :
مَا اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ، وَ مَا اَصَابَكَ مِنْ سَيّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ. النساء:79
Apasaja kebaikan yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apasaja mushibah (bencana) yang menimpa kamu, maka itu dari kesalahanmu sendiri. [QS. An-Nisaa’ : 79]
لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلاَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ. ابرهيم:7
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih. [QS. Ibrahim : 7]
Karena kufur nikmat, yakni tidak mau mensyukuri karunia yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya, dapat menjadi sebab datangnya adzab.
Oleh karena itu mushibah demi mushibah yang susul-menyusul tidak henti-hentinya ini, kita sebagai bangsa perlu mawas diri, jangan diterus-teruskan saling menyalahkan orang lain, merasa benar sendiri. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan menambah masalah.
Menurut Nabi SAW bahwa orang yang paling baik dan untung adalah orang yang habis waktunya untuk mengoreksi diri sendiri, sehingga tidak ada waktu (tidak sempat) untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Dan bukan malah sebaliknya.
Dengan hati yang jujur dilandasi niat yang ikhlash, marilah kita renungkan nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan kepada bangsa kita ini, dan bagaimana kita mensikapi selama ini. Mulai dari nikmat kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, setelah dicengkeram penjajah kurang lebih 350 tahun, dan digagalkannya pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, puncaknya terjadi Tragedi Nasional G 30 S/PKI di tahun1965, yang menelan banyak korban jiwa, terutama para kyai, muballigh, dan aktifis-aktifis muslim, bahkan termasuk beberapa jendral TNI yang menjadi korban pembunuhan dengan sadis, di luar peri kemanusiaan.
Pada saat yang demikian Allah memberi kenikmatan kepada bangsa Indonesia dengan lahirnya Angkatan ‘66 dan pemerintahan Orba. Diantara agenda angkatan ‘66 adalah “Bubarkan PKI dan turunkan harga”.
Berkat pertolongan Allah, G 30 S/PKI dapat ditumpas dan PKI dibubarkan seakar-akarnya oleh pemerintah Orba, harga dapat dikendalikan dan inflasi dapat ditekan.
Pada saat itulah seluruh bangsa Indonesia selain PKI merasa lega, dapat menghirup udara segar, selamat dari ancaman kekejaman PKI, dan berangsur-angsur kerukunan bangsa semakin mantap, dan dakwah Islam mulai berjalan tanpa hambatan yang berarti.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita akui secara jujur, lahirnya pemerintahan Orba merupakan nikmat yang Allah berikan kepada bangsa Indonesia untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran akibat ulah Komunis yang Atheis itu. Namun nikmat-nikmat yang besar tersebut diatas kita bangsa Indonesia tidak menyambut dengan syukur, malah dengan kufur, seolah-olah itu semua hasil usahanya sendiri, atau golongannya. Tidak menyadari bahwa itu karunia dari Allah.
Pemerintah Orba telah membangun bangsa dan negara ini, dan hasilnya telah dapat dirasakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia dari kota sampai pelosok-pelosok desa. Sarana angkutan lancar, perekonomian menjadi lancar, pendapatan perkapita naik, rakyat menjadi makmur tidak kurang sandang pangan, walaupun belum merata, dan angka kemiskinan dapat ditekan, keamanan pun terkendali. Gedung-gedung sekolah, kantor, tempat ibadah dibangun dengan bagus dan megah sebagaimana yang kita saksikan.
Namun keberhasilan pembangunan fisik yang pesat tadi didak diimbangi dengan pembinaan mental iman yang kuat, akhirnya menghasilkan manusia-manusia yang rakus, thamak pada harta dan kedudukan, selanjutnya saling berebut harta tanpa berhitung halal maupun haram, dan berebut kedudukan untuk memperoleh fasilitas-fasilitas yang menyenangkan.
Untuk menunjang itu semua terjadilah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di segala bidang dan terbentuklah jaringan yang kental dan kuat dari atas sampai bawah dan sulit diberantas.
Rasulullah SAW pernah mengkhawatirkan dengan sabdanya :
فَوَ اللهِ مَا اْلفَقْرُ اَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَ لكِنْ اَخْشَى اَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا اَهْلَكَتْهُمْ. متفق عليه
Demi Allah, bukan kemiskinan yang saya khawatirkan atas kamu, tetapi saya khawatir kalau terhampar luas bagimu dunia ini sebagaimana terhampar luas pada orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu bersaing tidak sehat sebagaimana mereka bersaing sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka. [HR. Muttafaq ‘alaih]
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Dengan munculnya manusia-manusia yang rakus dan thamak terhadap harta dan kedudukan itu maka terjadi persaingan yang tidak sehat, saling jegal-menjegal, jatuh-menjatuhkan sebagaimna yang dijelaskan pada sabda Nabi SAW diatas. Akhirnya secara berangsur-angsur rusaklah kepercayaan masyarakat terhadap Orba dan pada gilirannya Allah jatuhkan kekuatan Orba yang sudah berkuasa + 32 tahun itu.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Allah SWT berfirman :
ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ، فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ. النحل:112
Allah telah membuat perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezqinya datang kepadanya berlimpah ruah dari segenap penjuru (makmur), tetapi penduduknya mengingkari nikmat Allah. Karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan (kemiskinan) dan ketakutan (kekhawatiran) disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [QS. An-Nahl :112]
Oleh karena itu kita sebagai muslim dalam rangka mensyukuri nikmat Allah, segala sesuatu kita pandang dengan kacamata agama, jangan dengan hawa nafsu dan kebencian yang tentu tidak dapat jujur dan adil.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ ِللهِ شُهَدَآءَ بِاْلقِسْطِ، وَ لاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَانُ قَوْمٍ عَلى اَلاَّ تَعْدِلُوْا، اِعْدِلُوْا هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوى، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. المائدة:8
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (dhalim). Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Maidah : 8]
Tumbangnya Orba, muncullah Orde Reformasi, tentunya kita semua mengharapkan perbaikan-perbaikan dari kerusakan-kerusakan yang diperbuat oleh Orba. Maka semestinya ditata kembali dengan hati-hati, dan mohon pertolongan kepada Allah SWT, yang baik kita teruskan syukur dapat ditingkatkan, sedangkan yang jelek kita buang dan yang rusak kita perbaiki. Jangan malah yang rusak semakin menjadi parah, yang baik kita tutup-tutupi, hingga menyebutkan kebaikannya saja tabu, tetapi dengan bangga memberi peluang dan kesempatan untuk bangkitnya kembali PKI. Mental semacam itu pantas disangsikan untuk dipercaya.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, tidak ada manusia yang sempurna, sehingga pasti ada kebaikannya dan ada pula kekurangan-nya. Sedangkan Allah SWT berfirman :
.... وَ لاَ تَنْسَوُا اْلفَضْلَ بَيْنَكُمْ، اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. البقرة:237
Dan janganlah kamu melupakan kebaikan diantara kamu, sesungguh-nya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Baqarah : 237]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Sebagai orang yang beriman, lahirnya Orde Reformasi harus benar-benar kita cermati dengan hati-hati, apakah ini nikmat ataukah adzab dari Allah.
Kalau merupakan suatu nikmat, harus kita syukuri dengan menata kembali secara jujur dan adil, jangan kita sia-siakan, yang akhirnya akan mengulang kepahitan seperti jaman Orde Baru. Namun kalau merupakan adzab, kita harus mawas diri dan segera bertaubat mohon ampun kepada Allah SWT, sebelum datang adzab yang lebih dahsyat lagi.
Karena sejak lahirnya Orde ini sampai sekarang situasi negeri kita memang sangat menyedihkan. Ekonomi semakin jatuh, angka kemiskinan terus bertambah, rakyat semakin beringas dan berbuat anarkis, dengan merusak dan membakar, termasuk membakar tempat ibadah. Pengangguran menumpuk, perang saudara, pembunuhan dengan cara sadisme terjadi di mana-mana. Bahkan para kyai (guru ngaji), ulama termasuk menjadi sasaran pembunuhan dengan dalih dhukun santet.
Kalau beberapa waktu lalu ribuan nyawa melayang di Ambon, Maluku Utara, bahkan sejumlah wanita dan anak-anak beserta orang-orang tua dibakar bersama-sama di dalam masjid, akhir-akhir ini ratusan orang bergelimpangan tanpa kepala di Sampit, Kalimantan Tengah, akibat perang etnis (antara penduduk asli dengan pendatang).
Itu semua harus kita pikirkan bersama bagi ummat Islam khususnya yang mayoritas di negeri ini. Kita rapatkan barisan, kita pupuk ukhuwah dengan penuh rasa kasih sayang, kita hentikan hina-menghina, jatuh- menjatuhkan sesama muslim, bertaubat mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, kita imbangi dengan memperbanyak amal shaleh, kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya, insya Allah semua kesulitan akan dapat diselesaikan dengan baik berkat pertolongan Allah SWT.
Para pembesar negeri ini pun rupanya tidak mampu mengatasi situasi yang gawat ini. Karena sebagai pimpinan tampaknya tidak menempatkan diri sebagai pelayan ummat yang baik dan tidak merasa memikul amanat yang berat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, melainkan yang dipikirkan sebagai pemimpin hanya fasilitas-fasilitas dan kemewahan hidup duniawi. Maka program utama menjadi pemimpin dengan menaikkan gaji para pembesar negeri, walaupun rakya hidup dalam kemiskinan. Na’udzu billaahi min dzaalik.
Rasulullah SAW bersabda :
كَبِيْرُ اْلقَوْمِ خَادِمُهُمْ
Pembesar suatu kaum adalah pelayan mereka.
Yakni melayani kaum tersebut sebaik-baiknya, bukan sebagai penguasa yang diktator.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan semangat ‘Iedul Adha dan berqurban, kita luruskan kembali tauhid dan tawakkal kita sebagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il bertauhid dan bertawakkal kepada Allah SWT.
Sebagai penutup, kami kutipkan beberapa sabda Rasulullah SAW untuk kita renungkan :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ: اَعَاذَكَ اللهُ مِنْ اِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَ مَا اِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: اُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُوْنَ بِهَدْيِى، وَ لاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِى. فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ اَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ لَيْسُوْا مِنّى وَ لَسْتُ مِنْهُمْ، وَ لاَ يَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى، وَ مَنْ لَمْ يُصَدّقْهُمْ بِكَذْبِهِمْ وَ لَمْ يُعِنْهُ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ مِنّى وَ اَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ وَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ (اَوْ بُرْهَانٌ). يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، اَلنَّارُ اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا وَ بَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوْبِقُهَا. احمد و الترمذى
Dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW telah bersabda kepada Ka’ab bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungimu dari pemimpin-pemimpin yang tolol”. Lalu Ka’ab bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah pemimpin yang tolol itu ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Yakni para pemimpin sesudahku yang tidak mau memakai petunjuk dengan petunjukku, dan tidak mau berpegang pada sunnahku. Barangsiapa membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta membantu kedhaliman mereka, maka tidak termasuk golonganku dan akupun tidak termasuk golongan mereka, dan mereka tidak berhak minum air telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta tidak membantu kedhaliman mereka, maka termasuk golonganku dan akupun termasuk golongan mereka, dan mereka berhaq minum air telagaku. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, puasa adalah perisai api neraka, sedekah adalah penghapus dosa, dan shalat adalah petunjuk. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram, api neraka lebih pantas baginya. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, manusia terdiri dari dua macam. Ada yang menjual dirinya ke jalan Allah, hingga ia selamat dari siksa neraka. Dan ada yang menjual dirinya kepada hawa nafsu, hingga nerakalah sebagai tempat tinggal mereka. [HR. Ahmad dan Tirmidzi]
سِبَابُ اْلمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَ قِتَالُهُ كُفْرٌ. البخارى و مسلم
Mencaci orang muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah kafir. [HR. Bukhari dan Muslim]
اِذَا اْلتَقَى اْلمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَقَتَلَ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَاْلقَاتِلُ وَ اْلمَقْتُوْلُ فِى النَّارِ. البخارى
Apabila dua orang muslim menghunus pedangnya masing-masing, kemudian salah satunya membunuh temannya, maka yang membunuh dan yang dibunuh masuk neraka. [HR. Bukhari]
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ
~oO[ A ]Oo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...