1/21/2013

hancurnya suatu negeri akibat DARI orang-orang yang hidup mewah dan para pembesar negeri itu durhaka kepada allah

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
َاْلحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ اَنْعَمَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَ هَدَانَا ِلْلاِسْلاَمِ، وَ جَعَلَنَا اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ الدّيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْكَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى اْلقُرْانِ اْلعَظِيْمِ:
وَ اِذَا اَرَدْنَا اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا اْلقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيْرًا. الاسراء:16
Dan jika Kami (Allah) hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang “mutraf” (yang hidup mewah) di negeri itu supaya menthaati Kami (Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Israa’ : 16]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kita kumandangkan takbir dan kalimat tahmid mengagungkan Asma Allah SWT sebagai rasa syukur kita atas rahmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua, khususnya ummat Islam, bahwa pada hari ini kita telah dapat menyelesaikan salah satu dari rukun Islam, yakni puasa Ramadlan satu bulan penuh. Semoga puasa kita dapat mencapai tujuan yang diperintahkan Allah SWT, menjadi orang yang bertaqwa kepada-Nya.
Kita merasa bergembira dapat menyelesaikan ibadah puasa Ramadlan, selanjutnya kita berbahagia dapat berhari raya dengan keluarga dan sanak saudara, handai taulan, menjalankan shalat ‘Iedul Fithri bersama-sama pada pagi hari ini. Namun di tengah-tengah kegembiraan ini, hati kita terasa tersayat sedih, karena sebagian dari kita kaum muslimin di Poso, di Ambon, di Maluku Utara dan di tempat lain tidak dapat merasakan kebahagiaan sebagaimana yang kita rasakan. Mereka masih di tempat pengungsian yang sangat menyedihkan, bahkan di beberapa tempat masih dilanda kerusuhan.
Apalagi saudara-saudara kita yang di Afghanistan dan Palestina, sangat menderita akibat gempuran Amerika, sekutu-sekutunya dan Israil yang biadab itu. Semoga Allah melimpahkan keshabaran kepada saudara-saudara kita, tetap tidak tergoyahkan iman mereka dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal serta mengharapkan pertolongan, sehingga pada gilirannya Allah memberikan pertolongan dan dapat menghancurkan musuh-musuh Islam yang sombong dan amoral itu.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Allah mewajibkan kita semua berpuasa dengan tujuan agar kita semua menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya. Dengan demikian tujuan puasa mengangkat derajat manusia ke tingkatan yang paling mulia diantara manusia. Allah SWT berfirman :
ياَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مّنْ ذَكَرٍ وَّ اُنْثى وَ جَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَّ قَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْآ، اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقيكُمْ، اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. الحجرات:13
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [QS. Al-Hujuraat : 13]
Oleh karena itu kalau puasa bangsa Indonesia ini dapat sampai kepada tujuan, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang paling mulia diantara bangsa-bangsa lain. Kalau sudah demikian, maka segala macam krisis yang melanda bangsa ini akan segera dapat teratasi dengan pertolongan Allah, sebagaimana firman Allah :
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ اْلقُرى امَنُوْا وَ اتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مّنَ السَّمَآءِ وَ اْلاَرْضِ وَ لكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. الاعراف:96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [QS. Al-A’raaf : 96]
... وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًا(2) وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ(3) الطلاق:2-3
Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, pasti Dia akan memberi jalan keluar (dari kesulitan yang dihadapinya). Dan memberi rezqi dari arah yang tidak disangka-sangka. [QS. Ath-Thalaaq : 2-3]
Maka kita perhatikan keadaan bangsa dan negeri ini, kalau sesudah Ramadlan nanti keadaannya lebih baik dan semakin meningkat perekonomiannya, makin aman dari kekacauan, dan makin terang jalan keluar dari kesulitan ini, mudah-mudahan hasil dari puasa kita menjadi penyebab datangnya pertolongan Allah. Namun jika sesudah puasa nanti keadaan kita biasa-biasa saja, bahkan lebih jelek dari sebelumnya, berarti puasa kita sia-sia belaka, hanya memperoleh lapar dan haus saja. Rasulullah SAW bersabda :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اْلجُوْعُ وَ اْلعَطَشُ. ابن خزيمة
Berapa banyak orang berpuasa hasil yang diperoleh dari puasanya itu hanyalah lapar dan haus saja. [HR. Ibnu Khuzaimah]
Kalau itu yang kita peroleh, berarti dengan puasa kita itu tidak lebih mendekatkan diri kita kepada Allah, tetapi menjadikan semakin jauh dari-Nya, tidak menjadikan kita pandai mensyukuri nikmat, tetapi menjadi bangsa yang kufur nikmat. Hal itu akan membawa akibat datangnya adzab Allah kepada kita sebagaimana firman-Nya :
وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ. النحل:112
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [QS. An-Nahl : 112]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, ketaqwaan penduduk suatu negeri kepada Allah SWT sangat besar pengaruhnya terhadap nasib penduduk itu sendiri, yakni akan membawa kemakmuran dan ketenteraman negeri itu. Sebaliknya keingkaran penduduk suatu negeri akan membawa akibat kemiskinan, penderitaan, dan keterpurukan negeri itu. Apalagi kalau yang ingkar kepada Allah orang-orang yang hidup mewah dan para pembesar-pembesar negeri itu, akan membawa kehancuran negeri itu sehancur-hancurnya, sebagaimana telah kami sebutkan pada firman Allah QS. Al-Israa’: 16 di awal khutbah ini.
Bertitik tolak dari ibadah puasa Ramadlan kita, mari kita mulai memperhatikan petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan Allah SWT, untuk memperbaiki keadaan negeri kita yang memprihatinkan ini, jangan hanya mengandalkan akal pikiran kita yang picik ini terutama kepada para pemimpin dan pembesar-pembesar negeri ini.
Allah menciptakan dan memelihara kita semua, tentu Allah lah yang paling mengetahui apa yang harus dijalankan oleh hamba-Nya, agar mereka memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari kesengsaraan, maka Allah berfirman :
مَا اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَ مَا اَصَابَكَ مِنْ سَيّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ. النساء:79
Apasaja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apasaja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. [QS. An-Nisaa’ : 79]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, marilah kita cermati dengan sungguh-sungguh firman-firman Allah SWT tersebut dan kita melihat yang terjadi pada bangsa dan negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini.
Mengapa kita ditimpa mushibah yang bertubi-tubi dan krisis yang berkepanjangan ? Bahkan krisis moral menimpa pada bangsa ini di semua lapisan ? Dari lapisan paling bawah (rakyat kecil), sampai lapisan atas (para pembesar negeri) ? Bagaimana jalan keluarnya ?
Kalau kita perhatikan firman Allah dalam surat An-Nisaa’ : 79, bertubi-tubinya mushibah yang menimpa bangsa kita ini adalah karena tingkah laku perbuatan kita sendiri. Baik mushibah kemiskinan (kelaparan), mushibah banyak hutang, mushibah pertikaian, permusuhan, perkosaan, pengrusakan sampai mushibah yang paling menyakitkan ialah krisis moral bangsa.
Keadaan yang demikian tidak akan berubah menjadi baik, bahkan akan semakin parah kalau kita sendiri tidak mau berusaha merubah keadaan itu agar menjadi baik. Firman Allah SWT :
... اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ. الرعد:11
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib dari suatu kaum hingga mereka merubah sendiri keadaan yang ada pada mereka. [QS. Ar-Ra’d : 11]
Kalau kaum itu berusaha keras dengan sungguh-sungguh mencari jalan yang terbaik dan diridlai Allah, maka Allah akan menunjukkan jalan tersebut.
وَ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا، وَ اِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ العنكبوت:69
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al-’Ankabuut : 69]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kesulitan-kesulitan yang dirasakan, bagi orang yang beriman dijadikan batu ujian bagi keimanannya, selanjutnya introspeksi diri, meneliti sebab-sebab yang menimpa dirinya dan berusaha keras dengan keshabaran untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan mohon pertolongan dari Allah, tanpa menyalahkan orang lain, mengkambing hitamkan orang lain, seolah-olah orang lain itulah penyebabnya. Allah SWT berfirman :
وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مّنَ اْلخَوْفِ وَ اْلجُوْعِ وَ نَقْصٍ مّنَ اْلاَمْوَالِ وَ اْلاَنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ، وَ بَشّرِ الصَّابِرِيْنَ. البقرة:155
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [QS. Al-Baqarah : 155]
الَّذِيْنَ اِذَا اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْآ اِنَّا ِللهِ وَ اِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. البقرة:156
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. [QS. Al-Baqarah : 156]
Bagi orang-orang kafir, mushibah yang menimpa dirinya menjadikan hilang keseimbangan dan lepas kendali, akhirnya berbuat brutal, marah, merusak, seolah-olah orang lain lah yang menjadikan dirinya tertimpa kesulitan.
Maka dari itu marilah secara hati-hati kita cermati tingkah laku kita sebagai bangsa ini, yang menyebabkan datangnya mushibah demi mushibah sebagaimana yang kita rasakan. Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ مِنْ اَشْرَاطِ السَّاعَةِ اَنْ يُرْفَعَ اْلعِلْمُ وَ يَثْبُتَ اْلجَهْلُ وَ يُشْرَبَ اْلخَمْرُ وَ يَظْهَرَ الزّنَا. البخارى
Sesungguhnya diantara tanda-tanda datangnya kehancuran suatu bangsa ialah diangkatnya pengetahuan agama dan didukungnya sifat jahil (bodoh) tentang agama, diminumnya minuman keras secara terang-terangan dan dilakukan perzinaan secara meluas dan terang-terangan. [HR. Bukhari juz I, hal. 28]
Memang di beberapa daerah masih ada oknum aparat penegak hukum yang berlaku bodoh dan mendukung pembodohan terhadap pengetahuan agama. Di tempat-tempat berlangsungnya kemakshiyatan dibiarkan berjalan, malah pengajian untuk membina akhlaq bangsa dibubarkan dengan alasan bermacam-macam.
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah SAW menjelaskan :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِاْلمَعَاصِى ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى اَنْ يُغَيّرُوْا ثُمَّ لاَ يُغَيّرُوْا اِلاَّ يُوْشِكُ اَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ. ابو داود 4: 122
Tidaklah suatu qaum yang di tengah-tengah mereka dilakukan kemakshiyatan, sedang mereka mampu mencegahnya, tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada mereka. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 122]
اِذَا ظَهَرَ الزّنَا وَ الرّبَا فِى قَرْيَةٍ فَقَدْ اَحَلُّوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ. الحاكم
Apabila perbuatan zina dan riba sudah terang-terangan di suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah rela terhadap datangnya adzab Allah untuk diri mereka. [HR. Hakim]
Kalau kita perhatikan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW tersebut jelas bahwa masyarakat atau bangsa akan rusak binasa apabila membiarkan berlangsungnya kemakshiyatan dengan segala bentuknya dan tidak adanya nahi munkar di negeri itu.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, karena terlalu longgarnya tindak kemakshiyatan di negeri ini, dan tidak adanya hukum yang tegas terhadap segala bentuk kejahatan dan kemakshiyatan, maka semakin hari tidak semakin berkurang, apalagi hilang, tetapi semakin subur tumbuh di mana-mana. Sebagai contoh : dari miras, sekarang menjadi lebih parah lagi dengan berbagai jenis narkoba yang merusak bangsa ini, dari anak-anak usia SD sampai orang dewasa, bahkan di berbagai tempat sering terjadi pesta shabu-shabu laki dan perempuan, sehingga generasi penerus bangsa ini sangat memprihatinkan. Masih ditambah lagi penghancuran generasi bangsa ini dengan beredarnya dan transparannya gambar-gambar porno lewat berbagai media cetak, bahkan tayangan-tayangan TV - VCD dengan adegan-adegan yang kelewat batas dan amoral.
Namun ironis, masih ada manusia yang menganggap gambar-gambar wanita telanjang bahkan penampilan wanita berpakaian minim dengan menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya (3/4 telanjang), dianggap tidak apa-apa, dengan alasan “seni”.
Pergaulan bebas laki-laki dan perempuan dengan mengabaikan norma-norma agama dan susila, maka terjadilah perzinaan di mana-mana, sehingga perkosaan terhadap anak di bawah umur pun sering terjadi. Gadis hamil sampai melahirkan tidak berbapak pun hal yang biasa, tidak ada rasa malu. Itulah rusaknya moral generasi bangsa.
Keadaan yang sudah separah ini, rupanya Pemerintah dan para Penegak Hukum di negeri ini belum tanggap mengenai akibat yang akan timbul terhadap nasib bangsa dan negara di masa mendatang. Maka tidak sepenuh hati dan tidak serius dalam memberantas kejahatan dan kemakshiyatan tersebut.
Suatu bukti, untuk memenuhi permintaan ummat Islam agar tempat-tempat yang dijadikan pusat kemakshiyatan supaya ditutup sebulan penuh selama Ramadlan ini saja, masih begitu sulit, tawar-menawar dengan alasan, “Bagaimana para karyawannya, ribuan pekerja termasuk pekerja sex komersial (PSK) akan kehilangan lapangan pekerjaan”, dan berbagai alasan lagi, tanpa melihat akibat kehancuran dan kebobrokan moral bangsa yang sulit disembuhkan. Padahal seharusnya tempat-tempat seperti itu harus ditutup selamanya, dan ummat Islam pasti akan menuntut untuk ditutup selamanya, tidak hanya selama Ramadlan saja, demi keselamatan generasi bangsa mendatang.
Jika orang mau berpikir secara waras, tentu meyaqini bahwa Allah SWT yang menciptakan dan memelihara kehidupan manusia, tidak mungkin Allah memberi rezqi hamba-Nya dengan jalan yang keji dan haram. Tentu Allah akan memberi rezqi yang halaalan thayyiban (yang halal dan yang baik), sebagaimana firman Allah :
فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَللاً طَيّبًا. النحل:114
Maka makanlah rezqi yang telah diberikan Allah kepadamu yang halal dan yang baik. [QS. An-Nahl : 114]
Oleh karena itu Allah melarang perbuatan keji dan semua bentuk kemakshiyatan, sebagaimana firman-Nya :
... وَ لاَ تَقْرَبُوا اْلفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ. الانعام:151
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi. [QS. Al-An’aam : 151]
وَ لاَ تَقْرَبُوا الزّنى اِنّه كَانَ فحِشَةً، وَ سَآءَ سَبِيْلاً. الاسراء:32
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk. [QS. Al-Israa’ : 32]
Mendekati perbuatan zina, maksudnya melakukan perbuatan yang akhirnya dapat mendorong kepada perzinaan, termasuk pornografi.
Mendekati saja dilarang, bahkan Allah sebutkan “adalah jalan yang buruk”, bagaimana menjadikan perzinaan sebagai mata pencaharian ?. Maka hanya akal yang tidak waras lah yang membenarkan perbuatan tersebut dengan apapun alasannya.
Perbuatan keji lainnya selain zina antara lain sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maaidah ayat 90-91 :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اِنَّمَا اْلخَمْرُ وَ اْلمَيْسِرُ وَ اْلاَنْصَابُ وَ اْلاَزْلامُ رِجْسٌ مّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ(90) اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطَانُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ اْلعَدَاوَةَ وَ اْلبَغْضَآءَ فِى اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ وَ يَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَ عَنِ الصَّلوةِ، فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ(91) المائدة:90-91
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala (sesaji), mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari perbuatan itu). [QS. Al-Maaidah : 90-91]
Kalau kita perhatikan firman Allah tersebut dapat kita pahami dengan jelas bahwa :
1.  Allah melarang manusia mendekati perbuatan keji, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi.
2.  Zina adalah termasuk perbuatan keji, dan jalan yang buruk.
3.  Judi, miras dengan segala macamnya, dan sesaji adalah termasuk perbuatan keji, itu perbuatan syaithan yang harus dijauhi.
4.  Dengan judi dan miras, syaithan bermaksud menimbulkan kebencian dan permusuhan diantara manusia dan dengan judi dan miras pula syaithan menjadikan manusia lupa kepada Allah, dan mendorong manusia meninggalkan shalat. Maka Allah perintahkan kepada manusia agar meninggalkan judi dan miras, kalau ingin beruntung.
Judi dan miras adalah perbuatan syaithan, maka masyarakat yang menjadikan judi dan miras sebagai kebutuhan hidupnya, itu adalah masyarakat syaithan, harus kita berantas, karena syaithan adalah musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا ادْخُلُوْا فِى السّلْمِ كَافَّةً وَّ لاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ، اِنَّه لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ. البقرة:208
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan, sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. [QS. Al-Baqarah : 208]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, begitu besarlah pengaruh perbuatan syaithan dalam kehidupan manusia. Selama judi, miras dan perzinaan hidup berkembang di suatu masyarakat atau bangsa, maka bangsa itu akan selalu dilanda kerusuhan dan kekacauan, karena antar mereka terjadi kebencian dan permusuhan yang sangat sulit dipadamkan, akhirnya akan membawa kehancuran bangsa itu.
Sebab lain yang menghancurkan suatu bangsa dan negara selain yang telah tersebut diatas adalah :
1. Rusaknya akhlaq bangsa.
Imam Asy-Syauqiy berkata :
وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ، فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا. الشوقنى
Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya, bila rusak akhlaqnya, maka rusaklah bangsa itu. [Asy-Syauqiy]
Kerusakan moral (akhlaq) inilah mushibah yang paling serius yang melanda bangsa kita ini, karena sudah menembus semua lapisan, dari bawah sampai atas. Padahal rusaknya akhlaq akan membawa rusaknya bangsa ini.
2. Menyerahkan urusan bukan kepada ahlinya.
Rasulullah SAW bersabda :
فَاِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اَلَى ِغَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى فى كتاب العلم
Maka apabila amanat telah hilang, maka tunggulah qiyamat (kehancurannya). Ada seorang shahabat bertanya, “Bagaimana hilangnya amanat ?”. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamatnya (kehancurannya)”. [HR. Bukhari, dalam kitab Al-’Ilmu]
Oleh karena itu orang-orang yang mempunyai keahlianlah yang harus memegang suatu urusan, apalagi urusan negara. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ، وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلَّى اَمْرَهُمُ السُّفَهَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/qaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang cakap dan bijak sebagai pejabat yang mengelola urusan mereka, dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang pemurah (dermawan). Dan apabila Allah menghendaki kejelekan suatu bangsa/qaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pejabat yang mengelola urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang bakhil. [HR. Abu Dawud]
مَنْ وَلَّى مِنْ اَمْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ شَيْئًا فَاَمَّرَ عَلَيْهِمْ اَحَدًا مُحَابَّةً فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ. الحاكم
Barangsiapa memegang suatu urusan kaum muslimin, lalu ia memberi kuasa (jabatan) kepada seseorang karena cintanya (bukan karena kemampuannya) maka laknat Allah menimpa atasnya. [HR. Hakim]
3. Tidak adilnya para penegak hukum.
Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّمَا هَلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ، وَ اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ اَقَامُوْا عَلَيْهِمُ اْلحَدَّ. وَ اَيْمُ اللهِ لَوْ اَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعَ مُحَمَّدٌ يَدَهَا. ابو داود 4: 132، و البخارى 4: 173
Sesungguhnya yang merusak orang-orang sebelum kamu ialah tindakan mereka (penegak hukum), apabila pejabat mencuri (korupsi, kolusi dan sejenisnya) mereka dibiarkan saja (tidak ditegakkan hukum atas mereka), tetapi apabila yang mencuri orang lemah (rakyat kecil), maka dijatuhi hukuman (ditegakkan hukum) padanya. Demi Allah, kalau Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti Muhammad akan memotong tangannya. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 132, Bukhari juz 4, hal. 173]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, memperhatikan firman-firman Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW tersebut, dan kita cermati keadaan tuan-tuan wakil rakyat yang terhormat serta para pembesar negeri ini sungguh sangat memprihatinkan. Rupanya mereka bukan orang-orang yang berakhlaq baik, dan bukan orang-orang yang mampu mengatasi berbagai mushibah yang menimpa bangsa ini.
Kita perhatikan, setiap mereka bermusyawarah tidak menampakkan iklim yang sejuk dan kerjasama yang baik, mereka saling bersitegang urat leher, ngotot-ngototan, berdebat, perang mulut dengan sengit, hingga ada kesan seolah-olah satu sama lain ingin saling menjatuhkan, merasa dirinya dan golongannya yang paling cakap dan menganggap orang/golongan lainnya remeh dan tidak cakap. Mereka tidak saja perang mulut, bahkan tuan-tuan yang terhormat itu sampai perkelahian fisik (berantem) diperlihatkan di mata rakyat 210 juta orang.
Rasanya tuan-tuan itu tidak pantas menempati kedudukan yang terhormat, karena tidak menunjukkan akhlaq yang baik. Para pemegang Pemerintahan pun rupanya bukan orang-orang yang mampu (bukan ahlinya), terbukti sampai kini belum ada tanda-tanda membaiknya krisis yang menimpa bangsa dan negeri ini.
Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) hanya banyak dipidatokan dan disuarakan saja, ternyata hanya jargon belaka. Kalau kita mengikuti dialog-dialog interaktif lewat TV maupun RRI, acara “Indonesia menyapa”, rasanya para wakil rakyat dan pembesar-pembesar negeri ini, tidak serius memikirkan penderitaan yang dirasakan oleh bangsa ini, terutama rakyat kecil (kalangan bawah). Mereka sibuk berusaha memperkaya diri dengan rakusnya berebut materi, mumpung ada kesempatan, belum tentu tahun-tahun mendatang ada kesempatan lagi.
Kalau demikian caranya, maka negara yang subur makmur serta penuh dengan kekayaan alam yang melimpah ruah, rakyat kecil hidup menderita kemiskinan karena kerakusan para pembesarnya. Keadaan negara semakin tidak menentu, hutang semakin membengkak, pengangguran semakin menumpuk, kerusuhan tawuran terjadi di mana-mana, tindak kriminal, pemerasan di kendaraan penumpang umum secara terang-terangan, sehingga tidak membawa kenyamanan para pengguna angkutan umum. Kondisi yang demikian tidak memberikan harapan-harapan yang menggembirakan, namun rakyat semakin cemas. Setiap kegagalan yang ditempuh oleh pembesar-pembesar negeri selalu mengkambing hitamkan orang lain, Orde Baru yang selalu menjadi sasaran.
Kita semua sudah mengetahui bahwa Orde Baru yang berkuasa 32 tahun meninggalkan warisan negeri ini dalam keadaan rusak, dan 210 juta rakyat ini menyerahkan kepada tuan-tuan besar untuk memperbaikinya. Mampukah tuan-tuan memperbaiki keadaan yang rusak ini ? Jangan keadaan yang rusak ini tidak menjadi baik, malah bertambah semakin parah.
Oleh karena itu dalam memikul amanat yang berat ini tuan-tuan harus benar-benar mawas diri, jangan melihat fasilitas tanpa menyadari kemampuan dirinya.
Kalau memang tidak ada kemampuan jangan merasa mampu (ojo rumangsa biso, nanging bisoa rumangsa), selanjutnya secara jujur dan ikhlash serahkanlah kepada ahlinya demi perbaikan nasib bangsa yang sudah lama menderita ini. Itulah sikap yang bijak dan terhormat.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, untuk mengakhiri khutbah ini kami mengajak semua komponen bangsa ini, termasuk para ulama dan umaro’nya :
  1.  Mari kita menyadari bahwa kesulitan yang menghimpit bangsa di negeri ini adalah kesalahan kita, sebagai bangsa ini sendiri, maka hal
       ini tidak akan berubah kalau kita sendiri tidak berusaha merubahnya.
  2.  Sudah tidak jamannya lagi kita saling melempar kesalahan, tetapi kenyataan yang ada ini mari kita terima dengan shabar, kita kerjasama, bahu-membahu untuk mengatasi kesulitan ini, memperbaiki yang rusak dan mempertahankan/meningkatkan yang sudah baik.
  3.  Maraknya kemakshiyatan dan tidak tegaknya amar ma’ruf nahi munkar menjadi penyebab datangnya adzab Allah. Oleh karena itu kita bangkitkan semangat amar ma’ruf nahi munkar, sebelum Allah menolak doa kita sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
لَتَأْمُرُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ لَتَنْهَوُنَّ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ اَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ فَتَدْعُوْنَهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ. الترمذى
       Hendaklah kamu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, atau (kalau tidak) Allah akan mendatangkan siksa (adzab) akibat dari dosa-dosamu, kemudian kamu berdoa niscaya Allah tidak akan mengabulkannya. [HR. Tirmidzi]
  4.  Para ulama hendaklah peka melihat keadaan dan berperan aktif memperhatikan nasib generasi penerus yang sangat memprihatinkan ini. Firman Allah SWT :
وَ لْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. الحشر:18
       Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Hasyr : 18]
  5.  Para ulama beserta semua komponen bangsa yang peduli terhadap nasib generasi penerus, hendaklah mendesak kepada Pemerintah agar memberantas kejahatan dan kemakshiyatan, serta menutup tempat-tempat yang dijadikan kegiatan kemakshiyatan untuk selama-lamanya, karena jelas-jelas sangat merusak moral bangsa.
  6.  Para pembesar negeri hendaklah menthaati Allah, agar bangsa ini terhindar dari kehancuran, serta memberi contoh yang baik pada masyarakat, memberantas semua bentuk kejahatan, dimulai dari dirinya sendiri.
  7.  Para penegak hukum hendaklah berlaku adil dalam menjalankan tugasnya, tanpa pandang bulu, sekalipun pada dirinya sendiri/ keluarganya.
  8.  Aparat penegak hukum (kepolisian), jangan setengah-setengah memberantas penyakit masyarakat, hendaklah sampai akar permasalahannya. Tidak akan menyelesaikan masalah dengan menyita ribuan botol miras yang diambil dari warung-warung kecil dan dimusnahkan, tetapi pabriknya terus memproduksi. Oleh karena itu bersama-sama masyarakat yang peduli nasib generasi penerus, mendesak kepada pemerintah agar menutup pabrik produksi miras, diganti dengan produksi lain yang halaalan thayyiban (halal dan yang baik).
  9.  Mengajak kepada semua masyarakat, hendaklah hati-hati benar dalam memilih wakil-wakil rakyat untuk masa-masa mendatang, hendaklah orang-orang yang benar-benar mampu dan berakhlaqul karimah, serta bertaqwa kepada Allah SWT.
10.  Kepada semua ummat Islam hendaklah menggiatkan dakwah di tengah-tengah masyarakat, agar mereka terbina menjadi masyarakat yang berakhlaq mulia.
Semoga Allah SWT selalu menyertai kita dan mengampuni dosa-dosa kita, serta selalu membimbing dan menuntun kita kejalan yang lurus.
اَللّهُمَّ اَرِنَا اْلحَقَّ حَقًّا وَ ارْزُقْنَا اتّبَاعَهُ، وَ اَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ
~oO[ A ]Oo~

1 komentar:

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...