بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى
اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَ الدّيْنِ، وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ
اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, hari ini, 1 Syawwal 1427 H, bertepatan
dengan tanggal 24 Oktober 2006 M, ummat Islam di berbagai penjuru dunia
merayakan ‘Iedul Fithri, salah satu dari tiga hari raya yang resmi dalam
Islam.
Hari raya ini diawali dengan membayar zakat yang berupa bahan
makanan pokok, yang dikenal dengan zakat fithrah.
Zakat fithrah ini diwajibkan pada setiap muslim dari segala lapisan yang ada kelebihan dari kebutuhan
pokoknya pada saat itu. Ibnu ‘Umar salah seorang shahabat Rasulullah SAW mengatakan :
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ ص زَكَاةَ اْلفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ
صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى اْلعَبْدِ وَ اْلحُرّ وَ الذَّكَرِ وَ اْلاُنْثَى وَ
الصَّغِيْرِ وَ اْلكَبِيْرِ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اَمَرَ بِهَا اَنْ تُؤَدَّى
قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ اِلىَ الصَّلاَةِ. البخارى
Rasulullah
SAW sudah mewajibkan zakat Fithrah satu Sha' (+ 2,5 kg atau 3 liter) dari korma atau satu sha' dari gandum atas budak maupun orang merdeka,
laki-laki, perempuan, anak-anak dan dewasa dari orang-orang Islam, dan beliau
menyuruh supaya dikeluarkan zakat fithrah itu sebelum orang-orang keluar pergi
shalat ('Idul Fithri).
[HR. Bukhari].
Zakat fithrah diharapkan mampu meredam sifat
kikir, loba, serakah yang mengancam dan merusak kehidupan kita beragama.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ
حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Mafhumnya,
sifat thama’ dan rakus terhadap harta dan kedudukan, dapat merusak agama
seseorang lebih parah daripada rusaknya serombongan kambing yang dilepaskan di
dalamnya dua serigala yang lapar.
Sebagai
puncak dalam merayakan ‘Iedul Fithri ini adalah shalat dua rekaat, yang diiringi
dengan khutbah yang mengandung muatan mau’idhah hasanah.
Apabila
shalat tersebut benar-benar dilakukan dengan khusyu’ dan khudlu’ dan menegakkan
shalat dalam arti yang sebenar-benarnya akan
menimbulkan kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan manusia secara pribadi
maupun secara kebersamaan sebagai bangsa di suatu negara.
Shalat yang ditegakkan dengan betul, mampu menumpas segala
bentuk perbuatan keji dan munkar, hal itu dinyatakan oleh Allah SWT :
… اِنَّ الصَّلوةَ تَنْهى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَ
اْلمُنْكَرِ، وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ… العنكبوت: 45
…..sesungguhnya
shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan
munkar.
Dan mengingat Allah (shalat) sesungguhnya lebih besar (keutamaannya dari pada
ibadah-ibadah yang lain).
[QS. Al-‘Ankabuut : 45]
Buah
shalat membuat hati menjadi tenteram, maka akan
terhindar dari rasa putus asa, stress, bingung, gelisah dan
sebagainya.
اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ اْلقُلُوْبُ. الرعد: 28
Ingatlah
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
[QS. Ar-Ra’d : 28]
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa shalat
adalah menjadi tolok ukur dari baik dan buruknya amal perbuatan
seseorang. Dalam satu sabdanya :
اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اَلصَّلاَةُ.
فَاِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَ اِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ
عَمَلِهِ. الطبرانى فى الاوسط
Pada
hari qiyamat yang pertama-tama dihisab amal seseorang adalah
shalatnya.
Kalau shalatnya baik, maka baik pulalah semua amal-amalnya yang lain. Bila
shalatnya rusak, maka rusak pulalah seluruh amal-amal lainnya.
[HR. Thabrani dalam Al-Ausath]
Maka
shalat menjadi tiangnya agama, barangsiapa yang menegakkan shalatnya, dia
benar-benar menegakkan agamanya, dan yang tidak menegakkan shalatnya berarti dia
telah merobohkan agamanya.
اَلْحَمْدُ ِللهِ kita mempunyai negara
yang besar, dan besar pula jumlah penduduknya, 200 juta lebih, dan sebagian
besar dari jumlah penduduk itu beragama Islam. Maka kita
mempunyai potensi yang sungguh-sungguh membanggakan untuk dapat mewujudkan
suasana yang aman, tenteram, jauh dari semua bentuk kejahatan, kema’shiyatan
yang dapat merusak ketenteraman dan kebahagiaan. Tetapi apa yang terjadi
di negeri ini ?
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, Allah SWT tidak mungkin salah
firman-firman-Nya, juga Rasulullah SAW, tidak mungkin salah
petunjuknya.
فَاِنَّ اَصْدَقَ اْلحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَ اِنَّ اَفْضَلَ
اْلهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ. احمد
Sesungguhnya
sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah (Al-Qur’an), dan sesungguhnya
seafdhal-afdhal petunjuk adalah petunjuk Muhammad (Rasulullah)
SAW.
[HR. Ahmad]
Oleh karena itu mari kita cermati, mengapa potensi yang besar
tersebut tidak dapat mewujudkan negeri ini aman, tenteram, terhindar dari semua
bentuk kejahatan dan kema’shiyatan yang merisaukan ?
Kenyataan yang ada di negeri yang kita cintai ini sangat
memprihatinkan. Berbagai bentuk kejahatan dan
kema’shiyatan sulit dibendung.
Seperti
kejahatan di bidang ekonomi, politik, bahkan kejahatan di bidang hukum, itu
semua masih belum bisa diatasi secara baik.
Sedangkan kema’shiyatan seperti prostitusi, perkosaan,
perjudian, mabuk-mabukan sudah menjadi penyakit masyarakat (pekat) yang belum
bisa diatasi secara tuntas.
Apakah
bangsa kita yang mayoritas muslim ini belum menegakkan shalat dalam arti yang
sebenar-benarnya ?
Dengan
terjadinya berbagai mushibah yang menimpa negeri ini bertubi-tubi, seolah-olah
tanpa berhenti, sejak mushibah besar di Aceh pada tanggal 26 Desember 2003 yang
menelan korban ratusan ribu jiwa dan harta yang sulit dihitung jumlahnya.
Sekarang yang masih tengah-tengahnya berjalan semburan lumpur panas di Sidoarjo,
Jawa Timur yang sudah menenggelamkan puluhan desa dan ratusan hektar ladang
pertanian serta pabrik-pabrik, belum dapat diatasi, walaupun berbagai cara sudah ditempuh. Ribuan penduduk terpaksa kehilangan
tempat tinggal dan mata pencaharian, menjadikan bangsa ini semakin terpuruk dan
hilang harapan masa depan bagi rakyat kecil.
Mereka
ditimpa kemiskinan yang menyedihkan, hingga untuk memenuhi kebutuhan makan
harian saja sangat sulit, bagaimana bisa memikirkan pendidikan anak-anak mereka ?
Allah
memberikan kepada bangsa ini negeri yang subur, setiap jengkal bagian dari
negeri ini Allah mendatangkan rizqi untuk mereka, sehingga diibaratkan tongkat
kayu pun jadi tanaman, kolamnya bukan kolam air, tetapi kolam susu, bagaikan
zamrud di khathulistiwa, tampak cemerlang indah, penuh daya tarik, karena
kesuburan dan kemakmuran negeri ini.
Melihat karunia Allah yang begitu besar,
mestinya tidak mungkin terjadi pada bangsa ini mengalami gizi buruk, busung
lapar, karena sulit mendapatkan makan, dan banyak pengangguran, karena sulitnya
mendapatkan lapangan kerja. Dampak dari semua itu,
mengakibatkan timbulnya rawan kejahatan dimana-mana.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, melihat kenyataan
itu semua tentu bukan kejadian secara kebetulan dan jangan kita pandang sesuatu
mushibah atau bencana yang biasa-biasa saja, akan tetapi harus kita lihat dengan
mata hati yang paling dalam, dan kita renungkan peringatan-peringatan yang telah
ditunjukkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman :
وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً
يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ
فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا
يَصْنَعُوْنَ. النحل: 112
Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman
lagi tenteram, rizqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,
tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat.
[QS. An-Nahl : 112]
ذلِكَ بِاَنَّ اللهَ لَمْ يَكُ مُغَيّرًا نّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلَى
قَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ، وَ اَنَّ اللهَ سَمِيْعٌ
عَلِيْمٌ. الانفال: 53
Sesungguhnya
Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang
telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga kaum itu mengubah apa yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
[QS. Al-Anfaal : 53]
Allah SWT telah memberikan keni’matan yang
sangat besar kepada suatu bangsa, sehingga dari setiap tempat di negerinya
didatangkan rizqi yang berlimpah ruah, maka seharusnya rakyat negeri itu hidup
makmur, tidak kurang suatu apapun. Tetapi mengapa rakyatnya ditimpa
mushibah hingga kelaparan selalu melekat pada dirinya, bagaikan pakaian yang
selalu melekat pada badannya ? Padahal Allah tidak
pernah merubah keni’matan yang telah diberikan kepada suatu kaum, tetapi mengapa
seolah keni’matan yang begitu besar tersebut hilang tak dapat dirasakan oleh
sebagian penduduk negeri itu ?
Pasti ada sesuatu yang tidak beres pada
mereka.
مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَ مَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيّئَةٍ فَمِنْ
نَّفْسِكَ. النساء: 79
Apasaja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja
mushibah/bencana yang menimpamu, maka itu dari kesalahan dirimu
sendiri.
[QS. An-Nisaa’ : 79]
Karena
bangsa itu kufur ni’mat, tidak mau mensyukuri ni’mat yang telah diberikan kepada
mereka.
Orang-orang
yang diserahi amanat memimpin negeri itu tidak ada rasa qana’ah atas ni’mat yang
diterimanya, tetapi timbul keserakahan dimana-mana, ingin kaya sendiri, ingin
senang sendiri, hutan-hutan ditebangi secara liar, aset-aset negara dijual,
pasir laut, tambang minyak sampai pulau pun dijual juga.
Mereka
tutup mata, tutup telinga, tak mau melihat dan tidak mau mendengar jeritan orang
yang kelaparan, rintihan orang yang tertimpa mushibah akibat dari keserakahan
mereka, yang penting dirinya bisa kaya raya, bergelimang harta, bisa
berpesta-pora dengan keluarga tanpa memperhatikan halal dan haram, na’udzu
billaahi min dzaalik. Berapa lama mereka akan hidup di dunia ini ? Bagaimana nasib mereka di akhirat kelak?.
Kaum
muslimin dan muslimat yang berbahagia, negeri yang kita cintai ini sudah
beberapa kali berganti pemimpin dan beberapa kali juga berganti kabinet, akan tetapi belum juga bisa merubah keadaan yang menyedihkan
ini.
Tentang
korupsi saja belum bisa diberantas secara tuntas, walaupun sudah beberapa kali
ganti kepemimpinan, dan masing-masing pemimpin berjanji akan memberantas korupsi
dengan tuntas, tetapi kenyataannya
?
Memang
kita memahami betapa sulitnya pekerjaan itu, karena korupsi sudah membudaya dari
atas sampai ke bawah, bagaikan jamaah yang kuat.
Maka perlu adanya REFORMASI MENTAL. Bagaimana tidak ? Karena untuk menjadi Lurah desa saja harus
mengeluarkan uang ratusan juta rupiah, untuk Bupati/Wali Kota harus mengeluarkan
uang milyaran rupiah, untuk jadi Presiden tentu tidak bisa dibayangkan
lagi.
Padahal
jabatan itu hanya lima
tahun, berapa gaji mereka ? Maka
dengan gaji yang diperoleh sampai habis jabatannya belum bisa kembali modal yang
dikeluarkan bila mereka jujur/tidak korupsi.
Rakyat
kita juga kebanyakan masih bodoh dalam memilih pemimpin, yang dipilih bukan
orang yang punya kemampuan dan keahlian dalam bidangnya, tetapi yang dipilih
siapa yang memberi uang pada dirinya.
Jadi
hanya untuk kepentingan memenuhi kebutuhan sesaat, rela menderita dalam waktu
yang panjang, karena dipimpin orang yang bukan ahlinya.
Rasulullah
SAW bersabda :
فَاِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. فَقَالَ: كَيْفَ
اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلىَ غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila
hilang amanat, maka tunggulah datangnya qiyamat (kehancurannya). Ada seorang
shahabat yang bertanya, “Bagaimanakah hilangnya amanat
?”. Rasulullah SAW menjawab, “Apabila sesuatu urusan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamatnya
(kehancurannya)”.
[HR. Bukhari 1 : 21]
اِذاَ اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ
وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ. وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا
وَلىَّ اَمْرَهُمُ السُّفَهَآءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ
اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat
orang-orang yang bijak (berkemampuan) sebagai pejabat yang mengatur urusan
mereka, dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang pemurah (tidak
bakhil).
Dan apabila Allah menghendaki kejelekan suatu bangsa/kaum,
maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh (tidak punya kemampuan) sebagai
pejabat yang mengatur urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada
orang-orang yang bakhil.
[HR. Abu Dawud]
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, tidak cukup hanya
baiknya seorang kepala negara, akan tetapi semua
menteri-menteri dan pembantu-pembantunya harus baik pula. Perhatikan sabda
Rasulullah SAW :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِاْلاَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ
صِدْقٍ، اِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَ اِنْ ذَكَرَ اَعَانَهُ. وَ اِذَا اَرَادَ بِهِ
غَيْرَ ذلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ سُوْءٍ، اِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكّرْهُ وَ اِنْ
ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ. ابو داود
Jika
Allah menghendaki kebaikan pemimpin (pemegang pemerintahan), maka didampingi
menteri-menteri yang jujur, jika pemimpin lupa (salah) diingatkan dan jika lurus
(ingat) dibantu.
Dan jika Allah menghendaki sebaliknya, maka didampingi menteri-menteri yang
jelek/curang, hingga jika pemimpin lupa (salah) tidak diingatkan/ditegur, dan
jika benar (ingat) tidak dibantu.
[HR. Abu Dawud]
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan hadits-hadits
Rasulullah SAW, bahwa jabatan itu adalah amanat, yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, bukan kesempatan untuk memperkaya
diri.
Kalau
sudah demikian keadaannya, siapa yang salah ? Kita tidak perlu mencari siapa yang salah, tetapi harus menyadari
bahwa hal itu kesalahan kita semua.
Para
pemimpin ambisi untuk menjadi pemimpin, hingga mau membeli jabatan/kedudukan
tersebut dengan harga berapapun.
Rakyatnya juga tidak hati-hati dalam memilih pemimpin,
siapapun asal mereka mau memberi uang pada dirinya, akhirnya dipimpin oleh
orang-orang yang bukan ahlinya dan tidak amanat.
Dengan puasa Ramadlan yang baru saja kita jalankan, semoga
puasa kita bisa mencapai tujuan, yakni menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT dan bisa mereformasi mental-mental kita, tidak dikuasai oleh hawa
nafsu yang menyengsarakan, tetapi tumbuh keyaqinan yang mendalam, bahwa hanya
dengan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya sajalah bangsa kita akan jaya,
bahagia hidup di dunia ini sampai di akhirat kelak. Bila kita mengabaikan, pasti
akan menemui kesempitan, kesusahan hidup di dunia dan
sengsara di akhirat nanti. [QS. Thaahaa : 124]
Rasulullah
SAW pernah bersabda kepada Abu Dzarr, bahwa sesungguhnya jabatan itu adalah
amanat, dan pada hari qiyamat akan menjadi kehinaan dan
penyesalan, kecuali bagi orang yang dapat memenuhi hak dan kewajibannya dan
menunaikan tanggungjawabnya. [HR. Muslim juz 3, hal. 1457]
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersumpah
:
اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَاَلَهُ وَ
لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. مسلم 3: 1456
Demi
Allah, sungguh kami tidak akan menyerahkan suatu
jabatan kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi
pada jabatan itu.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1456]
Selanjutnya
kia lebih berhati-hati agar bangsa kita yang besar dan
tanah kita yang subur ini tidak jatuh di tangan orang-orang yang tidak bisa
memegang amanat, tidak peduli halal-haram, akhirnya akan membawa penderitaan
rakyat yang lebih dahsyat lagi, dan membawa kepada kehancuran. Perhatikan sabda
Rasulullah SAW :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لِكَعْبِ
بْنِ عُجْرَةَ: اَعَاذَكَ اللهُ مِنْ اِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَ مَا
اِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: اُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُوْنَ
بِهَدْيِى، وَ لاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِى. فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ
اَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ لَيْسُوْا مِنّى وَ لَسْتُ مِنْهُمْ، وَ
لاَ يَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى، وَ مَنْ لَمْ يُصَدّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ لَمْ
يُعِنْهُ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ مِنّى وَ اَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ
عَلَى حَوْضِى. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ
تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ وَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ (اَوْ بُرْهَانٌ). يَا كَعْبُ بْنَ
عُجْرَةَ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، اَلنَّارُ
اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا وَ بَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوْبِقُهَا. احمد و الترمذى
Dari
Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW
telah bersabda kepada Ka’ab bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungimu dari
pemimpin-pemimpin yang tolol”. Lalu Ka’ab bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah
pemimpin yang tolol itu ?”. Rasulullah SAW menjawab,
“Yakni para pemimpin sesudahku yang tidak mau memakai petunjuk dengan
petunjukku, dan tidak mau berpegang pada sunnahku. Barangsiapa membenarkan
perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta membantu kedhaliman mereka,
maka tidak termasuk golonganku dan akupun tidak termasuk golongan mereka, dan
mereka tidak berhak minum air telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan
perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta tidak membantu kedhaliman
mereka, maka termasuk golonganku dan akupun termasuk golongan mereka, dan mereka
berhaq minum air telagaku. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, puasa adalah perisai api
neraka, sedekah adalah penghapus dosa, dan shalat adalah tanda bukti pendekatan
diri. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang
tumbuh dari barang yang haram, api neraka lebih pantas baginya. Hai Ka’ab bin
‘Ujrah, manusia terdiri dari dua macam. Ada yang menjual dirinya ke jalan Allah,
hingga ia selamat dari siksa neraka. Dan ada yang
menjual dirinya kepada hawa nafsu, hingga nerakalah sebagai tempat tinggal
mereka.
[HR. Ahmad dan Tirmidzi]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan selesainya ibadah Ramadlan ini
semoga kita bisa introspeksi, merenungi kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa kita,
kemudian segera bertaubat, memperbaiki mental kita, kethaatan kita kepada aturan
Allah dan Rasul-Nya.
Jangan
terlalu rakus terhadap harta dan kedudukan yang akan
merusak dalam kehidupan kita beragama, tanpa peduli halal dan
haram.
Sebagai
rakyat juga jangan berlaku bodoh, jangan menyerahkan amanat kepada orang-orang
yang bukan ahlinya dan suka berkhianat, hanya karena diberi sesuatu yang tidak
seberapa, menjual harga diri kita.
Hilangkan
budaya suap-menyuap yang menyengsarakan, yang sangat dilarang dalam Islam,
sehingga yang menyuap dan yang disuap keduanya dimasukkan ke dalam
neraka.
Dengan
segera bertaubat dan memperbaiki diri, menthaati syariat Allah dengan
sungguh-sungguh, insya Allah pertolongan Allah segera akan datang, dan bangsa
kita segera keluar dari penderitaan akibat dari krisis multi dimensi
ini.
وَ مَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًا. وَ يَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ. الطلاق: 2-3
Barangsiapa
benar-benar thaat kepada Allah, Allah akan menjadikan
jalan keluar dari semua kesulitan dan akan memberi rizqi yang tidak
disangka-sangka.
[QS. Ath-Thalaaq : 2-3]
Sekian,
semoga Allah meridlai aktivitas kita, aamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ
تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً، وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ
ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ
بَرَكَاتُهُ.
~oO[ A ]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar