بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ
اْلعَالَمِيْنَ. وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ اَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ: ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَخُوْنُوا اللهَ
وَ الرَّسُوْلَ وَ تَخُوْنُوْآ اَمنتِكُمْ وَ اَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. الانفال:27
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ
اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, hari ini 1 Syawwal 1425 H, bertepatan dengan
14 Nopember 2004 M, ummat Islam di berbagai belahan dunia merasa gembira dan
bahagia setelah dapat menyelesaikan ibadah puasa satu bulan penuh. Kemudian
mengumandangkan takbir - tahlil - dan tahmid untuk mengagungkan Asma Allah,
diakhiri dengan menjalankan shalat 'Iedul Fithri dan saling mengucapkan Taqobbalalloohu
minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amal ibadah dari kami dan dari
kamu), dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Rasulullah
SAW bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخارى
Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadlan karena iman dan
hanya mengharapkan pahala dari Allah semata, maka diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.
[HR. Bukhari]
Disamping
kebahagiaan yang kita rasakan, hati kita diselimuti rasa kesedihan yang
mendalam, karena sebagian dari saudara-saudara kita di belahan dunia ini juga -
di Thailand - Iraq - Afghanistan dan Palestina serta daerah-daerah lain tidak
merasakan kebahagiaan seperti yang kita rasakan sekarang ini, akibat
penindasan, penganiayaan, penjajahan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam yang
biadab dan amoral. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT, kita berdoa
kepada Allah, semoga saudara-saudara kita tersebut diberi keshabaran dan
pertolongan, bagi yang meninggal dunia semoga termasuk syuhada', dan bagi yang
hidup semoga tidak patah semangat dalam jihad fii sabiilillah. Musuh-musuh
Islam yang biadab itu mudah-mudahan mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal
dengan kebiadaban mereka.
Sebelum
merayakan 'Iedul Fithri, ummat Islam yang ada kelebihan dari makanan pokok pada
hari itu diwajibkan mengeluarkan zakat Fithrah, yakni zakat berupa makanan
pokok, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ
ص زَكَاةَ اْلفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى
اْلعَبْدِ وَ اْلحُرّ وَ الذَّكَرِ وَ اْلاُنْثَى وَ الصَّغِيْرِ وَ اْلكَبِيْرِ
مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اَمَرَ بِهَا اَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ
اِلىَ الصَّلاَةِ. البخارى
Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat Fithrah satu Sha'
dari korma atau satu sha' dari sya’ir
(gandum) atas hamba, orang merdeka, laki-laki maupun perempuan, anak-anak
maupun dewasa dari kalangan kaum muslimin. Dan beliau menyuruh agar zakat
fithrah itu ditunaikan sebelum orang-orang keluar menuju shalat. [HR. Bukhari].
Dilihat
dari segi kwantitas materialnya satu sha’ (2 1/2 kg) itu kalau dikalikan
puluhan juta kaum muslimin yang merupakan mayoritas di negeri ini, merupakan
aset kekayaan yang besar. Tetapi yang lebih penting di sini adalah peningkatan
kwalitas moral. Dengan zakat fithrah menanamkan kesadaran dan kepedulian sosial
terhadap sesama, yang merupakan salah satu pilar bagi tegaknya kehidupan
berjama’ah (kebersamaan) di satu sisi, sedang di sisi lain, kewajiban zakat
fithrah diharapkan mampu meredam sifat kikir, thama', serakah terhadap dunia,
mau kaya dan enak sendiri, tanpa peduli pada nasib orang lain. Sifat tersebut
merupakan virus yang bisa merusak kehidupan berjama'ah dan merusak agama
seseorang. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda
مَا ذِئْبَانِ
جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى
اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat
thama' dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan
yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan
kambing.
[HR. Tirmidzi]
Oleh
karena itu orang yang rakus terhadap harta dan terlalu ambisi memegang suatu
jabatan, jangan diharap bisa memangku jabatan tersebut dengan baik, jujur dan
amanat. Ia akan memanfaatkan jabatan tersebut untuk memperoleh harta
sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk agama. Bila perlu
untuk memperoleh hal tersebut dengan jalan korupsi, maling, menipu, merampok
dan sejenisnya, sudah tidak peduli lagi halal atau haram.
Orang
yang cinta terhadap dunia dan kemewahan hidup akan menjadi manusia penakut dan
tidak lagi berani berjuang di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda :
اَنْتُمُ اْليَوْمَ
عَلَى بَيّنَةٍ مِنْ رَبّكُمْ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ تَنْهَوْنَ عَنِ
اْلمُنْكَرِ وَ تُجَاهِدُوْنَ فِى اللهِ، ثُمَّ يَظْهَرُ فِيْكُمُ السَّكْرَتَانِ.
سَكْرَةُ حُبّ اْلجَهْلِ وَ سَكْرَةُ حُبّ اْلعَيْشِ وَ سَتَحَوَّلُوْنَ عَنْ
ذ?لِكَ فَلاَ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ لاَ تَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ
لاَ تُجَاهِدُوْنَ فِى اللهِ. ابو نعيم
Kamu sekalian pada hari ini di atas tanda bukti dari
Tuhanmu, kamu sama memerintahkan kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar dan berjuang di jalan Allah. Kemudian akan muncul diantara kalian dua
macam kemabukan. Mabuk cinta kebodohan dan mabuk cinta kemewahan hidup.
Disebabkan demikian itu kalian berpindah haluan, lalu tidak lagi memerintahkan
yang ma'ruf dan tidak mencegah dari yang munkar dan tidak berani berjuang di
jalan Allah.
[HR. Abu Nu'aim]
Adapun
tentang bakhil, Rasulullah SAW bersabda :
اِتَّقُوا الظُّلْمَ
فَاِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ اتَّقُوا الشُّحَّ فَاِنَّ
الشُّحَّ اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَ حَمَلَهُمْ عَلَى اَنْ سَفَكُوْا
دِمَاءَهُمْ وَ اسْتَحَلُّوْا مَحَارِمَهُمْ. مسلم
Jagalah dirimu dari aniaya (dhalim), karena dhalim itu
merupakan kegelapan di hari qiyamat. Dan jagalah dirimu dari sifat bakhil
(kikir), karena sifat kikir itu membinasakan ummat-ummat sebelum kalian,
mendorong mereka pada pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan
oleh Allah.
[HR. Muslim]
Semoga
puasa kita, shalat serta zakat kita diterima oleh Allah SWT dan dapat
menjauhkan diri kita dari sifat-sifat yang merusak itu.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ
اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, memperhatikan begitu besar bahaya yang
ditimbulkan oleh sifat rakus terhadap dunia dan ambisi terhadap jabatan atau
kedudukan, maka Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّا وَ اللهِ لاَ
نُوَلّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَاَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم
Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seseorang dalam
jabatan ini pada orang yang menginginkan, dan tidak (pula) pada orang yang
berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim]
Ketika
Abu Dzarr bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi jabatan
apa-apa kepadaku ?". Maka Rasulullah menepuk bahu Abu Dzarr sambil
bersabda :
يَا اَبَا ذَرّ اِنَّكَ
ضَعِيْفٌ وَ اِنَّهَا اَمَانَةٌ، وَ اِنَّهَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ خِزْيٌ وَ
نَدَامَةٌ اِلاَّ مَنْ اَخَذَهَا بِحَقّهَا وَ اَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيْهَا. مسلم
Hai Abu Dzarr, kamu adalah seorang yang lemah, dan
jabatan itu sebagai amanat yang pada hari qiyamat hanya akan menjadi penyesalan
dan kehinaan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak-kewajibannya, dan
memenuhi tanggungjawabnya. [HR. Muslim]
Jabatan
yang diberikan pada seseorang bukannya kenikmatan yang perlu disambut dengan
suka cita, ramai-ramai makan-makan dengan mengundang sanak-saudara,
handai-taulan, tetapi sebenarnya merupakan suatu amanat berat yang harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah di hari qiyamat kelak, yang hanya akan
menjadi penyesalan dan kehinaan bagi orang yang tidak dapat memikul amanat itu
dengan baik.
Lagi
pula akan membawa kehancuran manakala amanat itu disia-siakan. Rasulullah SAW
bersabda :
اِذَا ضُيّعَتِ
اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا
وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلىَ غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila amanat sudah hilang (disia-siakan) maka tunggulah
saat kehancurannya (qiyamatnya). Shahabat Nabi bertanya, "Bagaimanakah
hilangnya (menyia-nyiakan) amanat ?". Rasulullah SAW menjawab,
"Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah qiyamat (kehancurannya). [HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
Begitu
pentingnya tentang amanat, maka nepotisme tidak dikenal dalam Islam. Semua
tugas, jabatan harus benar-benar diserahkan kepada ahlinya tanpa pandang bulu.
Rasulullah SAW bersabda :
مَنِ اسْتَعْمَلَ
رَجُلاً عَلَى عَصَابِيَّةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ اَرْضَى اللهَ مِنْهُ فَقَدْ
خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم
Barangsiapa yang mengangkat seseorang untuk suatu jabatan
karena kekeluargaan (golongan), padahal ada pada mereka itu orang yang lebih
disenangi Allah (karena kemampuan) dari padanya, maka sesungguhnya ia telah
berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman. [HR. Hakim]
Dalam
muqaddimah khutbah ini saya kutipkan firman Allah yang artinya : Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad), dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui. [QS. Al-Anfaal : 27]
Maka
perbuatan nepotisme pada hakikatnya pengkhianatan kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada orang-orang beriman, hal itu sangat dilarang dalam Islam dan pasti
akan mendatangkan kehancuran.
Allah
SWT menciptakan manusia dengan tugas pokoknya beribadah kepada-Nya.
وَ مَا خَلَقْتُ
اْلجِنَّ وَ اْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ. الذاريات: 56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku. [QS. Adz-Dzaariyaat : 56]
Sedangkan
setiap hari kita selalu ikrar yang kita ucapkan setiap shalat :
اِنَّ صَلاَتِى وَ
نُسُكِى وَ مَحْيَايَ وَ مَمَاتِى ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. الانعام : 162
Sesungguhnya shalatku, nusukku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. [QS. Al-An'aam : 162]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ
اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan kewajiban kita
sebagai manusia, dan ikrar yang selalu kita ucapkan, yakni wa mahyaaya,
maksudnya semua aktivitas hidup yang kita lakukan hanya dalam rangka beribadah
kepada Allah SWT, maka pada hakikatnya bekerja pun harus kita niatkan
beribadah. Kalau bekerja kita lakukan sebagai ibadah, maka bukan upah/gaji
tujuan utama yang kita inginkan, melainkan bagaimana kita bisa menjalankan
pekerjaan yang diamanatkan kepada diri kita dengan sebaik-baiknya, agar hasil
yang kita peroleh pun halal dan mendapat ridla dari Allah SWT.
Maka
harus kita pegang teguh pesan Rasulullah SAW sebagai berikut :
اَرْبَعٌ اِذَا كُنَّ
فِيْكَ فَلاَ عَلَيْكَ مِمَّا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ اَمَانَةٍ وَ
صِدْقُ حَدِيْثٍ وَ حُسْنُ خُلُقٍ وَ عِفَّةٌ فِى طُعْمَةٍ. احمد و الطبرانى
Ada empat perkara yang harus kamu
pegang teguh hingga meninggalkan dunia ini. Menjaga amanat, berbicara yang
benar (jujur), berbudi pekerti luhur (akhlaqul karimah), dan mencari
penghasilan yang halal. [HR. Ahmad dan Thabrani]
Kalau
demikian keadaannya, maka tidak akan terjadi pengkhianatan, penyimpangan dalam
tugas serta kebohongan dalam menyampaikan hasil kerjanya kepada atasan, karena
atasan yang mengawasi langsung apa yang dilakukan, serta selalu menemani
dirinya dimanapun berada adalah Allah SWT. Perhatikan firman Allah dalam QS.
Al-Mujadalah : 7, yang artinya : "Tidakkah kamu perhatikan bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ?
Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia lah yang
keempatnya, dan tidak ada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia lah yang keenamnya.
Dan tidak pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimana pun mereka berada. Kemudian Dia
akan memberitakan kepada mereka pada hari qiyamat apa yang telah mereka
kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
Selanjutnya
mari kita perhatikan keadaan negeri kita yang disebut negeri yang subur
makmur loh jinawi, sampai dikatakan tongkat kayupun jadi tanaman,
serta kolamnya pun kolam susu, mengapa jutaan rakyatnya menderita
kemiskinan dan keterbelakangan sampai tidak bisa mengenyam pendidikan yang
layak ?
Sudah
beberapa kali berganti pemimpin negeri ini, beberapa kali rakyat mengamanatkan
kepada para wakil-wakilnya di Parlemen, serta beberapa kali pergantian kabinet,
dari kabinet pembangunan, kabinet reformasi, kabinet gotong-royong, namun itu
semua tidak membawa rakyat hidup bahagia dan sejahtera, bisa merasakan, dan
menikmati kesuburan dan kemakmuran negeri ini, malah rakyat yang menderita
kemiskinan, pengangguran, anak putus sekolah semakin bertambah, serta hutang
negeri ini semakin membengkak. Dilihat dari kenyataan ini menunjukkan bahwa
para elit dan para pengemban amanat negeri ini tidak memegang empat perkara
yang dipesankan oleh Rasulullah SAW tersebut.
Rupanya
rakyat salah pilih dalam memberikan amanat kepada mereka, ketika masih
menjalankan tugasnya tidak memikirkan untuk memperbaiki nasib rakyat, setelah
purna tugas banyak diantara wakil-wakil rakyat yang kena urusan karena tindak
pidana korupsi. Pembangunan dan gotong royong yang dilakukan pun rupanya bukan
gotong royong untuk membangun perekonomian rakyat, tetapi gotong royong
membangun pondasi dan kebersamaan yang lebih kuat dan merata dalam menjalankan
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sehingga KKN sulit diberantas karena sudah
mengakar dan mempunyai jaringan yang kuat dari atas sampai ke bawah.
Tampaknya
diantara mereka termasuk jenis orang yang rakus terhadap harta dan berambisi
pada jabatan maupun kedudukan, sehingga lupa akan tugas dan tanggungjawab yang
diamanatkan kepada dirinya.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, melihat keadaan yang memprihatinkan ini,
maka rakyat sangat mendambakan pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang dapat
membawa perubahan nasib bangsa dan negara ini kepada yang lebih baik,
pemerintahan yang berwibawa, bersih dari segala kecurangan dan memegang teguh
amanat yang dipercayakan kepada dirinya. Untuk itu diperlukan orang-orang yang
benar-benar beriman dan bekerja sebagai ibadah. Kalau iman sebagai landasan
dalam menjalankan tugasnya, niscaya Allah akan memberikan pemerintahan yang
kokoh dan tidak mudah tumbang walau dihantam badai yang dahsyat sekalipun,
serta hasil kerjanya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat di negeri ini.
Dalam
hal ini Allah memperumpamakan seperti pohon yang baik, yakni pohon yang akarnya
kuat menghunjam ke tanah dan cabangnya menjulang tinggi ke langit, setiap musim
pemiliknya dapat memetik dan menikmati buahnya dengan lezat.
Sedangkan
bekerja yang dilandasi dengan tujuan memperkaya diri, kecurangan dan
kebohongan, Allah perumpamakan seperti pohon yang buruk, yakni pohon yang
akar-akarnya rapuh dan akan mudah tumbang (Jawa = sol), tidak akan bisa tegak
berdiri, sehingga tidak akan menghasilkan apa-apa selain menambah pekerjaan
yang memayahkan bagi pemiliknya. [QS. Ibraahiim : 24 s/d 26]
Al-hamdu
lillah pada bulan Ramadlan yang penuh berkah ini, bulan dimana
syaithan-syaithan dirantai (dibelenggu), pintu surga dibuka luas dan pintu
neraka ditutup, tepatnya pada tanggal 20 Oktober 2004, bertepatan dengan hari
keenam ummat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadlan, secara resmi rakyat
Indonesia benar-benar mempunyai Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat,
maka merupakan Presiden bagi bangsa Indonesia, bukan presiden partai tertentu.
Setelah
itu hari-hari berikutnya dikukuhkan pula para Menteri pembantu Presiden dalam
melaksanakan tugasnya yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu.
Presiden
dan para menterinya yang dilantik pada awal-awal bulan Ramadlan, yang dikatakan
awal bulan itu adalah rahmat, semoga benar-benar mendapat curahan rahmat dari
Allah SWT.
Dengan
landasan iman dan tujuan beribadah, mereka menjalankan tugas sebagai amanat
yang dipercayakan kepada mereka, sehingga pemerintahan ini bagaikan pohon yang
baik yang menghasilkan perubahan yang membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia
dengan idzin Allah.
Kami
berharap dalam melakukan gebrakan 100 hari yang dilakukan oleh Presiden untuk
mengawali tugasnya, hendaknya Presiden memperhatikan para menterinya dan
pejabat-pejabat tinggi lainnya dengan cermat agar dapat mewujudkan pemerintahan
yang benar-benar baik, sebab Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ
بِاْلاَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ صِدْقٍ، اِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَ
اِنْ ذَكَرَ اَعَانَهُ. وَ اِذَا اَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ
سُوْءٍ، اِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكّرْهُ وَ اِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ. ابو داود
Jika Allah menghendaki kebaikan seorang penguasa, maka
diberinya pembantu (menteri) yang baik (jujur), jika lupa diingatkan dan jika
ingat dibantu. Dan jika Allah menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allah
memberi padanya pembantu (menteri) yang jelek (tidak jujur), jika lupa tidak
diingatkan, jika ingat tidak dibantu. [HR. Abu Dawud]
Dalam
hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda :
اِذاَ اَرَادَ اللهُ
بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ
السُّمَحَاءِ. وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلىَّ اَمْرَهُمُ
السُّفَهَآءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu
bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bijak (pandai) sebagai
pejabat yang mengelola urusan mereka. Dan Allah memberikan harta kepada
orang-orang yang pemurah (tidak bakhil). Dan apabila Allah menghendaki
keburukan (kehancuran) suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang
bodoh sebagai pejabat yang mengurusi urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta
kekayaan kepada orang-orang yang bakhil. [HR. Abu Dawud]
Oleh
karena itu dalam 100 hari nanti bila nyata-nyata didapatkan menteri/pembantu
yang tidak ada kemampuan dalam menjalankan tugasnya, dan didapati
pembantu/menteri yang kerjanya jelek (tidak jujur), dan jabatan yang diembannya
sebagai sarana untuk memperkaya diri, rakus terhadap harta, maka presiden tidak
usah canggung dan ragu-ragu segera memecat saja tanpa pandang bulu serta segera
dicarikan sebagai gantinya yang lebih baik tanpa melihat siapapun mereka, dari
partai manapun, atau dari non partai.
Kepada
para wakil rakyat yang dikatakan oleh mantan Presiden RI ke-4 (Gus Dur), wakil
rakyat yang dulu seperti anak-anak TK, yang sekarang malah merosot menjadi Play
Group, tidak usah sakit hati, kenyataannya baru awal-awal tugasnya saja tidak
menunjukkan wakil rakyat yang melegakan, tetapi mencemaskan bagi rakyat, dengan
terjadinya perpecahan di lembaga mereka, berebut kedudukan, sehingga rakyat
khawatir kalau begitu keadaannya, kapan mereka kompak untuk memikirkan nasib
rakyat yang mempercayakan kepada mereka sebagai wakil-wakilnya ?
Kritikan
itu hendaklah dijadikan cambuk untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kwalitas
kerjanya supaya tidak lagi seperti Play Group, tetapi sebagai wakil-wakil
rakyat yang cerdas, serius, bersatu padu semua wakil rakyat untuk memikirkan
nasib rakyat yang sudah lama menderita ini, agar segera bisa keluar dari
penderitaan berganti kebahagiaan dan kesejahteraan.
Bubarkan
saja adanya koalisi kebangsaan maupun kerakyatan, yang ada tinggal wakil-wakil
rakyat yang bersatu padu, saling hormat-menghormati, tolong-menolong dalam
menjalankan tugas yang diamanatkan pada dirinya, demi kepentingan seluruh
rakyat Indonesia.
Kepada
para penegak hukum yang dirasakan masih carut-marut tidak adanya keadilan dalam
penegakan hukum, hendaklah segera memperbaiki kinerjanya, dan menyadari bahwa
tidak adanya penegakan di bidang hukum pada hakikatnya menjadi penyebab
kehancuran suatu bangsa.
Akhirnya
kami rakyat Indonesia yang diakar rumput ini mengharapkan dengan gebrakan 100
hari Presiden RI untuk mengawali kerjanya ini dan kerja-kerja selanjutnya,
hendaklah didukung oleh seluruh komponen yang ada, sehingga antara Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif semuanya kompak, untuk bekerja sebaik-baiknya, penuh
rasa tanggungjawab atas amanat yang dipercayakan pada dirinya, dengan memohon
pertolongan kepada Allah, dilandasi iman dan tujuan beribadah, sehingga segera
bisa mengentaskan bangsa Indonesia ini dari keterpurukan yang sudah lama dideritanya.
Semoga
Allah selalu memberi pertolongan dan kemudahan-kemudahan serta mengampuni
dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita semua.
رَبَّنَا آتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَ مِنْكُمْ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar