1/22/2013

JABATAN BUKAN NIKMAT TETAPI AMANAT



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ اَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ: ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَخُوْنُوا اللهَ وَ الرَّسُوْلَ وَ تَخُوْنُوْآ اَمنتِكُمْ وَ اَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. الانفال:27
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, hari ini 1 Syawwal 1425 H, bertepatan dengan 14 Nopember 2004 M, ummat Islam di berbagai belahan dunia merasa gembira dan bahagia setelah dapat menyelesaikan ibadah puasa satu bulan penuh. Kemudian mengumandangkan takbir - tahlil - dan tahmid untuk mengagungkan Asma Allah, diakhiri dengan menjalankan shalat 'Iedul Fithri dan saling mengucapkan Taqobbalalloohu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima amal ibadah dari kami dan dari kamu), dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخارى
Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadlan karena iman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah semata, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [HR. Bukhari]
Disamping kebahagiaan yang kita rasakan, hati kita diselimuti rasa kesedihan yang mendalam, karena sebagian dari saudara-saudara kita di belahan dunia ini juga - di Thailand - Iraq - Afghanistan dan Palestina serta daerah-daerah lain tidak merasakan kebahagiaan seperti yang kita rasakan sekarang ini, akibat penindasan, penganiayaan, penjajahan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam yang biadab dan amoral. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT, kita berdoa kepada Allah, semoga saudara-saudara kita tersebut diberi keshabaran dan pertolongan, bagi yang meninggal dunia semoga termasuk syuhada', dan bagi yang hidup semoga tidak patah semangat dalam jihad fii sabiilillah. Musuh-musuh Islam yang biadab itu mudah-mudahan mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal dengan kebiadaban mereka.
Sebelum merayakan 'Iedul Fithri, ummat Islam yang ada kelebihan dari makanan pokok pada hari itu diwajibkan mengeluarkan zakat Fithrah, yakni zakat berupa makanan pokok, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ ص زَكَاةَ اْلفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى اْلعَبْدِ وَ اْلحُرّ وَ الذَّكَرِ وَ اْلاُنْثَى وَ الصَّغِيْرِ وَ اْلكَبِيْرِ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اَمَرَ بِهَا اَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ اِلىَ الصَّلاَةِ. البخارى
Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat Fithrah satu Sha' dari korma atau satu sha' dari  sya’ir (gandum) atas hamba, orang merdeka, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa dari kalangan kaum muslimin. Dan beliau menyuruh agar zakat fithrah itu ditunaikan sebelum orang-orang keluar menuju shalat. [HR. Bukhari].
Dilihat dari segi kwantitas materialnya satu sha’ (2 1/2 kg) itu kalau dikalikan puluhan juta kaum muslimin yang merupakan mayoritas di negeri ini, merupakan aset kekayaan yang besar. Tetapi yang lebih penting di sini adalah peningkatan kwalitas moral. Dengan zakat fithrah menanamkan kesadaran dan kepedulian sosial terhadap sesama, yang merupakan salah satu pilar bagi tegaknya kehidupan berjama’ah (kebersamaan) di satu sisi, sedang di sisi lain, kewajiban zakat fithrah diharapkan mampu meredam sifat kikir, thama', serakah terhadap dunia, mau kaya dan enak sendiri, tanpa peduli pada nasib orang lain. Sifat tersebut merupakan virus yang bisa merusak kehidupan berjama'ah dan merusak agama seseorang. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thama' dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
Oleh karena itu orang yang rakus terhadap harta dan terlalu ambisi memegang suatu jabatan, jangan diharap bisa memangku jabatan tersebut dengan baik, jujur dan amanat. Ia akan memanfaatkan jabatan tersebut untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk agama. Bila perlu untuk memperoleh hal tersebut dengan jalan korupsi, maling, menipu, merampok dan sejenisnya, sudah tidak peduli lagi halal atau haram.
Orang yang cinta terhadap dunia dan kemewahan hidup akan menjadi manusia penakut dan tidak lagi berani berjuang di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda :
اَنْتُمُ اْليَوْمَ عَلَى بَيّنَةٍ مِنْ رَبّكُمْ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ تَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ تُجَاهِدُوْنَ فِى اللهِ، ثُمَّ يَظْهَرُ فِيْكُمُ السَّكْرَتَانِ. سَكْرَةُ حُبّ اْلجَهْلِ وَ سَكْرَةُ حُبّ اْلعَيْشِ وَ سَتَحَوَّلُوْنَ عَنْ ذ?لِكَ فَلاَ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ لاَ تَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ لاَ تُجَاهِدُوْنَ فِى اللهِ. ابو نعيم
Kamu sekalian pada hari ini di atas tanda bukti dari Tuhanmu, kamu sama memerintahkan kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan berjuang di jalan Allah. Kemudian akan muncul diantara kalian dua macam kemabukan. Mabuk cinta kebodohan dan mabuk cinta kemewahan hidup. Disebabkan demikian itu kalian berpindah haluan, lalu tidak lagi memerintahkan yang ma'ruf dan tidak mencegah dari yang munkar dan tidak berani berjuang di jalan Allah. [HR. Abu Nu'aim]
Adapun tentang bakhil, Rasulullah SAW bersabda :
اِتَّقُوا الظُّلْمَ فَاِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ اتَّقُوا الشُّحَّ فَاِنَّ الشُّحَّ اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَ حَمَلَهُمْ عَلَى اَنْ سَفَكُوْا دِمَاءَهُمْ وَ اسْتَحَلُّوْا مَحَارِمَهُمْ. مسلم
Jagalah dirimu dari aniaya (dhalim), karena dhalim itu merupakan kegelapan di hari qiyamat. Dan jagalah dirimu dari sifat bakhil (kikir), karena sifat kikir itu membinasakan ummat-ummat sebelum kalian, mendorong mereka pada pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan oleh Allah. [HR. Muslim]
Semoga puasa kita, shalat serta zakat kita diterima oleh Allah SWT dan dapat menjauhkan diri kita dari sifat-sifat yang merusak itu.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, memperhatikan begitu besar bahaya yang ditimbulkan oleh sifat rakus terhadap dunia dan ambisi terhadap jabatan atau kedudukan, maka Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَاَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم
Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seseorang dalam jabatan ini pada orang yang menginginkan, dan tidak (pula) pada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim]
Ketika Abu Dzarr bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi jabatan apa-apa kepadaku ?". Maka Rasulullah menepuk bahu Abu Dzarr sambil bersabda :
يَا اَبَا ذَرّ اِنَّكَ ضَعِيْفٌ وَ اِنَّهَا اَمَانَةٌ، وَ اِنَّهَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ خِزْيٌ وَ نَدَامَةٌ اِلاَّ مَنْ اَخَذَهَا بِحَقّهَا وَ اَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيْهَا. مسلم
Hai Abu Dzarr, kamu adalah seorang yang lemah, dan jabatan itu sebagai amanat yang pada hari qiyamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak-kewajibannya, dan memenuhi tanggungjawabnya. [HR. Muslim]
Jabatan yang diberikan pada seseorang bukannya kenikmatan yang perlu disambut dengan suka cita, ramai-ramai makan-makan dengan mengundang sanak-saudara, handai-taulan, tetapi sebenarnya merupakan suatu amanat berat yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah di hari qiyamat kelak, yang hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan bagi orang yang tidak dapat memikul amanat itu dengan baik.
Lagi pula akan membawa kehancuran manakala amanat itu disia-siakan. Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلىَ غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila amanat sudah hilang (disia-siakan) maka tunggulah saat kehancurannya (qiyamatnya). Shahabat Nabi bertanya, "Bagaimanakah hilangnya (menyia-nyiakan) amanat ?". Rasulullah SAW menjawab, "Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamat (kehancurannya). [HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
Begitu pentingnya tentang amanat, maka nepotisme tidak dikenal dalam Islam. Semua tugas, jabatan harus benar-benar diserahkan kepada ahlinya tanpa pandang bulu. Rasulullah SAW bersabda :
مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابِيَّةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ اَرْضَى اللهَ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم
Barangsiapa yang mengangkat seseorang untuk suatu jabatan karena kekeluargaan (golongan), padahal ada pada mereka itu orang yang lebih disenangi Allah (karena kemampuan) dari padanya, maka sesungguhnya ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman. [HR. Hakim]
Dalam muqaddimah khutbah ini saya kutipkan firman Allah yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui. [QS. Al-Anfaal : 27]
Maka perbuatan nepotisme pada hakikatnya pengkhianatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman, hal itu sangat dilarang dalam Islam dan pasti akan mendatangkan kehancuran.
Allah SWT menciptakan manusia dengan tugas pokoknya beribadah kepada-Nya.
وَ مَا خَلَقْتُ اْلجِنَّ وَ اْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ. الذاريات: 56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku. [QS. Adz-Dzaariyaat : 56]
Sedangkan setiap hari kita selalu ikrar yang kita ucapkan setiap shalat :
اِنَّ صَلاَتِى وَ نُسُكِى وَ مَحْيَايَ وَ مَمَاتِى ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. الانعام : 162
Sesungguhnya shalatku, nusukku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. [QS. Al-An'aam : 162]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan kewajiban kita sebagai manusia, dan ikrar yang selalu kita ucapkan, yakni wa mahyaaya, maksudnya semua aktivitas hidup yang kita lakukan hanya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, maka pada hakikatnya bekerja pun harus kita niatkan beribadah. Kalau bekerja kita lakukan sebagai ibadah, maka bukan upah/gaji tujuan utama yang kita inginkan, melainkan bagaimana kita bisa menjalankan pekerjaan yang diamanatkan kepada diri kita dengan sebaik-baiknya, agar hasil yang kita peroleh pun halal dan mendapat ridla dari Allah SWT.
Maka harus kita pegang teguh pesan Rasulullah SAW sebagai berikut :
اَرْبَعٌ اِذَا كُنَّ فِيْكَ فَلاَ عَلَيْكَ مِمَّا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ اَمَانَةٍ وَ صِدْقُ حَدِيْثٍ وَ حُسْنُ خُلُقٍ وَ عِفَّةٌ فِى طُعْمَةٍ. احمد و الطبرانى
Ada empat perkara yang harus kamu pegang teguh hingga meninggalkan dunia ini. Menjaga amanat, berbicara yang benar (jujur), berbudi pekerti luhur (akhlaqul karimah), dan mencari penghasilan yang halal. [HR. Ahmad dan Thabrani]
Kalau demikian keadaannya, maka tidak akan terjadi pengkhianatan, penyimpangan dalam tugas serta kebohongan dalam menyampaikan hasil kerjanya kepada atasan, karena atasan yang mengawasi langsung apa yang dilakukan, serta selalu menemani dirinya dimanapun berada adalah Allah SWT. Perhatikan firman Allah dalam QS. Al-Mujadalah : 7, yang artinya : "Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia lah yang keempatnya, dan tidak ada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia lah yang keenamnya. Dan tidak pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari qiyamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
Selanjutnya mari kita perhatikan keadaan negeri kita yang disebut negeri yang subur makmur loh jinawi, sampai dikatakan tongkat kayupun jadi tanaman, serta kolamnya pun kolam susu, mengapa jutaan rakyatnya menderita kemiskinan dan keterbelakangan sampai tidak bisa mengenyam pendidikan yang layak ?
Sudah beberapa kali berganti pemimpin negeri ini, beberapa kali rakyat mengamanatkan kepada para wakil-wakilnya di Parlemen, serta beberapa kali pergantian kabinet, dari kabinet pembangunan, kabinet reformasi, kabinet gotong-royong, namun itu semua tidak membawa rakyat hidup bahagia dan sejahtera, bisa merasakan, dan menikmati kesuburan dan kemakmuran negeri ini, malah rakyat yang menderita kemiskinan, pengangguran, anak putus sekolah semakin bertambah, serta hutang negeri ini semakin membengkak. Dilihat dari kenyataan ini menunjukkan bahwa para elit dan para pengemban amanat negeri ini tidak memegang empat perkara yang dipesankan oleh Rasulullah SAW tersebut.
Rupanya rakyat salah pilih dalam memberikan amanat kepada mereka, ketika masih menjalankan tugasnya tidak memikirkan untuk memperbaiki nasib rakyat, setelah purna tugas banyak diantara wakil-wakil rakyat yang kena urusan karena tindak pidana korupsi. Pembangunan dan gotong royong yang dilakukan pun rupanya bukan gotong royong untuk membangun perekonomian rakyat, tetapi gotong royong membangun pondasi dan kebersamaan yang lebih kuat dan merata dalam menjalankan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sehingga KKN sulit diberantas karena sudah mengakar dan mempunyai jaringan yang kuat dari atas sampai ke bawah.
Tampaknya diantara mereka termasuk jenis orang yang rakus terhadap harta dan berambisi pada jabatan maupun kedudukan, sehingga lupa akan tugas dan tanggungjawab yang diamanatkan kepada dirinya.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, melihat keadaan yang memprihatinkan ini, maka rakyat sangat mendambakan pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang dapat membawa perubahan nasib bangsa dan negara ini kepada yang lebih baik, pemerintahan yang berwibawa, bersih dari segala kecurangan dan memegang teguh amanat yang dipercayakan kepada dirinya. Untuk itu diperlukan orang-orang yang benar-benar beriman dan bekerja sebagai ibadah. Kalau iman sebagai landasan dalam menjalankan tugasnya, niscaya Allah akan memberikan pemerintahan yang kokoh dan tidak mudah tumbang walau dihantam badai yang dahsyat sekalipun, serta hasil kerjanya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat di negeri ini.
Dalam hal ini Allah memperumpamakan seperti pohon yang baik, yakni pohon yang akarnya kuat menghunjam ke tanah dan cabangnya menjulang tinggi ke langit, setiap musim pemiliknya dapat memetik dan menikmati buahnya dengan lezat.
Sedangkan bekerja yang dilandasi dengan tujuan memperkaya diri, kecurangan dan kebohongan, Allah perumpamakan seperti pohon yang buruk, yakni pohon yang akar-akarnya rapuh dan akan mudah tumbang (Jawa = sol), tidak akan bisa tegak berdiri, sehingga tidak akan menghasilkan apa-apa selain menambah pekerjaan yang memayahkan bagi pemiliknya. [QS. Ibraahiim : 24 s/d 26]
Al-hamdu lillah pada bulan Ramadlan yang penuh berkah ini, bulan dimana syaithan-syaithan dirantai (dibelenggu), pintu surga dibuka luas dan pintu neraka ditutup, tepatnya pada tanggal 20 Oktober 2004, bertepatan dengan hari keenam ummat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadlan, secara resmi rakyat Indonesia benar-benar mempunyai Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat, maka merupakan Presiden bagi bangsa Indonesia, bukan presiden partai tertentu.
Setelah itu hari-hari berikutnya dikukuhkan pula para Menteri pembantu Presiden dalam melaksanakan tugasnya yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu.
Presiden dan para menterinya yang dilantik pada awal-awal bulan Ramadlan, yang dikatakan awal bulan itu adalah rahmat, semoga benar-benar mendapat curahan rahmat dari Allah SWT.
Dengan landasan iman dan tujuan beribadah, mereka menjalankan tugas sebagai amanat yang dipercayakan kepada mereka, sehingga pemerintahan ini bagaikan pohon yang baik yang menghasilkan perubahan yang membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan idzin Allah.
Kami berharap dalam melakukan gebrakan 100 hari yang dilakukan oleh Presiden untuk mengawali tugasnya, hendaknya Presiden memperhatikan para menterinya dan pejabat-pejabat tinggi lainnya dengan cermat agar dapat mewujudkan pemerintahan yang benar-benar baik, sebab Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِاْلاَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ صِدْقٍ، اِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَ اِنْ ذَكَرَ اَعَانَهُ. وَ اِذَا اَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ سُوْءٍ، اِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكّرْهُ وَ اِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ. ابو داود
Jika Allah menghendaki kebaikan seorang penguasa, maka diberinya pembantu (menteri) yang baik (jujur), jika lupa diingatkan dan jika ingat dibantu. Dan jika Allah menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allah memberi padanya pembantu (menteri) yang jelek (tidak jujur), jika lupa tidak diingatkan, jika ingat tidak dibantu. [HR. Abu Dawud]
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda :
اِذاَ اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ. وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلىَّ اَمْرَهُمُ السُّفَهَآءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bijak (pandai) sebagai pejabat yang mengelola urusan mereka. Dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang pemurah (tidak bakhil). Dan apabila Allah menghendaki keburukan (kehancuran) suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang bodoh sebagai pejabat yang mengurusi urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang bakhil. [HR. Abu Dawud]
Oleh karena itu dalam 100 hari nanti bila nyata-nyata didapatkan menteri/pembantu yang tidak ada kemampuan dalam menjalankan tugasnya, dan didapati pembantu/menteri yang kerjanya jelek (tidak jujur), dan jabatan yang diembannya sebagai sarana untuk memperkaya diri, rakus terhadap harta, maka presiden tidak usah canggung dan ragu-ragu segera memecat saja tanpa pandang bulu serta segera dicarikan sebagai gantinya yang lebih baik tanpa melihat siapapun mereka, dari partai manapun, atau dari non partai.
Kepada para wakil rakyat yang dikatakan oleh mantan Presiden RI ke-4 (Gus Dur), wakil rakyat yang dulu seperti anak-anak TK, yang sekarang malah merosot menjadi Play Group, tidak usah sakit hati, kenyataannya baru awal-awal tugasnya saja tidak menunjukkan wakil rakyat yang melegakan, tetapi mencemaskan bagi rakyat, dengan terjadinya perpecahan di lembaga mereka, berebut kedudukan, sehingga rakyat khawatir kalau begitu keadaannya, kapan mereka kompak untuk memikirkan nasib rakyat yang mempercayakan kepada mereka sebagai wakil-wakilnya ?
Kritikan itu hendaklah dijadikan cambuk untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kwalitas kerjanya supaya tidak lagi seperti Play Group, tetapi sebagai wakil-wakil rakyat yang cerdas, serius, bersatu padu semua wakil rakyat untuk memikirkan nasib rakyat yang sudah lama menderita ini, agar segera bisa keluar dari penderitaan berganti kebahagiaan dan kesejahteraan.
Bubarkan saja adanya koalisi kebangsaan maupun kerakyatan, yang ada tinggal wakil-wakil rakyat yang bersatu padu, saling hormat-menghormati, tolong-menolong dalam menjalankan tugas yang diamanatkan pada dirinya, demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Kepada para penegak hukum yang dirasakan masih carut-marut tidak adanya keadilan dalam penegakan hukum, hendaklah segera memperbaiki kinerjanya, dan menyadari bahwa tidak adanya penegakan di bidang hukum pada hakikatnya menjadi penyebab kehancuran suatu bangsa.
Akhirnya kami rakyat Indonesia yang diakar rumput ini mengharapkan dengan gebrakan 100 hari Presiden RI untuk mengawali kerjanya ini dan kerja-kerja selanjutnya, hendaklah didukung oleh seluruh komponen yang ada, sehingga antara Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif semuanya kompak, untuk bekerja sebaik-baiknya, penuh rasa tanggungjawab atas amanat yang dipercayakan pada dirinya, dengan memohon pertolongan kepada Allah, dilandasi iman dan tujuan beribadah, sehingga segera bisa mengentaskan bangsa Indonesia ini dari keterpurukan yang sudah lama dideritanya.
Semoga Allah selalu memberi pertolongan dan kemudahan-kemudahan serta mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita semua.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...