بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
َاْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى
اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَ الدّيْنِ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدّيْنَ وَ
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى
وَ الدّيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ
اْلكَافِرُوْنَ. اَمَّا بَعْدُ:
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
وَ اَذّنْ فِى النَّاسِ بِاْلحَجّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَّ عَلى كُلّ
ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلّ فَجّ عَمِيْقٍ لِيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَ
يَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِيْ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمَاتٍ. الحج:27-28
Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan hajji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari
segenap penjuru yang jauh, supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan.
[QS. Al-Hajj : 27-28]
وَ ِللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ اْلبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ
سَبِيْلاً. ال عمران:97
Mengerjakan
hajji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah ...
[QS. Ali ‘Imraan : 97]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, ibadah hajji adalah salah satu dari rukun
Islam yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat.
Selain itu Allah mensyariatkan ibadah qurban kepada setiap ummat, termasuk ummat
Islam, sebagaimana firman-Nya :
وَ لِكُلّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لّيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلى
مَا رَزَقَهُمْ مّنْ بَهِيْمَةِ اْلاَنْعَامِ، فَالـهُكُمْ اِلهٌ
وَّاحِدٌ. الحج:34
Dan
bagi tiap-tiap ummat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizqikan Allah kepada
mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa.
[QS. Al-Hajj : 34]
Ibadah
hajji dan ibadah qurban dalam Islam disyariatkan dalam satu rangkaian, agar
ummat Islam mengikuti jejak nabi Ibrahim, dalam kethaatan dan kepatuhan serta
keshabarannya melaksanakan perintah-perintah Allah SWT tanpa ada keraguan
sedikitpun.
Nabi
Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya sendiri, hal
tersebut tidak biasa dilakukan oleh kebanyakan manusia, bahkan tidak dapat
diterima oleh akal sehat sekalipun. Namun demikian nabi Ibrahim yaqin sepenuhnya
bahwa semua yang diperintahkan oleh Allah pasti membawa kebaikan bagi hamba-Nya,
walaupun tampaknya sangat berbahaya untuk dilakukan.
Kepatuhan
dan keshabaran nabi Ibrahim dapat kita lihat dalam firman Allah SWT
:
رَبّ هَبْلِيْ مِنَ الصّلِحِيْنَ. فَبَشَّرْنهُ بِغُلمٍ حَلِيْمٍ.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى اْلمَنَامِ
اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَا ذَا تَرى، قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. الصفات:100-102
Ya
Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
shaleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat shabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab, “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang shabar”.
[QS. Ash-Shaffaat : 100-102]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari kisah tersebut kita dapat memahami
betapa nabi Ibrahim tanpa ragu-ragu melaksanakan perintah Allah, walaupun
perintah tersebut tampak sangat membahayakan, yakni menyembelih putranya
sendiri, padahal ketika itu Isma’il adalah satu-satunya putra Ibrahim, serta
diharapkan menjadi penerus tugas Ibrahim sebagai penyeru kepada ketauhidan.
Tanpa iman yang kuat dan tauhid yang lurus, bersih dari noda syirik, tidak
mungkin perintah tersebut dapat dilaksanakan. Maka pantaslah Ibrahim sebagai
bapak tauhid bagi manusia, tidak ada yang beliau takuti selain Allah, walaupun
harus berseberangan keyaqinan dengan ayahnya sendiri dan penguasa pada saat itu,
hingga akhirnya Ibrahim ditangkap dan dibakar dalam kobaran api oleh penguasa
yang dhalim, yakni Raja Namrud. Dan berkat tawakkalnya kepada Allah, maka api
yang berkobar membara itu tidak menjadikan Ibrahim terbakar, dan atas
pertolongan Allah, selamatlah Ibrahim dari bahaya tersebut. Firman Allah SWT
:
قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّ سَلمًا عَلى
اِبْرهِيْمَ. الانبياء: 69
Kami
berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim”.
[QS. Al-Anbiyaa’ : 69]
Oleh
karena itu hanya kepada Allah sajalah seharusnya semua orang mukmin bertawakkal
sebagaimana tawakkalnya nabi Ibrahim kepada Allah.
وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ. ال عمران:122
Dan
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
[QS. Ali ‘Imraan : 122]
Dan
Allah SWT berjanji :
وَ مَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُه، اِنَّ اللهَ بَالِغُ
اَمْرِه، قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلّ شَيْءٍ قَدْرًا. الطلاق:3
Dan
barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan (membereskan)
semua yang menjadi keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan apa (yang
dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala
sesuatu.
[QS. Ath-Thalaaq : 3]
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, perintah Allah kepada Ibrahim untuk
menyembelih anaknya tersebut sebagai ujian keimanan bagi nabi Ibrahim, sejauh
mana kecintaannya kepada anak satu-satunya yang sangat dicintai dan disayangi
itu dibanding cintanya kepada Allah. Ternyata dengan mudah nabi Ibrahim
melaksanakan perintah tersebut, yakni menyembelih anaknya demi kethaatan dan
kecintaannya kepada Allah.
Oleh
karena itu Allah perintahkan untuk membathalkan menyembelih anaknya, agar
diganti dengan binatang sembelihan yang besar. Hal ini dapat kita perhatikan
firman Allah SWT :
فَلَمَّا اَسْلَمَا وَ تَلَّه لِلْجَبِيْنِ. الصفات:103
Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah keshabaran keduanya) [QS.
Ash-Shaffaat:103]
وَ نَادَيْنهُ اَنْ يّاِبْرهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا، اِنَّا
كَذلِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ. اِنَّ هذَا لَهُوَ اْلبَلؤُا اْلمُبِيْنُ. وَ
فَدَيْنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفات: 104-107
Dan
Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, (104) sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106).
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
(107).
[QS. Ash-Shaffat : 104-107]
Dengan
peristiwa itulah dijadikan dasar disyariatkan ibadah qurban pada setiap hari
raya ‘Iedul Adlha bagi ummat Islam.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ
اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari rangkaian keterangan tersebut kita
dapat mengambil pelajaran, seharusnya setiap mukmin memiliki sikap seperti yang
dicontohkan oleh nabi Ibrahim AS, yakni tidak ragu-ragu melaksanakan perintah
Allah, sekalipun tampaknya membahayakan, bahkan sanggup mengorbankan apasaja
demi terlaksananya perintah Allah untuk memperoleh ridla-Nya. Perhatikan firman
Allah dalam Qur’an surat
Al-Hujuraat ayat 15 :
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه
ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَ جَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَ اَنْفُسِهِمْ فِيْ
سَبِيْلِ اللهِ، اُولئِكَ هُمُ الصّدِقُوْنَ. الحجرات:15
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya).
[QS. Al-Hujuraat : 15]
Jangan
sampai kethaatan kepada Allah terhalang oleh harta maupun
anak.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَ لاَ
اَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ، وَ مَنْ يَّفْعَلْ ذلِكَ فَاُولئِكَ هُمُ
اْلخسِرُوْنَ. المنافقون:9
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka merekalah
orang-orang yang rugi.
[QS. Al-Munaafiquun : 9]
Pada
hakikatnya orang mukmin hanya bercita-cita hidup bahagia di akhirat, maka untuk
meraih itu siap mengorbankan apapun yang dimiliki di dunia ini, bahkan siap
mengorbankan jiwanya bila memang diperlukan untuk kebahagiaan di akhirat
tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam surat
Al-Hujuraat ayat 15 di atas.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, bagi setiap mukmin harus sadar dan
meyaqini sepenuhnya bahwa kehidupan dan kesenangan dunia itu adalah kesenangan
yang menipu dan nilainya sangat kecil, tetapi dapat melalaikan. Firman Allah SWT
:
... قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌ، وَ
اْلاخِرَةُ خَيْرٌ لّمَنِ اتَّقى، وَ لاَ تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلاً. النساء:77
Katakanlah,
“Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit (sebentar), dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun”.
[QS. An-Nisaa : 77]
وَ مَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَآ اِلاَّ مَتَاعُ اْلغُرُوْرِ. الحديد: 20
Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
[QS. Al-Hadiid : 20]
Oleh
karena itu :
لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى اْلبِلاَدِ،
مَتَاعٌ قَلِيْلٌ، ثُمَّ مَأْويهُمْ جَهَنَّمُ، وَ بِئْسَ اْلمِهَادُ. ال عمران:196-197
Janganlah
sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam
negeri, itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah
Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.
[QS. Ali ‘Imraan : 196-197]
Dalam
sebuah hadits dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda
:
مَا مِنْ عَبْدٍ اِلاَّ وَ يُعْرَضُ عَلَى اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ،
فَلاَ تَزُوْلُ قَدَمَاهُ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ اَرْبَعِ خِصَالٍ. عَنْ جَسَدِهِ
فِيْمَ اَبْلاَهُ وَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ وَ عَنْ عِلْمِهِ كَيْفَ
عَمِلَ بِهِ وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ اَيْنَ اكْتَسَبَ وَ اَيْنَ
اَنْفَقَهُ. ابو ليث السمرقندى
Tiada
seorang hamba melainkan ia akan menghadap kepada Allah pada hari qiyamat, maka
tidak akan bergerak kedua kakinya sehingga ditanya tentang empat macam. Badannya
dalam apa ia binasakan, umurnya untuk apa ia habiskan, dan ilmunya bagaimana dia
mengamalkan, dan hartanya dari mana ia dapat dan ke mana ia
belanjakan.
[HR. Abu Laits As-Samarqandi]
اِعْلَمُوْآ اَنَّمَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّ لَهْوٌ وَّ
زِيْنَةٌ وَّ تَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَ تَكَاثُرٌ فِى اْلاَمْوَالِ وَ
اْلاَوْلاَدِ، الحديد:20
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu, serta berbangga-bangga,
tentang banyaknya harta dan anak ....
[QS. Al-Hadiid : 20]
Berbeda
dengan orang kafir, mereka lebih mencintai dunia daripada akhirat. Maka segala
sesuatu, termasuk kemuliaan dan kehinaan seseorang diukur dengan
materi.
وَ مَا اَرْسَلْنَا ِفي قَرْيَةٍ مّنْ نَّذِيْرٍ اِلاَّ قَالَ
مُتْرَفُوْهَا اِنَّا بِمَا اُرْسِلْتُمْ بِه كَافِرُوْنَ. وَ قَالُوْا نَحْنَ
اَْكَثَرُ اَمْوَالاً وَّ اَوْلاَدًا وَّ مَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ، سبأ: 34-35
Dan
Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami
mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Dan mereka berkata,
“Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami
sekali-kali tidak akan diadzab”.
[QS. Saba’
: 34-35]
Dalam
Al-Qur’an surat
Muhammad ayat 12 dijelaskan :
اِنَّ اللهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ امَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ جَنّتٍ
تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ، وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَ
يَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ اْلاَنْعَامُ وَ النَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ.
محمد:12
Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh ke dalam
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu
bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang.
Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.
[QS. Muhammad : 12]
Kekayaan
dunia mereka jadikan bukti alasan menentang kebenaran dengan mengatakan,
“Manakah yang lebih baik dan lebih indah tempat tinggal maupun tempat-tempat
pertemuannya, (kafir atau iman) ?. [QS. Maryam : 73]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, sekalipun pernyataan Allah dan Rasul sudah
begitu jelas, namun rupanya kebanyakan manusia sudah tidak percaya lagi dengan
firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut.
Termasuk
orang-orang yang mengaku sebagai muslim pun hampir-hampir tidak dapat dibedakan
antara muslim dan kafir.
Maka
dengan jalan apapun ditempuh asalkan dapat harta, tanpa memperhatikan jalan itu
halal atau haram. Bila ditunjukkan jalan yang lurus, mereka mengabaikan, bila
melihat jalan yang sesat (jalan syaithan), cepat-cepat
ditempuh.
... وَ اِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ
يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَ اِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ اْلغَيّ يَتَّخِذُوْهُ
سَبِيْلاً، ذلِكَ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِايتِنَا وَ كَانُوْا عَنْهَا
غَافِلِيْنَ. الاعراف:146
Jika
mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya.
Tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan (jalan syaithan) mereka terus
menempuhnya. Yang demikian itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan
mereka selalu lalai daripadanya.
[QS. Al-A’raaf : 146]
Oleh
karena itu KKN susah diberantas, bahkan semakin meluas. Kejahatan muncul di
mana-mana dengan berbagai bentuk. Pengrusakan terhadap generasi bangsa, baik
fisik maupun mental, dengan maraknya pengedar dan pengkonsumsi narkoba, sudah
merusak dari anak TK sampai para pelajar, mahasiswa, bahkan masuk dalam rumah
tangga. Pembunuhan, pengguguran bayi akibat pergaulan bebas, pemerkosaan
terhadap anak di bawah umur terjadi juga, bahkan baru pada “era” inilah
ada manusia memakan manusia.
Semua
itu dapat kita lihat lewat TV dalam acara Kupas Tuntas, maupun Fakta, dan juga
di berbagai media cetak. Sungguh mengenaskan nasib bangsa ini, seolah-olah tidak
ada peraturan yang berlaku dan tidak ada pemerintahan yang dithaati dalam negeri
ini, seolah-olah semua kejahatan bisa hidup subur semuanya dan dimana-mana
tempat.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita memperhatikan keadaan sekarang
ini, kita ingat akan peringatan-peringatan Rasulullah SAW pada ummatnya, antara
lain :
سَتَكُوْنُ عَلَيْكُمْ اُمَرَاءُ مِنْ بَعْدِيْ يُعْطُوْنَ
بِاْلحِكْمَةِ عَلَى مَنَابِرَ فَاِذَا نَزَلُوْا اِخْتَلَسَتْ مِنْهُمْ وَ
قُلُوْبُهُمْ اَنْتَنُ مِنَ اْلجَيْفِ. الطبرانى 19: 160
Sepeninggalku
nanti kamu akan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang pandai memberikan
nasehat-nasehat dengan penuh hikmat di atas mimbar. Tetapi bila telah turun,
mereka suka melakukan penipuan dan hati mereka lebih busuk daripada
bangkai.
[HR. Thabrani 19, hal. 160]
Pemimpin
semacam ini pandai-pandai menasehati dengan kata-kata manis, menggembirakan dan
memberi harapan pada rakyat yang sangat menjanjikan, padahal dia itu adalah
penipu, pemeras rakyat, hatinya lebih busuk daripada bangkai, tidak pernah
tergores sedikitpun untuk memikirkan nasib rakyatnya yang menderita kemiskinan,
bahkan dengan mengatasnamakan rakyat untuk mencari keuntungan dan memperkaya
diri sendiri.
Rakyat
hidup melarat, mereka menghambur-hamburkan harta dengan berpesta-pesta,
berfoya-foya, mengadakan ulang tahun dirinya, anak-anaknya, istrinya dengan
memakan biaya yang begitu besar. Rakyat hanya menelan ludah dengan hati yang
mendongkol.
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ
حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Kerusakan
agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan
kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang
lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing.
[HR. Tirmidzi]
Oleh
karena itu orang yang rakus terhadap harta dan ambisi memegang suatu jabatan,
agamanya terancam rusak. Kalau sudah rusak agamanya, jangan diharap bisa
memangku jabatan tersebut dengan baik, jujur dan amanat. Ia akan menggunakan
segala macam cara untuk memperoleh harta maupun jabatan, tanpa memperhatikan
norma-norma agama, apakah cara itu halal atau haram. Bila perlu untuk memperoleh
hal itu dengan jalan menipu, merampok, korupsi, menyuap, yakni membeli jabatan
tersebut dengan harga berapapun.
Sekalipun
Rasulullah SAW dengan tegas telah menjelaskan bahwa [اَلرَّاشِى وَ اْلمُرْتَشِى فِى النَّارِ], baik yang menyuap maupun yang menerima suap, keduanya masuk
neraka.
كَبِيْرُ اْلقَوْمِ خَادِمُهُمْ
Pemimpin
suatu kaum adalah menjadi pelayan bagi kaum itu.
Tetapi
kalau jabatan itu diperoleh dengan jalan membeli atau suap, jangan harapkan
dapat memegang amanat sebagai pelayan masyarakat (rakyatnya) dengan baik. Ibarat
pedagang, karena dia telah mengeluarkan modal yang besar, maka pertama dia
memangku jabatan, yang dipikirkan bagaimana cara untuk dapat mengembalikan modal
yang sudah dikeluarkan. Setelah modal kembali, maka sisa waktu masa jabatannya,
dia berpikir bagaimana mencari untung dengan modal yang besar
tadi.
Jika
sudah demikian, maka kapan akan memikirkan dan melayani rakyat dengan baik ?
Akhirnya korupsi, kolusi tak dapat dihindarkan.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, apabila jabatan itu dapat dijual-belikan,
maka para pemegang jabatan itu akhirnya bukan orang yang pandai atau mempunyai
keahlian di bidangnya, melainkan orang-orang bodoh, asalkan dia mampu
membelinya.
Kalau
sudah demikian keadaannya, maka sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup suatu
bangsa. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ
اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلَى غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila
amanat sudah hilang (disia-siakan), maka tunggulah saat kehancurannya (qiyamat).
Shahabat nabi bertanya, “Bagaimanakah hilangnya (menyia-nyiakan) amanat ?”.
Rasulullah SAW menjawab, “Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamat (kehancurannya)”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
Oleh
karena itu masalah kepemimpinan atau jabatan dalam suatu urusan, jangan memilih
orang karena ada hubungan famili, teman dekat atau karena kecintaan, tetapi
pilihlah orang yang mampu dan faham serta cakap dalam menangani tugas yang
diembannya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابَةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ
اَرْضَى اللهُ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ
اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم
Barangsiapa
yang mengangkat seseorang untuk suatu jabatan karena kekeluargaan (golongan),
padahal ada pada mereka itu orang yang lebih disenangi Allah (karena kemampuan)
daripadanya, maka sesungguhnya ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada orang-orang mukmin.
[HR. Hakim]
مَنْ وُلّيَ مِنْ اَمْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ شَيْئًا فَاَمَّرَ عَلَيْهِمْ
اَحَدًا مُحَابَّةً فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ، لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا
وَّ لاَ عَدْلاً حَتَّى يُدْخِلَهُ جَهَنَّمَ. الحاكم
Barangsiapa
diserahi menguasai sesuatu dari urusan kaum muslimin, lalu ia memberi kuasa
kepada seseorang atas mereka karena cinta (bukan karena kemampuannya), maka
laknat Allah lah menimpa atasnya. Allah tidak menerima daripadanya pengganti dan
tidak pula tebusan, sehingga ia dimasukkan ke dalam jahannam.
[HR. Hakim]
Dari
sabda Rasulullah SAW itu jelas bahwa Islam anti nepotisme. Maka kalau
orang-orang muslim yang memegang di berbagai jabatan dalam pemerintahan ini mau
melaksanakan petunjuk Rasulullah SAW tersebut, pemberantasan KKN bukan pekerjaan
yang sulit, karena para pembesar negeri ini dari Presiden sampai
menteri-menterinya bahkan sampai jabatan yang paling bawah negeri ini,
kebanyakan adalah orang Islam. Tetapi mengapa KKN semakin hari tidak semakin
reda, malah semakin merajalela, walaupun sudah beberapa kali pergantian
kepemimpinan ? Rupanya mereka itu orang-orang yang rakus dan ambisi dalam suatu
jabatannya, maka norma-norma agama, petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW tersebut
diabaikan. Kita dengar, bahkan sering kita saksikan lewat layar TV maupun media
cetak, perdagangan jabatan mulai dari perangkat desa sampai ke atas di
negeri ini bukan rahasia lagi, maka sering terjadi keributan setiap pergantian
kepemimpinan. Karena agama diabaikan, maka korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) dan
kejahatan-kejahatan lain mendapat angin segar.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kalau
petunjuk Allah dan Rasul-Nya diabaikan, maka Allah berikan tanda-tanda kehinaan,
kerendahan dan keterpurukan suatu bangsa. Rasulullah SAW bersabda
:
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ
وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ. وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا
وَلَّى اَمْرَهُمُ السُّفَهَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ
اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat
orang-orang yang bijak (pandai) sebagai pejabat yang mengelola urusan mereka,
dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang pemurah (tidak bakhil). Dan
apabila Allah menghendaki kejelekan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah
mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pejabat yang mengurusi urusan mereka,
dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang
bakhil.
[HR. Abu Dawud]
Kalau
kondisinya seperti yang disabdakan Rasulullah SAW tersebut, pejabatnya
orang-orang bodoh, orang-orang kayanya bakhil, maka rakyat akan sengsara,
terutama rakyat kecil, karena pejabat-pejabatnya tidak dapat menata keadaan, dan
orang-orang kaya hanya mementingkan diri sendiri, tidak mau tahu penderitaan
yang dirasakan oleh rakyat kecil atau orang-orang melarat.
Kalau
orang-orang melarat/rakyat kecil sudah diinjak-injak, disepelekan, maka
pertolongan Allah akan dicabut. Karena pada hakikatnya pertolongan Allah datang
lantaran orang-orang lemah/rakyat kecil pada bangsa itu. Rasulullah SAW bersabda
:
اِنَّمَا نَصَرَ اللهُ هذِهِ اْلاُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ
وَ صَلاَتِهِمْ وَ اِخْلاَصِهِمْ. النسائى
Hanyasanya
Allah akan menolong ummat/bangsa ini lantaran orang-orang lemah (miskin), dengan
doa mereka, shalat mereka dan keikhlashan mereka.
[HR. Nasai]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, memilih pemimpin negara ternyata suatu hal
yang tidak boleh kita abaikan, karena menyangkut nasib rakyat lebih dari 200
juta orang. Tidak lama lagi bangsa kita akan memilih pemimpin untuk masa
lima
tahun mendatang. Maka marilah kita perhatikan petunjuk-petunjuk Allah untuk
menentukan siapa pemimpin kita mendatang. Allah SWT berfirman
:
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا اْليَهُوْدَ وَ النَّصرى
اَوْلِيَآءَ، بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ، وَ مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَاِنَّه مِنْهُمْ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ الظّلِمِيْنَ. المائدة:51
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.
[QS. Al-Maaidah : 51]
Jangan
mengangkat pemimpin yang melecehkan dan mempermainkan agama.Allah SWT.
Firman-Nya :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا
دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّ لَعِبًا مّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَ اْلكُفَّارَ اَوْلِيَآءَ، وَ اتَّقُوا اللهَ اِنْ كُنْتُمْ
مُّؤْمِنِيْنَ. المائدة:57
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu orang-orang
yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, yaitu diantara orang-orang
yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang
musyrik). Dan bertaqwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang
beriman.
[QS. Al-Maaidah : 57]
Jangan
memilih pemimpin yang lebih suka memilih jalan kekafiran daripada jalan Allah.
Firman Allah SWT :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْآ ابَآءَكُمْ وَ
اِخْوَانَكُمْ اَوْلِيَآءَ اِنِ اسْتَحَبُّوا اْلكُفْرَ عَلَى اْلاِيْمَانِ، وَ
مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مّنْكُمْ فَاُولئِكَ هُمُ الظّلِمُوْنَ. التوبة:23
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran
atas keimanan, dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.
[QS. At-Taubah : 23]
Allah
SWT menjelaskan :
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُه وَ الَّذِيْنَ امَنُوا
الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلوةَ وَ يُؤْتُوْنَ الزَّكوةَ وَ هُمْ
رَاكِعُوْنَ. المائدة:55
Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan mereka tunduk patuh (kepada
Allah).
[QS. Al-Maaidah : 55]
Berdasarkan
firman-firman Allah dan petunjuk-petunjuk Rasulullah, maka pemimpin yang kita
pilih nanti harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :
1.
Bukan orang Yahudi maupun Nashrani.
2.
Bukan orang yang suka melecehkan dan menjadikan agama Allah.untuk bahan
ejekan atau mainan (tidak serius beragama).
3.
Bukan orang yang lebih suka memilih jalan kekafiran daripada jalan
keimanan, bukan yang memilih jalan syaithan daripada jalan
Allah.
4.
Pemimpin yang kita pilih adalah orang yang beriman yang benar-benar
menjalankan shalat, membayar zakat, dan benar-benar tunduk patuh kepada Allah,
tidak hanya iman dan Islam dalam mulutnya, tetapi tidak menjalankan shalat dan
menentang aturan Allah, atau shalatnya setahun 2 kali.
5.
Jujur, amanat, sanggup menjadi pelayan ummat, benar-benar memperhatikan
kepentingan rakyat yang dipimpinnya.
6.
Tidak rakus pada harta dan tidak ambisius untuk menjadi
pemimpin.
7.
Tidak hanya manis di mulut, pandai mengobral janji yang baik-baik dan
menggiurkan, sedang hatinya busuk, suka menipu rakyat, korupsi, dan memperkaya
diri sendiri.
8.
Tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongannya, tetapi harus
berwawasan nasional dan internasional.
9.
Orang yang benar-benar cakap, pandai dan profesionalisme dalam tugas yang
diembannya, bukan orang-orang bodoh.
10. Jabatan dirasakan sebagai amanat yang akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, bukan sebagai kesempatan memperkaya diri
dan kebanggaan.
11. Memperhatikan sabda Rasulullah SAW
:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا اَمْرَهُمُ امْرَأَةً. البخارى: 6570
Tidak akan beruntung (sukses) suatu kaum
yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita.
[HR. Bukhari no. 6570]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan kehati-hatian kita memilih pemimpin
dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, semoga kita terhindar dari kepemimpinan
orang yang tolol yang akan membawa rakyat ini lebih sengsara dan menderita.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لِكَعْبِ
بْنِ عُجْرَةَ: اَعَاذَكَ اللهُ مِنْ اِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَ مَا
اِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: اُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُوْنَ
بِهَدْيِى وَ لاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِى. فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذْبِهِمْ وَ
اَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ لَيْسُوْا مِنّى وَ لَسْتُ مِنْهُمْ، وَ
لاَ يَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى، وَ مَنْ لَمْ يُصَدّقْهُمْ بِكَذْبِهِمْ وَ لَمْ
يُعِنْهُ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ مِنّى وَ اَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ
عَلَى حَوْضِى. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ
تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ وَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ (اَوْ بُرْهَانٌ). يَا كَعْبُ بْنَ
عُجْرَةَ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، اَلنَّارُ
اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا وَ بَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوْبِقُهَا. احمد و الترمذى
Dari
Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW telah bersabda kepada Ka’ab
bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungimu dari pemimpin-pemimpin yang tolol”. Lalu
Ka’ab bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah pemimpin yang tolol itu ?”.
Rasulullah SAW menjawab, “Yakni para pemimpin sesudahku yang tidak mau
memakai petunjuk dengan petunjukku, dan tidak mau berpegang pada sunnahku.
Barangsiapa membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta
membantu kedhaliman mereka, maka tidak termasuk golonganku dan akupun tidak
termasuk golongan mereka, dan mereka tidak berhak minum air telagaku. Dan
barangsiapa tidak membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta
tidak membantu kedhaliman mereka, maka termasuk golonganku dan akupun termasuk
golongan mereka, dan mereka berhaq minum air telagaku. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah,
puasa adalah perisai api neraka, sedekah adalah penghapus dosa, dan shalat
adalah pendekatan (petunjuk). Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan
masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram, api neraka lebih pantas
baginya. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, manusia terdiri dari dua macam. Ada yang
menjual dirinya ke jalan Allah, hingga ia selamat dari siksa neraka. Dan ada
yang menjual dirinya kepada hawa nafsu, hingga nerakalah sebagai tempat tinggal
mereka.
[HR. Ahmad dan Tirmidzi]
Sekian,
semoga bermanfaat.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar