1/23/2013

petunjuk memilih pemimpin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
َاْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَ الدّيْنِ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدّيْنَ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ الدّيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ. اَمَّا بَعْدُ:
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
وَ اَذّنْ فِى النَّاسِ بِاْلحَجّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَّ عَلى كُلّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلّ فَجّ عَمِيْقٍ لِيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَ يَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِيْ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمَاتٍ. الحج:27-28
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan hajji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan. [QS. Al-Hajj : 27-28]
وَ ِللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ اْلبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً. ال عمران:97
Mengerjakan hajji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah ... [QS. Ali ‘Imraan : 97]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, ibadah hajji adalah salah satu dari rukun Islam yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat. Selain itu Allah mensyariatkan ibadah qurban kepada setiap ummat, termasuk ummat Islam, sebagaimana firman-Nya :
وَ لِكُلّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لّيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلى مَا رَزَقَهُمْ مّنْ بَهِيْمَةِ اْلاَنْعَامِ، فَالـهُكُمْ اِلهٌ وَّاحِدٌ. الحج:34
Dan bagi tiap-tiap ummat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizqikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa. [QS. Al-Hajj : 34]
Ibadah hajji dan ibadah qurban dalam Islam disyariatkan dalam satu rangkaian, agar ummat Islam mengikuti jejak nabi Ibrahim, dalam kethaatan dan kepatuhan serta keshabarannya melaksanakan perintah-perintah Allah SWT tanpa ada keraguan sedikitpun.
Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya sendiri, hal tersebut tidak biasa dilakukan oleh kebanyakan manusia, bahkan tidak dapat diterima oleh akal sehat sekalipun. Namun demikian nabi Ibrahim yaqin sepenuhnya bahwa semua yang diperintahkan oleh Allah pasti membawa kebaikan bagi hamba-Nya, walaupun tampaknya sangat berbahaya untuk dilakukan.
Kepatuhan dan keshabaran nabi Ibrahim dapat kita lihat dalam firman Allah SWT :
رَبّ هَبْلِيْ مِنَ الصّلِحِيْنَ. فَبَشَّرْنهُ بِغُلمٍ حَلِيْمٍ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى اْلمَنَامِ اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَا ذَا تَرى، قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. الصفات:100-102
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat shabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shabar”. [QS. Ash-Shaffaat : 100-102]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari kisah tersebut kita dapat memahami betapa nabi Ibrahim tanpa ragu-ragu melaksanakan perintah Allah, walaupun perintah tersebut tampak sangat membahayakan, yakni menyembelih putranya sendiri, padahal ketika itu Isma’il adalah satu-satunya putra Ibrahim, serta diharapkan menjadi penerus tugas Ibrahim sebagai penyeru kepada ketauhidan. Tanpa iman yang kuat dan tauhid yang lurus, bersih dari noda syirik, tidak mungkin perintah tersebut dapat dilaksanakan. Maka pantaslah Ibrahim sebagai bapak tauhid bagi manusia, tidak ada yang beliau takuti selain Allah, walaupun harus berseberangan keyaqinan dengan ayahnya sendiri dan penguasa pada saat itu, hingga akhirnya Ibrahim ditangkap dan dibakar dalam kobaran api oleh penguasa yang dhalim, yakni Raja Namrud. Dan berkat tawakkalnya kepada Allah, maka api yang berkobar membara itu tidak menjadikan Ibrahim terbakar, dan atas pertolongan Allah, selamatlah Ibrahim dari bahaya tersebut. Firman Allah SWT :
قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّ سَلمًا عَلى اِبْرهِيْمَ. الانبياء: 69
Kami berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. [QS. Al-Anbiyaa’ : 69]
Oleh karena itu hanya kepada Allah sajalah seharusnya semua orang mukmin bertawakkal sebagaimana tawakkalnya nabi Ibrahim kepada Allah.
وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ. ال عمران:122
Dan hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. [QS. Ali ‘Imraan : 122]
Dan Allah SWT berjanji :
وَ مَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُه، اِنَّ اللهَ بَالِغُ اَمْرِه، قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلّ شَيْءٍ قَدْرًا. الطلاق:3
Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan (membereskan) semua yang menjadi keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan apa (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu. [QS. Ath-Thalaaq : 3]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, perintah Allah kepada Ibrahim untuk menyembelih anaknya tersebut sebagai ujian keimanan bagi nabi Ibrahim, sejauh mana kecintaannya kepada anak satu-satunya yang sangat dicintai dan disayangi itu dibanding cintanya kepada Allah. Ternyata dengan mudah nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut, yakni menyembelih anaknya demi kethaatan dan kecintaannya kepada Allah.
Oleh karena itu Allah perintahkan untuk membathalkan menyembelih anaknya, agar diganti dengan binatang sembelihan yang besar. Hal ini dapat kita perhatikan firman Allah SWT :
فَلَمَّا اَسْلَمَا وَ تَلَّه لِلْجَبِيْنِ. الصفات:103
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah keshabaran keduanya) [QS. Ash-Shaffaat:103]
وَ نَادَيْنهُ اَنْ يّاِبْرهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا، اِنَّا كَذلِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ. اِنَّ هذَا لَهُوَ اْلبَلؤُا اْلمُبِيْنُ. وَ فَدَيْنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفات: 104-107
Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, (104) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107). [QS. Ash-Shaffat : 104-107]
Dengan peristiwa itulah dijadikan dasar disyariatkan ibadah qurban pada setiap hari raya ‘Iedul Adlha bagi ummat Islam.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari rangkaian keterangan tersebut kita dapat mengambil pelajaran, seharusnya setiap mukmin memiliki sikap seperti yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim AS, yakni tidak ragu-ragu melaksanakan perintah Allah, sekalipun tampaknya membahayakan, bahkan sanggup mengorbankan apasaja demi terlaksananya perintah Allah untuk memperoleh ridla-Nya. Perhatikan firman Allah dalam Qur’an surat Al-Hujuraat ayat 15 :
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَ جَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَ اَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، اُولئِكَ هُمُ الصّدِقُوْنَ. الحجرات:15
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya). [QS. Al-Hujuraat : 15]
Jangan sampai kethaatan kepada Allah terhalang oleh harta maupun anak.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَ لاَ اَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ، وَ مَنْ يَّفْعَلْ ذلِكَ فَاُولئِكَ هُمُ اْلخسِرُوْنَ. المنافقون:9
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka merekalah orang-orang yang rugi. [QS. Al-Munaafiquun : 9]
Pada hakikatnya orang mukmin hanya bercita-cita hidup bahagia di akhirat, maka untuk meraih itu siap mengorbankan apapun yang dimiliki di dunia ini, bahkan siap mengorbankan jiwanya bila memang diperlukan untuk kebahagiaan di akhirat tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam surat Al-Hujuraat ayat 15 di atas.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, bagi setiap mukmin harus sadar dan meyaqini sepenuhnya bahwa kehidupan dan kesenangan dunia itu adalah kesenangan yang menipu dan nilainya sangat kecil, tetapi dapat melalaikan. Firman Allah SWT :
... قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌ، وَ اْلاخِرَةُ خَيْرٌ لّمَنِ اتَّقى، وَ لاَ تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلاً. النساء:77
Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit (sebentar), dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”. [QS. An-Nisaa : 77]
وَ مَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَآ اِلاَّ مَتَاعُ اْلغُرُوْرِ. الحديد: 20
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [QS. Al-Hadiid : 20]
Oleh karena itu :
لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى اْلبِلاَدِ، مَتَاعٌ قَلِيْلٌ، ثُمَّ مَأْويهُمْ جَهَنَّمُ، وَ بِئْسَ اْلمِهَادُ. ال عمران:196-197
Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri, itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. [QS. Ali ‘Imraan : 196-197]
Dalam sebuah hadits dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ اِلاَّ وَ يُعْرَضُ عَلَى اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، فَلاَ تَزُوْلُ قَدَمَاهُ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ اَرْبَعِ خِصَالٍ. عَنْ جَسَدِهِ فِيْمَ اَبْلاَهُ وَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ وَ عَنْ عِلْمِهِ كَيْفَ عَمِلَ بِهِ وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ اَيْنَ اكْتَسَبَ وَ اَيْنَ اَنْفَقَهُ. ابو ليث السمرقندى
Tiada seorang hamba melainkan ia akan menghadap kepada Allah pada hari qiyamat, maka tidak akan bergerak kedua kakinya sehingga ditanya tentang empat macam. Badannya dalam apa ia binasakan, umurnya untuk apa ia habiskan, dan ilmunya bagaimana dia mengamalkan, dan hartanya dari mana ia dapat dan ke mana ia belanjakan. [HR. Abu Laits As-Samarqandi]
اِعْلَمُوْآ اَنَّمَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّ لَهْوٌ وَّ زِيْنَةٌ وَّ تَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَ تَكَاثُرٌ فِى اْلاَمْوَالِ وَ اْلاَوْلاَدِ، الحديد:20
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu, serta berbangga-bangga, tentang banyaknya harta dan anak .... [QS. Al-Hadiid : 20]
Berbeda dengan orang kafir, mereka lebih mencintai dunia daripada akhirat. Maka segala sesuatu, termasuk kemuliaan dan kehinaan seseorang diukur dengan materi.
وَ مَا اَرْسَلْنَا ِفي قَرْيَةٍ مّنْ نَّذِيْرٍ اِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوْهَا اِنَّا بِمَا اُرْسِلْتُمْ بِه كَافِرُوْنَ. وَ قَالُوْا نَحْنَ اَْكَثَرُ اَمْوَالاً وَّ اَوْلاَدًا وَّ مَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ، سبأ: 34-35
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Dan mereka berkata, “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diadzab”. [QS. Saba’ : 34-35]
Dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 12 dijelaskan :
اِنَّ اللهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ امَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ جَنّتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ، وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَ يَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ اْلاَنْعَامُ وَ النَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ. محمد:12
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. [QS. Muhammad : 12]
Kekayaan dunia mereka jadikan bukti alasan menentang kebenaran dengan mengatakan, “Manakah yang lebih baik dan lebih indah tempat tinggal maupun tempat-tempat pertemuannya, (kafir atau iman) ?. [QS. Maryam : 73]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, sekalipun pernyataan Allah dan Rasul sudah begitu jelas, namun rupanya kebanyakan manusia sudah tidak percaya lagi dengan firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut.
Termasuk orang-orang yang mengaku sebagai muslim pun hampir-hampir tidak dapat dibedakan antara muslim dan kafir.
Maka dengan jalan apapun ditempuh asalkan dapat harta, tanpa memperhatikan jalan itu halal atau haram. Bila ditunjukkan jalan yang lurus, mereka mengabaikan, bila melihat jalan yang sesat (jalan syaithan), cepat-cepat ditempuh.
... وَ اِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَ اِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ اْلغَيّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، ذلِكَ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِايتِنَا وَ كَانُوْا عَنْهَا غَافِلِيْنَ. الاعراف:146
Jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya. Tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan (jalan syaithan) mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya. [QS. Al-A’raaf : 146]
Oleh karena itu KKN susah diberantas, bahkan semakin meluas. Kejahatan muncul di mana-mana dengan berbagai bentuk. Pengrusakan terhadap generasi bangsa, baik fisik maupun mental, dengan maraknya pengedar dan pengkonsumsi narkoba, sudah merusak dari anak TK sampai para pelajar, mahasiswa, bahkan masuk dalam rumah tangga. Pembunuhan, pengguguran bayi akibat pergaulan bebas, pemerkosaan terhadap anak di bawah umur terjadi juga, bahkan baru pada “era” inilah ada manusia memakan manusia.
Semua itu dapat kita lihat lewat TV dalam acara Kupas Tuntas, maupun Fakta, dan juga di berbagai media cetak. Sungguh mengenaskan nasib bangsa ini, seolah-olah tidak ada peraturan yang berlaku dan tidak ada pemerintahan yang dithaati dalam negeri ini, seolah-olah semua kejahatan bisa hidup subur semuanya dan dimana-mana tempat.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita memperhatikan keadaan sekarang ini, kita ingat akan peringatan-peringatan Rasulullah SAW pada ummatnya, antara lain :
سَتَكُوْنُ عَلَيْكُمْ اُمَرَاءُ مِنْ بَعْدِيْ يُعْطُوْنَ بِاْلحِكْمَةِ عَلَى مَنَابِرَ فَاِذَا نَزَلُوْا اِخْتَلَسَتْ مِنْهُمْ وَ قُلُوْبُهُمْ اَنْتَنُ مِنَ اْلجَيْفِ. الطبرانى 19: 160
Sepeninggalku nanti kamu akan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang pandai memberikan nasehat-nasehat dengan penuh hikmat di atas mimbar. Tetapi bila telah turun, mereka suka melakukan penipuan dan hati mereka lebih busuk daripada bangkai. [HR. Thabrani 19, hal. 160]
Pemimpin semacam ini pandai-pandai menasehati dengan kata-kata manis, menggembirakan dan memberi harapan pada rakyat yang sangat menjanjikan, padahal dia itu adalah penipu, pemeras rakyat, hatinya lebih busuk daripada bangkai, tidak pernah tergores sedikitpun untuk memikirkan nasib rakyatnya yang menderita kemiskinan, bahkan dengan mengatasnamakan rakyat untuk mencari keuntungan dan memperkaya diri sendiri.
Rakyat hidup melarat, mereka menghambur-hamburkan harta dengan berpesta-pesta, berfoya-foya, mengadakan ulang tahun dirinya, anak-anaknya, istrinya dengan memakan biaya yang begitu besar. Rakyat hanya menelan ludah dengan hati yang mendongkol.
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
Oleh karena itu orang yang rakus terhadap harta dan ambisi memegang suatu jabatan, agamanya terancam rusak. Kalau sudah rusak agamanya, jangan diharap bisa memangku jabatan tersebut dengan baik, jujur dan amanat. Ia akan menggunakan segala macam cara untuk memperoleh harta maupun jabatan, tanpa memperhatikan norma-norma agama, apakah cara itu halal atau haram. Bila perlu untuk memperoleh hal itu dengan jalan menipu, merampok, korupsi, menyuap, yakni membeli jabatan tersebut dengan harga berapapun.
Sekalipun Rasulullah SAW dengan tegas telah menjelaskan bahwa [اَلرَّاشِى وَ اْلمُرْتَشِى فِى النَّارِ], baik yang menyuap maupun yang menerima suap, keduanya masuk neraka.
كَبِيْرُ اْلقَوْمِ خَادِمُهُمْ
Pemimpin suatu kaum adalah menjadi pelayan bagi kaum itu.
Tetapi kalau jabatan itu diperoleh dengan jalan membeli atau suap, jangan harapkan dapat memegang amanat sebagai pelayan masyarakat (rakyatnya) dengan baik. Ibarat pedagang, karena dia telah mengeluarkan modal yang besar, maka pertama dia memangku jabatan, yang dipikirkan bagaimana cara untuk dapat mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Setelah modal kembali, maka sisa waktu masa jabatannya, dia berpikir bagaimana mencari untung dengan modal yang besar tadi.
Jika sudah demikian, maka kapan akan memikirkan dan melayani rakyat dengan baik ? Akhirnya korupsi, kolusi tak dapat dihindarkan.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, apabila jabatan itu dapat dijual-belikan, maka para pemegang jabatan itu akhirnya bukan orang yang pandai atau mempunyai keahlian di bidangnya, melainkan orang-orang bodoh, asalkan dia mampu membelinya.
Kalau sudah demikian keadaannya, maka sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلَى غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila amanat sudah hilang (disia-siakan), maka tunggulah saat kehancurannya (qiyamat). Shahabat nabi bertanya, “Bagaimanakah hilangnya (menyia-nyiakan) amanat ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamat (kehancurannya)”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
Oleh karena itu masalah kepemimpinan atau jabatan dalam suatu urusan, jangan memilih orang karena ada hubungan famili, teman dekat atau karena kecintaan, tetapi pilihlah orang yang mampu dan faham serta cakap dalam menangani tugas yang diembannya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابَةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ اَرْضَى اللهُ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم
Barangsiapa yang mengangkat seseorang untuk suatu jabatan karena kekeluargaan (golongan), padahal ada pada mereka itu orang yang lebih disenangi Allah (karena kemampuan) daripadanya, maka sesungguhnya ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin. [HR. Hakim]
مَنْ وُلّيَ مِنْ اَمْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ شَيْئًا فَاَمَّرَ عَلَيْهِمْ اَحَدًا مُحَابَّةً فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ، لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا وَّ لاَ عَدْلاً حَتَّى يُدْخِلَهُ جَهَنَّمَ. الحاكم
Barangsiapa diserahi menguasai sesuatu dari urusan kaum muslimin, lalu ia memberi kuasa kepada seseorang atas mereka karena cinta (bukan karena kemampuannya), maka laknat Allah lah menimpa atasnya. Allah tidak menerima daripadanya pengganti dan tidak pula tebusan, sehingga ia dimasukkan ke dalam jahannam. [HR. Hakim]
Dari sabda Rasulullah SAW itu jelas bahwa Islam anti nepotisme. Maka kalau orang-orang muslim yang memegang di berbagai jabatan dalam pemerintahan ini mau melaksanakan petunjuk Rasulullah SAW tersebut, pemberantasan KKN bukan pekerjaan yang sulit, karena para pembesar negeri ini dari Presiden sampai menteri-menterinya bahkan sampai jabatan yang paling bawah negeri ini, kebanyakan adalah orang Islam. Tetapi mengapa KKN semakin hari tidak semakin reda, malah semakin merajalela, walaupun sudah beberapa kali pergantian kepemimpinan ? Rupanya mereka itu orang-orang yang rakus dan ambisi dalam suatu jabatannya, maka norma-norma agama, petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW tersebut diabaikan. Kita dengar, bahkan sering kita saksikan lewat layar TV maupun media cetak, perdagangan jabatan mulai dari perangkat desa sampai ke atas di negeri ini bukan rahasia lagi, maka sering terjadi keributan setiap pergantian kepemimpinan. Karena agama diabaikan, maka korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) dan kejahatan-kejahatan lain mendapat angin segar.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kalau petunjuk Allah dan Rasul-Nya diabaikan, maka Allah berikan tanda-tanda kehinaan, kerendahan dan keterpurukan suatu bangsa. Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ. وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلَّى اَمْرَهُمُ السُّفَهَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bijak (pandai) sebagai pejabat yang mengelola urusan mereka, dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang pemurah (tidak bakhil). Dan apabila Allah menghendaki kejelekan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pejabat yang mengurusi urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang bakhil. [HR. Abu Dawud]
Kalau kondisinya seperti yang disabdakan Rasulullah SAW tersebut, pejabatnya orang-orang bodoh, orang-orang kayanya bakhil, maka rakyat akan sengsara, terutama rakyat kecil, karena pejabat-pejabatnya tidak dapat menata keadaan, dan orang-orang kaya hanya mementingkan diri sendiri, tidak mau tahu penderitaan yang dirasakan oleh rakyat kecil atau orang-orang melarat.
Kalau orang-orang melarat/rakyat kecil sudah diinjak-injak, disepelekan, maka pertolongan Allah akan dicabut. Karena pada hakikatnya pertolongan Allah datang lantaran orang-orang lemah/rakyat kecil pada bangsa itu. Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّمَا نَصَرَ اللهُ هذِهِ اْلاُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ وَ اِخْلاَصِهِمْ. النسائى
Hanyasanya Allah akan menolong ummat/bangsa ini lantaran orang-orang lemah (miskin), dengan doa mereka, shalat mereka dan keikhlashan mereka. [HR. Nasai]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, memilih pemimpin negara ternyata suatu hal yang tidak boleh kita abaikan, karena menyangkut nasib rakyat lebih dari 200 juta orang. Tidak lama lagi bangsa kita akan memilih pemimpin untuk masa lima tahun mendatang. Maka marilah kita perhatikan petunjuk-petunjuk Allah untuk menentukan siapa pemimpin kita mendatang. Allah SWT berfirman :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا اْليَهُوْدَ وَ النَّصرى اَوْلِيَآءَ، بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ، وَ مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَاِنَّه مِنْهُمْ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ الظّلِمِيْنَ. المائدة:51
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim. [QS. Al-Maaidah : 51]
Jangan mengangkat pemimpin yang melecehkan dan mempermainkan agama.Allah SWT. Firman-Nya :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّ لَعِبًا مّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَ اْلكُفَّارَ اَوْلِيَآءَ، وَ اتَّقُوا اللهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ. المائدة:57
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, yaitu diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertaqwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. [QS. Al-Maaidah : 57]
Jangan memilih pemimpin yang lebih suka memilih jalan kekafiran daripada jalan Allah. Firman Allah SWT :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْآ ابَآءَكُمْ وَ اِخْوَانَكُمْ اَوْلِيَآءَ اِنِ اسْتَحَبُّوا اْلكُفْرَ عَلَى اْلاِيْمَانِ، وَ مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مّنْكُمْ فَاُولئِكَ هُمُ الظّلِمُوْنَ. التوبة:23
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. [QS. At-Taubah : 23]
Allah SWT menjelaskan :
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُه وَ الَّذِيْنَ امَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلوةَ وَ يُؤْتُوْنَ الزَّكوةَ وَ هُمْ رَاكِعُوْنَ. المائدة:55
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan mereka tunduk patuh (kepada Allah). [QS. Al-Maaidah : 55]
Berdasarkan firman-firman Allah dan petunjuk-petunjuk Rasulullah, maka pemimpin yang kita pilih nanti harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :
  1.  Bukan orang Yahudi maupun Nashrani.
  2.  Bukan orang yang suka melecehkan dan menjadikan agama Allah.untuk bahan ejekan atau mainan (tidak serius beragama).
  3.  Bukan orang yang lebih suka memilih jalan kekafiran daripada jalan keimanan, bukan yang memilih jalan syaithan daripada jalan Allah.
  4.  Pemimpin yang kita pilih adalah orang yang beriman yang benar-benar menjalankan shalat, membayar zakat, dan benar-benar tunduk patuh kepada Allah, tidak hanya iman dan Islam dalam mulutnya, tetapi tidak menjalankan shalat dan menentang aturan Allah, atau shalatnya setahun 2 kali.
  5.  Jujur, amanat, sanggup menjadi pelayan ummat, benar-benar memperhatikan kepentingan rakyat yang dipimpinnya.
  6.  Tidak rakus pada harta dan tidak ambisius untuk menjadi pemimpin.
  7.  Tidak hanya manis di mulut, pandai mengobral janji yang baik-baik dan menggiurkan, sedang hatinya busuk, suka menipu rakyat, korupsi, dan memperkaya diri sendiri.
  8.  Tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongannya, tetapi harus berwawasan nasional dan internasional.
  9.  Orang yang benar-benar cakap, pandai dan profesionalisme dalam tugas yang diembannya, bukan orang-orang bodoh.
10.  Jabatan dirasakan sebagai amanat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, bukan sebagai kesempatan memperkaya diri dan kebanggaan.
11.  Memperhatikan sabda Rasulullah SAW :
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا اَمْرَهُمُ امْرَأَةً. البخارى: 6570
       Tidak akan beruntung (sukses) suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita. [HR. Bukhari no. 6570]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan kehati-hatian kita memilih pemimpin dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, semoga kita terhindar dari kepemimpinan orang yang tolol yang akan membawa rakyat ini lebih sengsara dan menderita. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ: اَعَاذَكَ اللهُ مِنْ اِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَ مَا اِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: اُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُوْنَ بِهَدْيِى وَ لاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِى. فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذْبِهِمْ وَ اَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ لَيْسُوْا مِنّى وَ لَسْتُ مِنْهُمْ، وَ لاَ يَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى، وَ مَنْ لَمْ يُصَدّقْهُمْ بِكَذْبِهِمْ وَ لَمْ يُعِنْهُ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ مِنّى وَ اَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ وَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ (اَوْ بُرْهَانٌ). يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، اَلنَّارُ اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا وَ بَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوْبِقُهَا. احمد و الترمذى
Dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW telah bersabda kepada Ka’ab bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungimu dari pemimpin-pemimpin yang tolol”. Lalu Ka’ab bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah pemimpin yang tolol itu ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Yakni para pemimpin sesudahku yang tidak mau memakai petunjuk dengan petunjukku, dan tidak mau berpegang pada sunnahku. Barangsiapa membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta membantu kedhaliman mereka, maka tidak termasuk golonganku dan akupun tidak termasuk golongan mereka, dan mereka tidak berhak minum air telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta tidak membantu kedhaliman mereka, maka termasuk golonganku dan akupun termasuk golongan mereka, dan mereka berhaq minum air telagaku. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, puasa adalah perisai api neraka, sedekah adalah penghapus dosa, dan shalat adalah pendekatan (petunjuk). Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram, api neraka lebih pantas baginya. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, manusia terdiri dari dua macam. Ada yang menjual dirinya ke jalan Allah, hingga ia selamat dari siksa neraka. Dan ada yang menjual dirinya kepada hawa nafsu, hingga nerakalah sebagai tempat tinggal mereka. [HR. Ahmad dan Tirmidzi]
Sekian, semoga bermanfaat.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...