1/21/2013

Perang tanding dalam perang Uhud

Sebelum perang tempur, kaum musyrikin mengajak untuk perang tanding terlebih dahulu. Nabi SAW diminta supaya mengeluarkan seorang pahlawannya untuk maju perang tanding di tengah medan dengan seorang pahlawan musyrikin. Ketika itu keluarlah dari barisan mereka (tentara musyrikin) seorang pahlawan dengan menunggang unta seraya berkata, “Siapa yang akan berperang tanding ?. Demikian sampai tiga kali berteriak, “Siapa yang akan berperang tanding ?. Maka ketika itu Zubair dengan gagah berani maju dan meloncat ke atas untanya, lalu bergulat di atas unta, dan akhirnya jatuhlah orang musyrikin tadi dan sahabat Zubair juga jatuh, tetapi jatuh di atas diri orang musyrikin tadi, dan dengan cepat  Zubair membunuhnya, sehingga kemenangan berada di tangan shahabat Zubair RA. Shahabat Zubair RA lalu kembali ke tempat barisan tentara muslimin. Waktu itulah Nabi SAW bersabda :
اِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيًّا، وَ الزُّبَيْرَ حَوَارِيَّ. سير اعلام النبلاء 1: 397
“Bagi tiap-tiap seorang Nabi (tentu) mempunyai shahabat setia, dan Zubair adalah shahabat setiaku”. [Sairu A’laamin Nubalaa’ I, hal. 397]
Kemudian keluarlah seorang pahlawan Quraisy lagi dengan gagah, bernama Thalhah bin Abu Thalhah (pemegang bendera Quraisy) ke tengah-tengah antara kedua pasukan sambil berteriak, “Siapa yang akan berperang tanding berikutnya ?. Demikianlah ia meminta kepada tentara muslimin sampai berulang-ulang, tetapi oleh tentara muslimin tidak dijawab.
Thalhah berteriak lagi, “Hai pengikut-pengikut Muhammad, kamu semua menyangka bahwa Tuhan mempercepat kami ke neraka dengan pedangmu, dan mempercepat kamu ke surga dengan pedang kami. Maka dari itu, siapakah seorang dari kamu yang akan mempercepat kami dengan pedangnya ke neraka, atau kami mempercepat dia dengan pedang kami ke surga ? Sungguh kamu berdusta. Demi Lata dan ‘Uzza, kalau kamu semua betul-betul tahu begitu, pasti keluar seorang darimu kepada kami sekarang ini”.
Demikianlah tantangan Thalhah bin Abu Thalhah kepada tentara muslimin. Maka keluarlah shahabat ‘Ali RA ke tengah-tengah antara kedua pasukan, lalu bertanding dengan Thalhah bin Abu Thalhah.
Dalam perang tanding ini, Thalhah berhasil dipukul dengan pedang oleh ‘Ali RA di kakinya, dan seketika itu jatuhlah Thalhah ke tanah dan terputuslah kakinya serta tampaklah auratnya. Lalu ditinggalkan oleh ‘Ali, padahal Thalhah belum mati, maka ‘Ali pun ditanya oleh Nabi SAW, “Apa yang menghalangimu membunuhnya ?. Shahabat ‘Ali menjawab, “Ya, karena dia telah menampakkan auratnya kepada saya, maka saya kasihan kepadanya”. Nabi SAW bersabda, Bunuhlah !.
Maka dengan cepat shahabat ‘Ali bin Abu Thalib kembali dan membunuh Thalhah. Lalu tentara musyrikin mengeluarkan seorang pahlawannya lagi yang bernama ‘Utsman bin Abu Thalhah, dan tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya, ialah Hamzah. Setelah perang tanding, akhirnya ‘Utsman bin Abu Thalhah terbunuh oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib.
Tentara musyrikin mengeluarkan pula seorang pahlawan bernama Abu Sa’id bin Abu Thalhah, dan tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya ialah shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash RA. Setelah perang tanding, akhirnya Abu Sa’id terbunuh oleh shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawan bernama Musafi’ bin Thalhah (anaknya Thalhah yang terbunuh oleh shahabat ‘Ali tadi) lalu tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya yang bernama ‘Ashim bin Tsabit RA setelah perang tanding, akhirnya Musafi’ terbunuh oleh ‘Ashim bin Tsabit RA.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Harits bin Thalhah (saudara Musafi’), dan tentara Muslimin mengeluarkan ‘Ashim bin Tsabit RA lagi, maka akhirnya Harits terbunuh oleh ‘Ashim juga.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Kilab bin Thalhah (saudara Musafi’ dan Harits tersebut), dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat Zubair RA. Setelah perang tanding, akhirnya Kilab jatuh terbunuh oleh shahabat Zubair.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Jullas bin Thalhah (saudara Musafi’, Harits dan Kilab tersebut), dan tentara muslimin mengeluarkan Thalhah bin ‘Ubaidillah RA. Setelah perang tanding dengan sekuat-kuatnya, akhirnya Jullas terbunuh oleh Thalhah RA.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Arthah bin Syurahbil (seorang yang gagah perkasa), dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat ‘Ali bin Abi Thalib RA. Maka setelah perang tanding, akhirnya Arthah juga terbunuh oleh shahabat ‘Ali RA.
Tentara musyrikin belum merasa puas, lalu mengeluarkan seorang pahlawannya lagi bernama Syuraih bin Qaridl, dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat Hamzah bin ‘Abdul Muththalib RA. Setelah perang tanding akhirnya Syuraih terbunuh oleh shahabat Hamzah RA.
Tentara musyrikin masih juga menantang dengan mengeluarkan seorang pahlawannya yang bernama Abu Zaid bin ‘Amr, maka tentara muslimin mengeluarkan seorang lagi bernama Qazman, dan setelah perang tanding, akhirnya Abu Zaid terbunuh oleh Qazman.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pemuda anaknya Syurahbil (saudara Arthah yang terbunuh tadi) dan tentara muslimin menyerahkan lagi kepada Qazman. Maka setelah perang tanding, maka akhirnya anak Syurahbil tadi terbunuh oleh Qazman juga.
Tentara musyrikin belum juga merasa puas, lalu mengeluarkan lagi seorang bernama Shu’ab (bangsa Habsyi), dan oleh tentara muslimin diserahkan juga kepada Qazman, maka setelah perang tanding akhirnya Shu’ab juga terbunuh oleh Qazman.
Demikianlah sebelum peperangan secara umum terjadi, sebagaimana biasa lebih dahulu dilakukan perang tanding seorang lawan seorang. Jadi ketika itu tentara musyrikin telah kematian banyak tentaranya yang gagah perkasa, sedangkan tentara muslimin belum ada seorang pun yang mati terbunuh oleh mereka.
Setelah perang tanding selesai, Abu Sufyan sebagai kepala pasukan tentara musyrikin berpidato di muka tentaranya yang memegang bendera berpesan kepada mereka supaya bersungguh-sungguh dalam memegang bendera, karena menang atau kalah tergantung kepada mereka semata-mata.
9. Peperangan tentara muslimin dengan tentara musyrikin dimulai
Kemudian pertempuran antara tentara muslimin dengan tentara musyrikin terjadi hebat. Abu Dujanah sebagai tentara muslimin yang telah sanggup memegang pedang Nabi SAW keluar dengan pedang terhunus sambil berjalan meliuk-liukkan kepalanya, terus menerjang barisan musuh. Ketika Nabi SAW melihat gaya Abu Dujanah tersebut beliau bersabda :
اِنَّهَا لَمِشْيَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ اِلاَّ فِى مِثْلِ هذَا اْلمَوْطِنِ. ابن هشام 4: 13
“Sesungguhnya yang demikian itu adalah cara berjalan yang dimurkai Allah, kecuali di tempat seperti ini”. [Ibnu Hisyam 4, hal. 13]
Maksudnya berjalan dengan meliuk-liukkan kepala itui sesungguhnya terlarang oleh Allah dan dimurkai-Nya. Tetapi diwaktu berperang dengan musuh yang demikian itu tidak terlarang dan tidak dimurkai-Nya.
Abu Dujanah berjalan meliuk-liukkan kepalanya sambil  bersyair sebagai berikut :
اَنَا الَّذِى عَاهَدَنِى خَلِيْلِى،   وَ نَحْنُ بِالسَّفْحِ لَدَيِ النَّخِيْلِ،
     اَلاَّ اَقُوْمَ الدَّهْرَ فِى اْلكَيُّوْلِ،  اَضْرِبُ بِسَيْفِ اللهِ وَ الرَّسُوْلِ.
Saya yang telah diberi janji oleh kekasihku (Nabi SAW),
sedangkan kami berada pada kaki bukit dekat pohon kurma,
Selamanya saya tidak akan berdiri di barisan yang di belakang,
saya akan memukul (musuh) dengan pedang Allah dan Rasul(Nya). [Ibnu Hisyam Juz 4, hal. 16]
Pada saat itu siapasaja dari tentara musuh yang dihadapi Abu Dujanah, pasti dibunuhnya. Abu Dujanah terus bertempur, dan pedang Nabi SAW dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, ia terus menerus memenggal dan membunuh musuh dengan pedang itu. Dan ia menyerbu musuh hingga masuk jauh ke dalam barisan musuh.
Demikianlah seterusnya, pertempuran berlangsung dahsyat. Sampai pada suatu saat pedang Abu Dujanah yang terkenal itu berada diatas kepala Hindun, isteri Abu Sufyan, yang ketika itu hampir saja kepalanya terbelah. Tetapi dia tidak jadi memukulkannya, karena menjaga pedang Rasulullah SAW jangan sampai untuk membunuh seorang wanita.
Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Nabi SAW yang terkenal sebagai “Singa Allah”, terus maju dan menyerbu ke barisan musuh dengan hebatnya, dan dimanapun ia berjumpa dengan musuh, maka seketika itu ia menyerang dan membunuhnya. Dia termasuk pahlawan Islam yang gagah berani dalam pertempuran yang hebat itu. Memang sejak terjadi pertempuran di Badr dia kelihatan sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa. Dari tangannyalah sebagian besar para ketua dan pemimpin Quraisy melayang jiwanya dalam pertempuran di Badr dulu. Diantaranya ‘Utbah bin Rabi’ah (ayah Hindun) dan Syaibah bin Rabi’ah. Dalam peretempuran di Uhud ini pun ia menunjukkan lebih nyata lagi keberaniannya yang luar biasa.
Mush’ab bin  ‘Umair juga bertempur dengan hebat, banyak pihak lawan yang terbunuh olehny, begitu pula Ali bin Abu Thalib berperang dengan hebatnya.
Anas bin Nadlar, seorang prajurit Islam yang masih muda, yang ketika terjadi perang di Badr belum diizinkan ikut, maka pada perang Uhud ini hatinya sangat gembira karena dapat ikut serta menjadi tentara Islam, dan dia memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa.
10. Barisan kaum perempuan musyrikin
Sebagaimana kita ketahui, bahwa para istri pemuka-pemuka musyrikin Quraisy banyak yang ikut dalam barisan tentara mereka dengan dikepalai oleh Hindun, istri Abu Sufyan. Dalam pertempuran di Uhud ini mereka berbaris, terkadang di depan, terkadang di belakang, dan kadang-kadang berada di tengah-tengah tentara mereka sambil memukul rebana dan tambur seraya menyuarakan syair-syair untuk mengobarkan semangat berperang tentara mereka, dan menyenangkan hati kaum lelaki mereka yang sedang bertempur dengan tentara muslimin. Diantara syair-syair yang diucapkan oleh Hindun dikala itu ialah :
نَحْنُ بَنَاتُ طَارِقْ، نَمْشِى عَلَى النَّمَارِقْ،  مَشَى اْلقَطَا اْلبَوَارِقْ.  وَ اْلمِسْكُ فِى اْلمَفَارِقْ،   وَ الدُّرُّ فِى اْلمَخَانِقْ،   اِنْ تُقْبِلُوْا نُعَانِقْ.  وَ نَفْرُشُ النَّمَارِقْ،   اَوْ تُدْبِرُوْا نُفَارِقْ،   فِرَاقَ غَيْرِ وَامِقْ.
Kami anak-anak perempuan bintang thariq,
Kami berjalan di atas bantal-bantal sutera,
Berjalan dengan pijakan halus,
Minyak kasturi berada di belahan rambut,
Permata intan di kalung-kalung,
Jika kalian maju kami merangkul,
dan kami sorongkan bantal-bantal sutera,
Jika kalian mundur ke belakang kami akan memisahkan,
perpisahan tanpa kecintaan.
[Al-Kamil Juz 2 hal. 48]
وَيْهًا بَنِى عَبْدِ الدَّارْ! وَيْهًا حُمَاةُ اْلاَدْبَارْ ! ضَرْبًا بِكُلِّ بَتَّارْ !
Majulah wahai keturunan ‘Abdud-Dar !
Majulah wahai pembela barisan belakang !
Pukullah mereka itu dengan pedang yang tajam !.
[Al-Kamil Juz 2 hal 48].
Demikianlah syair-syair yang mereka dengung-dengungkan dengan riang gembira untuk mengobarkan semangat tentara mereka yang sedang bertempur agar semangatnya tidak kunjung padam dalam menghantam musuh.
Menurut riwayat, sewaktu mendengar syair-syair mereka yang sedemikian itu, dengan tenang Nabi SAW berdoa :
اَللّهُمَّ بِكَ اَجُوْلُ، وَ بِكَ اَصُوْلُ، وَ فِيْكَ اُقَاتِلُ، حَسْبِيَ اللهُ وَ نِعْمَ اْلوَكِيْلَ. نور اليقين: 126
Ya Allah, dengan Engkau aku menangkis (musuh), dan dengan Engkau aku menyerang (musuh), dan dengan Engkau pula aku berperang memerangi musuh. Cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik Pelindung. [Nurul Yaqin hal. 126].
11. Kemenangan tentara muslimin dalam pertempuran pertama
Dari dorongan semangat tentara muslimin yang menyala-nyala dan keteguhan kepercayaan mereka yang membaja, mereka terus menerjang dan mengejar musuh dengan hebat dan dahsyat, sehingga barisan tentara musuh menjadi kalang kabut, kocar-kacir dan bercerai-berai. Akhirnya banyak yang lari mengundurkan diri. Pemegang bendera pihak musyrikin dapat disambar oleh pedang kaum muslimin dan terbunuh, yang menyebabkan tentara musyrikin semakin kacau dan morat-marit. Maka dalam pertempuran babak pertama hari itu, tentara Quraisy yang berganda besarnya terpaksa mundur dalam keadaan kacau-balau.
Ketika itu pintu kemenangan sudah kelihatan akan dicapai oleh tentara muslimin, sekalipun belum terbukti, karena peperangan belum selesai. Keberanian dan kesanggupan kaum muslimin yang kira-kira hanya 700 orang itu sudah kelihatan dapat merobohkan dan memaksa mundur musuh yang hampir lima kali lipat jumlahnya. Bendera mereka sudah rebah jatuh tersungkur dimuka barisan tentara muslimin.
Tetapi ketika sebagian tentara muslimin sedang bertempur dengan musuh yang tengah melarikan diri, dan mengejar pihak musuh yang lari tunggang langgang, tiba-tiba dari sebagian tentara muslimin yang diserahi oleh Nabi SAW untuk menjaga tempat di bagian belakang untuk memanah dari atas bukit Uhud, setelah melihat kawan-kawannya sedang mengejar musuh, timbullah perselisihan di antara mereka.
Sebagian dari mereka ada yang berkata, “Buat apa kita menunggu sampai lama di tempat ini, padahal pihak musuh sudah diundurkan oleh Allah. Para kawan kita sudah bergerak mengejar musuh, dan musuh sudah banyak yang lari, maka marilah kita turun dari tempat ini untuk mengambil harta rampasan bersama mereka yang mengambil”.
Sebagian yang lain berkata, “Tidakkah Rasulullah berpesan kepada kita supaya kita jangan meninggalkan tempat ini sebelum ada perintah dari beliau ?.
Mereka yang ingin meninggalkan tempat yang penting itu menyahut,  Betul begitu. Tetapi kita tidak disuruh menunggu di sini setelah tentara musuh mengundurkan diri dan dikalahkan oleh Allah”.
Demikianlah terus menerus mereka berselisih dan berdebat. Akhirnya ‘Abdullah bin Jubair sebagai orang yang diserahi mengepalai pasukan pemanah di bukit Uhud tersebut berkata, “Janganlah kita menyalahi perintah Rasulullah SAW”. Demikian sampai berulang kali ia memperingatkan kawan-kawannya, tetapi kawan-kawannya tidak mengacuhkan peringatan yang baik itu. Sebagian besar mereka terus turun meninggalkan tempat dengan tujuan untuk mengejar jarahan yang akan diperoleh dari pihak musuh. Akhirnya tinggal ‘Abdullah bin Jubair dan 10 orang kawannya yang tetap teguh menjaga tempat yang diperintahkan oleh Nabi tersebut, sedangkan 40 orang kawannya telah turun dari lereng bukit Uhud terus mengejar harta jarahan, padahal kemenangan di waktu itu belum nyata tercapai oleh angkatan tentara muslimin.

1 komentar:

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...