Sebelum
perang tempur, kaum musyrikin mengajak untuk perang tanding terlebih
dahulu.
Nabi SAW diminta supaya mengeluarkan seorang pahlawannya untuk maju perang
tanding di tengah medan dengan seorang pahlawan
musyrikin. Ketika itu keluarlah dari barisan mereka (tentara musyrikin) seorang
pahlawan dengan menunggang unta seraya berkata, “Siapa yang akan berperang
tanding ?”. Demikian sampai tiga kali berteriak,
“Siapa yang akan berperang tanding ?”. Maka
ketika itu Zubair dengan gagah berani maju dan meloncat ke atas untanya, lalu
bergulat di atas unta, dan akhirnya jatuhlah orang musyrikin tadi dan sahabat
Zubair juga jatuh, tetapi jatuh di atas diri orang musyrikin tadi, dan dengan
cepat Zubair membunuhnya, sehingga
kemenangan berada di tangan shahabat Zubair RA. Shahabat
Zubair RA lalu kembali ke tempat barisan tentara muslimin. Waktu itulah
Nabi SAW bersabda :
اِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيًّا، وَ الزُّبَيْرَ
حَوَارِيَّ. سير اعلام النبلاء 1: 397
“Bagi
tiap-tiap seorang Nabi (tentu) mempunyai shahabat setia, dan Zubair adalah
shahabat setiaku”.
[Sairu A’laamin Nubalaa’ I, hal. 397]
Kemudian
keluarlah seorang pahlawan Quraisy lagi dengan gagah, bernama Thalhah bin Abu
Thalhah (pemegang bendera Quraisy) ke tengah-tengah antara kedua pasukan sambil
berteriak, “Siapa yang akan berperang tanding berikutnya
?”. Demikianlah ia meminta kepada tentara
muslimin sampai berulang-ulang, tetapi oleh tentara muslimin tidak
dijawab.
Thalhah
berteriak lagi, “Hai pengikut-pengikut Muhammad, kamu semua menyangka bahwa
Tuhan mempercepat kami ke neraka dengan pedangmu, dan mempercepat kamu ke surga
dengan pedang kami.
Maka dari itu, siapakah seorang dari kamu yang akan mempercepat kami dengan
pedangnya ke neraka, atau kami mempercepat dia dengan pedang kami ke surga ? Sungguh kamu berdusta. Demi Lata dan ‘Uzza, kalau kamu semua betul-betul tahu begitu, pasti
keluar seorang darimu kepada kami sekarang ini”.
Demikianlah
tantangan Thalhah bin Abu Thalhah kepada tentara muslimin. Maka keluarlah shahabat ‘Ali RA ke tengah-tengah antara kedua
pasukan, lalu bertanding dengan Thalhah bin Abu
Thalhah.
Dalam
perang tanding ini, Thalhah berhasil dipukul dengan pedang oleh ‘Ali RA di
kakinya, dan seketika itu jatuhlah Thalhah ke tanah dan terputuslah kakinya
serta tampaklah auratnya.
Lalu ditinggalkan oleh ‘Ali, padahal Thalhah belum mati, maka ‘Ali pun ditanya
oleh Nabi SAW, “Apa yang menghalangimu membunuhnya
?”. Shahabat ‘Ali menjawab, “Ya, karena dia
telah menampakkan auratnya kepada saya, maka saya kasihan kepadanya”.
Nabi SAW bersabda, “Bunuhlah
!”.
Maka
dengan cepat shahabat ‘Ali bin Abu Thalib kembali dan membunuh Thalhah. Lalu tentara musyrikin mengeluarkan seorang pahlawannya lagi yang
bernama ‘Utsman bin Abu Thalhah, dan tentara muslimin mengeluarkan seorang
pahlawannya, ialah Hamzah. Setelah perang tanding, akhirnya ‘Utsman bin
Abu Thalhah terbunuh oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib.
Tentara
musyrikin mengeluarkan pula seorang pahlawan bernama Abu Sa’id bin Abu Thalhah,
dan tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya ialah shahabat Sa’ad bin
Abu Waqqash RA. Setelah perang tanding, akhirnya Abu Sa’id terbunuh oleh
shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash.
Tentara
musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawan bernama Musafi’ bin Thalhah
(anaknya Thalhah yang terbunuh oleh shahabat ‘Ali tadi) lalu tentara muslimin
mengeluarkan seorang pahlawannya yang bernama ‘Ashim bin Tsabit RA setelah
perang tanding, akhirnya Musafi’ terbunuh oleh ‘Ashim bin Tsabit
RA.
Tentara
musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Harits bin Thalhah
(saudara Musafi’), dan tentara Muslimin mengeluarkan ‘Ashim bin Tsabit RA lagi,
maka akhirnya Harits terbunuh oleh ‘Ashim juga.
Tentara
musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Kilab bin Thalhah
(saudara Musafi’ dan Harits tersebut), dan tentara muslimin mengeluarkan
shahabat Zubair RA. Setelah perang tanding, akhirnya Kilab
jatuh terbunuh oleh shahabat Zubair.
Tentara
musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Jullas bin Thalhah
(saudara Musafi’, Harits dan Kilab tersebut), dan tentara muslimin mengeluarkan
Thalhah bin ‘Ubaidillah RA. Setelah perang tanding dengan
sekuat-kuatnya, akhirnya Jullas terbunuh oleh Thalhah
RA.
Tentara
musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Arthah bin Syurahbil
(seorang yang gagah perkasa), dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat ‘Ali
bin Abi Thalib RA. Maka setelah perang tanding, akhirnya
Arthah juga terbunuh oleh shahabat ‘Ali RA.
Tentara
musyrikin belum merasa puas, lalu mengeluarkan seorang pahlawannya lagi bernama
Syuraih bin Qaridl, dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat Hamzah bin ‘Abdul
Muththalib RA. Setelah perang tanding akhirnya Syuraih
terbunuh oleh shahabat Hamzah RA.
Tentara
musyrikin masih juga menantang dengan mengeluarkan seorang pahlawannya yang
bernama Abu Zaid bin ‘Amr, maka tentara muslimin mengeluarkan seorang lagi
bernama Qazman, dan setelah perang tanding, akhirnya Abu Zaid terbunuh oleh
Qazman.
Tentara
musyrikin mengeluarkan lagi seorang pemuda anaknya Syurahbil (saudara Arthah
yang terbunuh tadi) dan tentara muslimin menyerahkan lagi kepada
Qazman.
Maka setelah perang tanding, maka akhirnya anak Syurahbil tadi
terbunuh oleh Qazman juga.
Tentara
musyrikin belum juga merasa puas, lalu mengeluarkan lagi seorang bernama Shu’ab
(bangsa Habsyi), dan oleh tentara muslimin diserahkan juga kepada Qazman, maka
setelah perang tanding akhirnya Shu’ab juga terbunuh oleh
Qazman.
Demikianlah
sebelum peperangan secara umum terjadi, sebagaimana biasa lebih dahulu dilakukan
perang tanding seorang lawan seorang.
Jadi ketika itu tentara musyrikin telah kematian banyak
tentaranya yang gagah perkasa, sedangkan tentara muslimin belum ada seorang pun
yang mati terbunuh oleh mereka.
Setelah
perang tanding selesai, Abu Sufyan sebagai kepala pasukan tentara musyrikin
berpidato di muka tentaranya yang memegang bendera berpesan kepada mereka supaya
bersungguh-sungguh dalam memegang bendera, karena menang atau kalah tergantung
kepada mereka semata-mata.
9.
Peperangan tentara muslimin dengan tentara musyrikin dimulai
Kemudian
pertempuran antara tentara muslimin dengan tentara musyrikin terjadi
hebat.
Abu Dujanah sebagai tentara muslimin yang telah sanggup
memegang pedang Nabi SAW keluar dengan pedang terhunus sambil berjalan
meliuk-liukkan kepalanya, terus menerjang barisan musuh. Ketika Nabi SAW
melihat gaya Abu Dujanah tersebut beliau bersabda
:
اِنَّهَا لَمِشْيَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ اِلاَّ فِى مِثْلِ هذَا
اْلمَوْطِنِ. ابن هشام 4: 13
“Sesungguhnya
yang demikian itu adalah cara berjalan yang dimurkai
Allah, kecuali di tempat seperti ini”.
[Ibnu Hisyam 4, hal. 13]
Maksudnya
berjalan dengan meliuk-liukkan kepala itui sesungguhnya terlarang oleh Allah dan
dimurkai-Nya.
Tetapi diwaktu berperang dengan musuh yang demikian itu tidak
terlarang dan tidak dimurkai-Nya.
Abu
Dujanah berjalan meliuk-liukkan kepalanya sambil bersyair sebagai berikut
:
اَنَا الَّذِى عَاهَدَنِى خَلِيْلِى،
وَ نَحْنُ بِالسَّفْحِ لَدَيِ
النَّخِيْلِ،
اَلاَّ اَقُوْمَ الدَّهْرَ فِى اْلكَيُّوْلِ،
اَضْرِبُ بِسَيْفِ اللهِ وَ
الرَّسُوْلِ.
Saya
yang telah diberi janji oleh kekasihku (Nabi SAW),
sedangkan
kami berada pada kaki bukit dekat pohon kurma,
Selamanya
saya tidak akan berdiri di barisan yang di
belakang,
saya
akan memukul (musuh) dengan pedang Allah dan Rasul(Nya).
[Ibnu Hisyam Juz 4, hal. 16]
Pada
saat itu siapasaja dari tentara musuh yang dihadapi Abu Dujanah, pasti
dibunuhnya.
Abu Dujanah terus bertempur, dan pedang Nabi SAW dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya, ia terus menerus memenggal dan membunuh
musuh dengan pedang itu. Dan ia menyerbu musuh hingga
masuk jauh ke dalam barisan musuh.
Demikianlah
seterusnya, pertempuran berlangsung dahsyat.
Sampai pada suatu saat pedang Abu Dujanah yang terkenal itu
berada diatas kepala Hindun, isteri Abu Sufyan, yang ketika itu hampir saja
kepalanya terbelah. Tetapi dia tidak jadi
memukulkannya, karena menjaga pedang Rasulullah SAW jangan sampai untuk membunuh
seorang wanita.
Hamzah
bin Abdul Muththalib, paman Nabi SAW yang terkenal sebagai “Singa Allah”,
terus maju dan menyerbu ke barisan musuh dengan hebatnya, dan dimanapun ia
berjumpa dengan musuh, maka seketika itu ia menyerang dan membunuhnya. Dia termasuk pahlawan Islam yang gagah berani dalam pertempuran yang
hebat itu. Memang sejak terjadi pertempuran di Badr dia
kelihatan sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa. Dari tangannyalah sebagian besar para ketua dan pemimpin Quraisy
melayang jiwanya dalam pertempuran di Badr dulu. Diantaranya ‘Utbah bin
Rabi’ah (ayah Hindun) dan Syaibah bin Rabi’ah. Dalam peretempuran di Uhud ini
pun ia menunjukkan lebih nyata lagi keberaniannya yang
luar biasa.
Mush’ab
bin ‘Umair juga
bertempur dengan hebat, banyak pihak lawan yang terbunuh olehny, begitu pula Ali
bin Abu Thalib berperang dengan hebatnya.
Anas
bin Nadlar, seorang prajurit Islam yang masih muda, yang ketika terjadi perang
di Badr belum diizinkan ikut, maka pada perang Uhud ini hatinya sangat gembira
karena dapat ikut serta menjadi tentara Islam, dan dia memperlihatkan
keberaniannya yang luar biasa.
10.
Barisan kaum perempuan musyrikin
Sebagaimana
kita ketahui, bahwa para istri pemuka-pemuka musyrikin Quraisy banyak yang ikut
dalam barisan tentara mereka dengan dikepalai oleh Hindun, istri Abu
Sufyan.
Dalam pertempuran di Uhud ini mereka berbaris, terkadang di depan, terkadang di
belakang, dan kadang-kadang berada di tengah-tengah tentara mereka sambil
memukul rebana dan tambur seraya menyuarakan syair-syair untuk mengobarkan
semangat berperang tentara mereka, dan menyenangkan hati kaum lelaki mereka yang
sedang bertempur dengan tentara muslimin. Diantara syair-syair yang diucapkan
oleh Hindun dikala itu ialah :
نَحْنُ بَنَاتُ طَارِقْ، نَمْشِى عَلَى النَّمَارِقْ، مَشَى اْلقَطَا اْلبَوَارِقْ. وَ اْلمِسْكُ فِى اْلمَفَارِقْ، وَ الدُّرُّ فِى اْلمَخَانِقْ، اِنْ تُقْبِلُوْا نُعَانِقْ. وَ نَفْرُشُ النَّمَارِقْ، اَوْ تُدْبِرُوْا نُفَارِقْ، فِرَاقَ غَيْرِ وَامِقْ.
Kami
anak-anak perempuan bintang thariq,
Kami
berjalan di atas bantal-bantal sutera,
Berjalan
dengan pijakan halus,
Minyak
kasturi berada di belahan rambut,
Permata
intan di kalung-kalung,
Jika
kalian maju kami merangkul,
dan
kami sorongkan bantal-bantal sutera,
Jika
kalian mundur ke belakang kami akan
memisahkan,
perpisahan
tanpa kecintaan.
[Al-Kamil
Juz 2 hal. 48]
وَيْهًا بَنِى عَبْدِ الدَّارْ! وَيْهًا حُمَاةُ اْلاَدْبَارْ ! ضَرْبًا
بِكُلِّ بَتَّارْ !
Majulah
wahai keturunan ‘Abdud-Dar !
Majulah
wahai pembela barisan belakang
!
Pukullah
mereka itu dengan pedang yang tajam !.
[Al-Kamil
Juz 2 hal 48].
Demikianlah
syair-syair yang mereka dengung-dengungkan dengan riang gembira untuk
mengobarkan semangat tentara mereka yang sedang bertempur agar semangatnya tidak
kunjung padam dalam menghantam musuh.
Menurut
riwayat, sewaktu mendengar syair-syair mereka yang sedemikian itu, dengan tenang
Nabi SAW berdoa :
اَللّهُمَّ بِكَ اَجُوْلُ، وَ بِكَ اَصُوْلُ، وَ فِيْكَ اُقَاتِلُ،
حَسْبِيَ اللهُ وَ نِعْمَ اْلوَكِيْلَ. نور اليقين: 126
Ya
Allah, dengan Engkau aku menangkis (musuh), dan dengan Engkau aku menyerang
(musuh), dan dengan Engkau pula aku berperang memerangi musuh. Cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik Pelindung.
[Nurul Yaqin hal. 126].
11.
Kemenangan tentara muslimin dalam pertempuran pertama
Dari
dorongan semangat tentara muslimin yang menyala-nyala dan keteguhan kepercayaan
mereka yang membaja, mereka terus menerjang dan mengejar musuh dengan hebat dan
dahsyat, sehingga barisan tentara musuh menjadi kalang kabut, kocar-kacir dan
bercerai-berai.
Akhirnya banyak yang lari mengundurkan diri. Pemegang bendera pihak musyrikin dapat disambar oleh pedang kaum
muslimin dan terbunuh, yang menyebabkan tentara musyrikin semakin kacau dan
morat-marit. Maka dalam pertempuran babak pertama hari
itu, tentara Quraisy yang berganda besarnya terpaksa mundur dalam keadaan
kacau-balau.
Ketika
itu pintu kemenangan sudah kelihatan akan dicapai oleh
tentara muslimin, sekalipun belum terbukti, karena peperangan belum selesai.
Keberanian dan kesanggupan kaum muslimin yang kira-kira hanya 700 orang itu
sudah kelihatan dapat merobohkan dan memaksa mundur musuh yang hampir lima kali lipat jumlahnya. Bendera mereka
sudah rebah jatuh tersungkur dimuka barisan tentara
muslimin.
Tetapi
ketika sebagian tentara muslimin sedang bertempur dengan musuh yang tengah
melarikan diri, dan mengejar pihak musuh yang lari tunggang langgang, tiba-tiba
dari sebagian tentara muslimin yang diserahi oleh Nabi SAW untuk menjaga tempat
di bagian belakang untuk memanah dari atas bukit Uhud, setelah melihat
kawan-kawannya sedang mengejar musuh, timbullah perselisihan di antara
mereka.
Sebagian
dari mereka ada yang berkata, “Buat apa kita menunggu sampai lama di tempat
ini, padahal pihak musuh sudah diundurkan oleh Allah.
Para kawan kita sudah bergerak mengejar musuh, dan musuh sudah banyak yang lari,
maka marilah kita turun dari tempat ini untuk mengambil harta rampasan bersama
mereka yang mengambil”.
Sebagian
yang lain berkata, “Tidakkah Rasulullah berpesan kepada kita supaya kita
jangan meninggalkan tempat ini sebelum ada perintah dari beliau ?”.
Mereka
yang ingin meninggalkan tempat yang penting itu menyahut, “Betul begitu. Tetapi kita tidak disuruh menunggu di sini setelah tentara musuh
mengundurkan diri dan dikalahkan oleh Allah”.
Demikianlah
terus menerus mereka berselisih dan berdebat.
Akhirnya ‘Abdullah bin Jubair sebagai orang yang diserahi mengepalai pasukan
pemanah di bukit Uhud tersebut berkata, “Janganlah kita menyalahi perintah
Rasulullah SAW”. Demikian sampai berulang kali ia
memperingatkan kawan-kawannya, tetapi kawan-kawannya tidak mengacuhkan
peringatan yang baik itu. Sebagian besar mereka terus turun meninggalkan tempat
dengan tujuan untuk mengejar jarahan yang akan
diperoleh dari pihak musuh. Akhirnya tinggal ‘Abdullah bin Jubair dan 10 orang
kawannya yang tetap teguh menjaga tempat yang diperintahkan oleh Nabi tersebut,
sedangkan 40 orang kawannya telah turun dari lereng bukit Uhud terus mengejar
harta jarahan, padahal kemenangan di waktu itu belum nyata tercapai oleh
angkatan tentara muslimin.
��������
BalasHapus