اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ
اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, pada hari ini ummat Islam dari berbagai
penjuru dunia berkumpul di tanah suci Makkah Al-Mukarramah untuk melaksanakan
rukun Islam yang ke lima,
yakni ibadah hajji. Mereka menjalankan thawaf, sa'i, wukuf di
'Arafah, melempar jumrah serta ibadah-ibadah yang lain, yang telah ditentukan
oleh syara'. Mereka berkumpul menjadi satu tanpa membedakan suku, bangsa,
bahasa, warna kulit, pangkat, jabatan, status sosial ekonomi, dan sebagainya,
dalam rangka memenuhi panggilan Allah
:
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
اِنَّ اْلحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ اْلمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Aku
sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu.
Aku sambut panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Aku sambut panggilan-Mu, sesungguh-nya segala puji, nikmat dan
seluruh kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Hari
raya 'Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya dalam Islam, yaitu 'Idul
Fithri dan 'Idul Adha.
Apabila hari raya 'Idul Fithri merupakan rangkaian dari puasa Ramadlan, maka
hari raya 'Idul Adha mengingatkan kita kepada peristiwa yang dialami oleh Nabi
Ibrahim AS beserta putranya Ismail AS ketika membangun Ka'bah serta pelaksanaan
ibadah hajji dan qurban.
Adapun
penyembelihan qurban yang dilakukan oleh ummat Islam mengingatkan kita kepada
suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS seperti yang
diungkapkan oleh Al-Qur'an dalam surat
Ash-Shaffat 100-103 dan ayat 107.
رَبّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّلِحِيْنَ. فَبَشَّرْنهُ بِغُلمٍ حَلِيْمٍ.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى اْلمَنَامِ
اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرى، قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ،
سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَ تَلَّه
لِلْجَبِيْنِ. الصفات:100-103
Ya
Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
shaleh.
Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang
amat shabar. Maka ketika anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah
apa pendapatmu". Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapati aku termasuk orang-orang
yang shabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis(nya) nyatalah keshabaran keduanya.
[QS.
Ash-Shaffat : 100-103]
وَ فَدَيْنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفات:107
Maka
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar.
[QS.
Ash-Shaffaat : 107]
Kisah
tersebut dengan berbagai perbedaan pendapat tentang bagaimana Allah menebus
Ismail dengan seekor sembelihan yang besar itu telah kita ketahui
bersama.
Yang perlu kita perhatikan terus-menerus dan kita renungkan
dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, adalah ketidak-ragu-raguan Nabi
Ibrahim dan kesiapan putranya (Ismail) menjalankan perintah tersebut.
Ibrahim diperintah menyembelih putranya yang sangat dicintainya, satu-satunya
anak yang diharap-harapkan kehadirannya, serta sudah sampai pada usia dapat
membantu ayahnya, dan Ibrahim
sama sekali tidak ragu-ragu untuk melaksanakan perintah tersebut;
pertanyaan beliau kepada Ismail "Maka pikirkanlah apa pendapatmu", bukan
merupakan ungkapan keraguan, melainkan untuk mengetahui sikap Ismail terhadap
perintah Allah kepada ayahnya. Sedangkan Ismail sendiri
ternyata menerima perintah tersebut dengan taslim, bersedia disembelih
ayahnya.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, itulah contoh iman yang benar, yakni siap
melaksanakan perintah Allah tanpa ragu-ragu, walaupun tampaknya membawa resiko
yang sangat berbahaya, bahkan mengancam keselamatan jiwa
sekalipun.
Iman yang benar tersebut menumbuhkan keyaqinan yang sangat dalam bahwa semua
perintah-perintah Allah pasti membawa kepada kebaikan dan keselamatan, walaupun
tampaknya membahayakan, dan semua larangan Allah pasti mengakibatkan kehancuran
bagi yang melanggarnya, sekalipun tampaknya menyenangkan.
Yang
perlu kita perhatikan lagi dari kisah tersebut di atas adalah bahwa iman yang
benar menjadikan orang sanggup mengorbankan apasaja yang dicintainya demi
kecintaannya kepada Allah serta mengharapkan ridla-Nya.
Dan orang yang benar-benar beriman akan mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya,
sebagaimana firman Allah dalam surat
At-Taubah berikut:
قُلْ اِنْ كَانَ ابَآؤُكُمْ وَ اَبْنَآؤُكُمْ وَ اِخْوَانُكُمْ وَ
اَزْوَاجُكُمْ وَ عَشِيْرَتُكُمْ وَ اَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَ تِجَارَةٌ
تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَ مَسكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مّنَ اللهِ وَ
رَسُوْلِه وَ جِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِه فَتَرَبَّصُوْا حَتّى يَأْتِيَ اللهُ
بِاَمْرِه، وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلفسِقِيْنَ. التوبة:24
Katakanlah,
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya
dan dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasiq.
[QS. At-Taubah : 24]
Kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada yang lain sebagaimana yang
ditegaskan Allah dalam ayat tersebut akan membuahkan
kenikmatan iman.
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ: اَنْ
يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَ اَنْ يُحِبَّ
اْلمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِى
اْلكُفْرِ بَعْدَ اَنْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُقْذَفَ فِى
النَّارِ. البخارى و مسلم
Tiga
perkara, barangsiapa memilikinya ia akan merasakan lezatnya iman : Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya
kepada yang lain, cinta kepada orang lain karena Allah, dan membenci kekafiran
sebagaimana ia merasa benci dicampakkan ke dalam neraka.
[HR. Bukhari dan Muslim]
Kecintaan
kepada Allah dan rasul-Nya melebihi segelanya itu akan
menjadikan orang mukmin tidak akan menjalin hubungan kasih-sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka bapak-bapak atau
anak-anak mereka sendiri.
لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ
يُوَآدُّوْنَ مَنْ حَآدَّ اللهَ وَ رَسُوْلَه وَ لَوْ كَانُوْآ ابَآءَهُمْ اَوْ
اَبْنآءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْ. المجادلة:22
Kamu
tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
[QS. Al-Mujadilah : 22]
Kecintaan
dan kebenciaan orang-orang mukmin kepada orang lain
tidak lagi didasarkan semata-mata pada faktor-faktor pribadi,
melainkan didasarkan
pada ridla Allah, sehingga orang-orang mukmin akan mencintai atau membenci
seseorang karena Allah.
اَوْثَقُ عُرَى اْلاِيْمَانِ: اْلمُوَالاَةُ فِى اللهِ وَ اْلمُعَادَاةُ
فِى اللهِ وَ اْلحُبُّ فِى اللهِ وَ اْلبُغْضُ فِى اللهِ. الطبرانى
Sekuat-kuat
ikatan iman adalah bershahabat karena Allah, bermusuhan karena Allah, cinta
karena Allah dan membenci karena Allah.
[HR. Thabrani]
Atas
dasar cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itulah persaudaraan dalam Islam
dibangun.
Pertama-tama Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu
bersaudara.
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ. الحجرات:10
Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.
[QS. Al-Hujurat : 10]
Sebagai
orang-orang yang bersaudara orang-orang mukmin saling
tolong-menolong
اْلمُؤْمِنُوْنَ وَ اْلمُؤْمِنتُ بَعْضُهُمْ
اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ. التوبة:71
Dan
orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain.
[QS. At-Taubah : 71]
Persaudaraan
sesama orang-orang mukmin tersebut oleh Nabi digambarkan sebagai anggota dari
tubuh yang satu, apabila salah satu anggota tubuh menderita sakit anggota tubuh
yang lain ikut merasakan.
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ
تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ، اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ
سَائِرُ اْلجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَ اْلحُمَّى. احمد و مسلم
Perumpamaan
kaum mukminin dalam saling mencintai, saling kasih-mengasihi, bantu-membantu
seperti satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka seluruh
tubuhnya merasa sakit, merasa demam dan tidak dapat tidur.
[HR. Ahmad, dan Muslim]
Oleh
karena itulah Nabi melarang sesama orang Islam saling medhalimi atau
membelakangi.
Kebalikannya, Nabi memerintahkan agar antara orang Islam yang satu dengan orang
Islam yang lain saling membantu untuk meringankan beban penderitaan mereka
masing-masing.
اْلمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يُسْلِمُهُ، مَنْ
كَانَ فِى حَاجَةِ اَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِى حَاجَتِهِ، وَ مَنْ فَرَّجَ عَنْ
مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
اْلقِيَامَةِ، وَ مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ. البخارى و مسلم
Seorang
muslim adalah saudara orang muslim lainnya. Tidak boleh
ia medhalimi dan tidak boleh membiarkan tidak
menolongnya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah
akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan
kesusahan saudaranya, maka Allah akan melepaskan
kesusahannya di hari qiyamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari
qiyamat
[HR. Bukhari dan Muslim].
Oleh karena
itu pula Nabi melarang sesama orang Islam
saling menghujat, meremehkan satu sama lain, apalagi mengolok-olok untuk
menjatuhkan golongan lain.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مّنْ قَوْمٍ عَسى
اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مّنْهُمْ، الحجرات:11
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan) memperolok-olok kaum
(golongan) yang lain. Boleh jadi mereka (yang diperolok-olok)
lebih baik daripada yang mengolok-olok
[QS.
Al-Hujurat : 11].
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مّنَ الظَّنّ،
اِنَّ بَعْضَ الظَّنّ اِثْمٌ وَّ لاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ
بَعْضًا، الحجرات:12
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka.
Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain.
[QS. Al-Hujurat 12].
Apabila
kesukaan
menghujat dan memperolok kelompok atau golongan lain tidak
dihentikan, niscaya perpecahan dalam agama Islam tidak bisa dihindarkan lagi.
Padahal berpecah-belah dalam agama itu merupakan tindakan
kemusyrikan.
وَ لاَ تَكُوْنُوْا مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ. مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا
دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ
فَرِحُوْنَ. الروم:31-32
Janganlah
kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama
mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka (Q.S.
Ar-Rum: 31-32)
Banyaknya
partai-partai politik yang bercirikan atau berasaskan Islam yang tampaknya
mustahil untuk disatukan lagi itu hendaknya justru dijadikan motiviasi untuk
menyemarakkan ukhuwah Islamiah dan menumbuhkan rasa kasih sayang diantara sesama
mukmin sehingga perbedaan ijtihad dalam
politik dan strategi perjuangan tidak akan menjadi sumber perpecahan
ummat, melainkan justru menjadi landasan untuk fastabiqul khairat yang
akan membuahkan kebaikan dan kemaslahatan bagi kita semua.
Setelah
persaudaran dan cinta kasih sesama mukmin, pada gilirannya, Allah melarang
orang-orang mukmin menjadikan orang-orang di luar kalangan mereka sebagai teman
kepercayaan, penolong, pelindung dan pemimpin.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مّنْ
دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً، وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ، قَدْ بَدَتِ
اْلبَغْضَآءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْ، وَ مَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ، قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ اْلايتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعقِلُوْنَ. ال عمران:118
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang di luar kalanganmu.
Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan
kepadamu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terang-kan kepadamu ayat-ayat (Kami) jika kamu memahaminya.
[QS. Ali Imran : 118]
Ayat
tersebut disamping melarang orang-orang mukmin untuk mengambil orang-orang di
luar kalangan mereka sebagai teman kepercayaan sekaligus menjelaskan alasan
pelarangan tersebut, yakni bahwa mereka tidak henti-hentinya menimbulkan
kemudlaratan kepada orang-oang mukmin dan bahwa mereka menyukai timbulnya
kesusahan pada orang-orang mukmin. Hal ini ditegaskan lebih lanjut oleh Allah dalam Surat Ali Imran
ayat 120.
اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ، وَ اِنْ تُصِبْكُمْ سَيّئَةٌ
يَّفْرَحُوْا بِهَا، وَ اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ
شَيْئًا، اِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ. ال عمران:120
Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapatkan bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bershabar dan
bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudlaratan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang
mereka kerjakan.
[QS. Ali Imran : 120].
Siapakah
mereka ? Mereka
terutama adalah
orang-orang yang suka menjadikan agama Islam sasaran ejekan, yakni
Ahli Kitab.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا
دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّ لَعِبًا مّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَ اْلكُفَّارَ اَوْلِيَآءَ، وَ اتَّقُوا اللهَ اِنْ كُنْتُمْ
مُّؤْمِنِيْنَ. المائدة:57
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi walimu orang-orang yang
membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan (yaitu) diantara orang-orang yang
telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir, dan bertaqwalah kepada
Allah jika kamu benar-benar termasuk orang-orang yang beriman.
[QS. Al-Maidah : 57]
Auliyaa'
dalam
ayat tersebut adalah jamak dari waliy, yang berarti
: teman akrab, pemimpin, pelindung atau
penolong.
Dalam
Surat Al-Maidah ayat 51 secara lebih tegas disebutkan bahwa mereka adalah
orang-orang Yahudi dan Nasrani.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا اْليَهُوْدَ وَ النَّصرى
اَوْلِيَآءَ، بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ، وَ مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَاِنَّه مِنْهُمْ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ الظّلِمِيْنَ. المائدة:51
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nashrani menjadi walimu, sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain.
Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang
itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang dhalim
[QS.
Al-Maidah : 51].
Pengambilan teman
akrab, teman kepercayaan, pelindung, dan pemimpin oleh orang-orang mukmin ini
bukan semata-mata urusan keduniaan, melainkan
urusan keimanan sehingga Allah menjadikannya tolok ukur beriman atau
tidaknya seseorang.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تُتْرَكُوْا وَ لَمَّا يَعْلَمِ اللهُ الَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَ لَمْ يَتَّخِذُوْا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَ لاَ رَسُوْلِه وَ
لاَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَلِيْجَةً، وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. التوبة:16
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (saja), sedang
Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad diantara kamu dan tidak
mengambil pelindung selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
[QS. At-Taubah : 16]
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa Allah belum mengakui pengakuan keimanan seseorang
sebelum terbukti orang tersebut mau berjihad di jalan Allah dan tidak menjadikan
teman akrab, teman kepercayaan, atau pelindung, selain Allah, Rasul-Nya dan
sesama orang-orang mukmin.
Orang-orang
yang mengambil orang-orang kafir sebagai penolong, sesungguhnya sama dengan mencari kekuatan dari orang-orang kafir, bukan
dari Allah.
َالَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ اْلكفِرِيْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ
اْلمُؤْمِنِيْنَ، اَ يَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ اْلعِزَّةَ فَاِنَّ اْلعِزَّةَ ِللهِ
جَمِيْعًا. النساء:139
Orang-orang
yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin, apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang-orang kafir ? Maka sesungguhnya semua kekuatan
itu adalah kepunyaan Allah.
[QS. An-Nissa' : 139].
Penolong
orang-orang mukmin sesungguhnya adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin
sendiri.
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُه وَ الَّذِيْنَ امَنُوا
الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلوةَ وَ يُؤْتُوْنَ الزَّكوةَ وَ هُمْ
رَاكِعُوْنَ. المائدة:55
Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan tunduk kepada Allah.
[QS. Al-Maidah : 55]
وَ مَنْ يَّتَوَلَّ اللهَ وَ رَسُوْلَه وَ الَّذِيْنَ امَنُوْا فَاِنَّ
حِزْبَ اللهِ هُمُ اْلغلِبُوْنَ. المائدة:56
Dan
barangsiapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang.
[QS. Al-Maidah : 56]
Sehubungan
dengan pengambilan seseorang menjadi pemimpin ini antara lain Nabi SAW memberi petunjuk sebagai berikut.
سَتَكُوْنُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ مِنْ بَعْدِى يَعِظُوْنَ بِاْلحِكْمَةِ
عَلَى مَنَابِرَ، فَاِذَا نَزَلُوْا افْتُلِسَتْ مِنْهُمْ وَ قُلُوْبُهُمْ اَنْتَنُ
مِنَ اْلجِيْفِ. الطبرانى
Sepeninggalku
nanti kamu akan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang
pandai memberikan nasehat-nasehat dengan penuh hikmat diatas mimbar. Tetapi bila
telah turun, mereka suka melakukan penipuan dan hati mereka lebih busuk daripada
bangkai.
[HR. Thabrani]
Hadits
tersebut menjelaskan akan muncul pemimpin yang manis
kata-katanya tetapi buruk perbuatannya.
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ
حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. احمد و الترمذى
Bahaya
yang ditimbulkan oleh orang-orang yang rakus terhadap harta dan ambisius
terhadap suatu jabatan bagi agamanya adalah lebih besar daripada bahayanya dua
serigala yang lapar dilepas di tengah-tengah sekumpulan
domba.
[HR. Ahmad dan Tirmidzi]
Orang
yang ambisius dan rakus dalam harta sangat berbahaya apabila menjadi pemimpin,
lebih berbahaya dari dua ekor serigala yang lapar bagi sekumpulan
domba.
Oleh karena itulah Rasulullah tidak mau memberikan jabatan kepada orang yang
ambisi terhadapnya
dan memintanya.
اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلِّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَأَلَهُ وَ
لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم و اللفظ له
Demi
Allah kami tidak akan mengangkat seseorang dalam suatu
jabatan pada orang yang memintanya dan pada orang yang berambisi pada jabatan
itu.
[HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi
Muslim].
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
muslimin dan muslimat yang berbahagia.
Itulah petunjuk Allah dan bimbingan Nabi SAW tentang hubungan
kita kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama mukmin. Selanjutnya, bagaimanakah hubungan kita dengan selain orang-orang
mukmin. Untuk itu marilah kita perhatikan firman Allah
dalam Surat Al-Mumtahanah berikut ini.
لاَ يَنْهيكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى
الدّيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَ
تُقْسِطُوْآ اِلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُقْسِطِيْنَ. اِنَّمَا يَنْهيكُمُ
اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ اَخْرَجُوْكُمْ مّنْ
دِيَارِكُمْ وَ ظَاهَرُوْا عَلى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْ، وَ مَنْ
يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولئِكَ هُمُ الظّلِمُوْنَ. الممتحنة:8-9
Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari
rumah/kampung halamanmu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
[QS. Al-Mumtahanah : 8]
Sesungguhnya
Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi
kamu karena agama dan mengusir kamu dari rumah/kampung halamanmu dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.
[QS. Al-Mumtahanah : 9]
Sehubungan
dengan hal ini Allah berfirman:
اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اْلكِتبَ بِاْلحَقّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ
النَّاسِ بِمَا اَرـكَ اللهُ، وَ لاَ تَكُنْ لّلْخَائِنِيْنَ خَصِيْمًا. النساء:105
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan
Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili
antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang
khianat.
[QS. An-Nisaa' : 105].
Sebab
turunnya ayat tersebut berkenaan dengan pencurian yang dilakukan oleh Thu'mah;
ia menyembunyikan curiannya itu di rumah seorang
Yahudi. Ia tidak mengakui perbuatannya melainkan malah
menuduh orang Yahudi itu yang melakukan pencurian. Kerabat
Thu'mah menyampaikan hal itu kepada Nabi dan meminta Nabi untuk membela Thu'mah
dan menghukum orang Yahudi tersebut, meskipun mereka mengetahui bahwa Thu'mahlah
yang mencuri. Nabi
hampir-hampir mempercayai tuduhan Thu'mah dan kerabatnya kepada
orang Yahudi itu. Allah pun menurunkan ayat 105
Surat
An-Nisaa' dan beberapa ayat berikutnya sebagai teguran
kepada Nabi.
Berdasar
ayat tersebut, apabila ada pertikaian antara orang-orang mukmin dengan
orang-orang di luar kalangan orang-orang mukmin bukan karena perkara agama dan
yang salah orang-orang mukmin, orang-orang mukmin tidak dibenarkan
membela.
"Benar atau salah adalah saudaraku dan oleh karenanya harus
saya bela", itu bukan doktrin Islam. Berbeda halnya apabila
pertikaian itu disebabkan karena agama dan orang Islam dibunuh, diusir, dan
dijarah harta bendanya serta dibakar rumahnya karena keislamannya, maka wajib
bagi orang-orang mukmin untuk membelanya, dan haram bagi orang-orang mukmin
berkawan dengan para pembunuh dan penjarah tersebut. Di
sinilah pemerintah, dalam hal ini ABRI, harus betul-betul siap dan sigap
mencegah timbulnya pembunuhan dan pengusiran terhadap sesama bangsa
Indonesia
karena agamanya.
Apabila ABRI lengah dan tidak adil dalam menangani pertikaian antar sesama
bangsa Indonesia
yang disebabkan oleh perbedaan agama, tidak bisa kita bayangkan lagi apa yang akan terjadi.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum
muslimin dan muslimat yang berbahagia, itulah antara lain pokok-pokok ajaran
Islam yang harus kita gunakan sebagai petunjuk dalam menyikapi berbagai
peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini yang dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Orang yang benar-benar beriman mencintai
Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya melebihi kecintaannya terhadap
segalanya.
2. Orang yang beriman tidak akan menjalin kasih sayang dan menjadikan kawan kepada
siapasaja yang menentang Allah dan Rasul-Nya.
3. Walinya orang mukmin hanyalah Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.
4. Sesama muslim adalah
bersaudara, tidak boleh saling berolok-olokan, mencari-cari kesalahan, tetapi
harus saling bantu-membantu, tolong-menolong bagaikan satu
tubuh.
5. Jangan memilih pemimpin yang berambisi untuk
menempati suatu jabatan/ kedudukan.
6. Jangan membangga-banggakan golongan dengan
memecah belah agama, yang akhirnya terjerumus kepada
kemusyrikan.
7.
Haram hukumnya seorang muslim membela orang yang salah sekalipun ia saudara
sesama muslim..
8.
Wajib bagi seorang muslim membela muslim yang lain yang
diperangi dan diusir dari kampung halamannya karena
agamanya.
Untuk
mengakhiri khutbah ini saya mengajak kaum muslimin dan muslimat terutama yang
ikut shalat 'Idul Adha di sini untuk bertindak sesuai dengan petunjuk Allah
dan Rasul-Nya tersebut. Jangan sok berani memanggil jihad dan menyerukan takbir mengajak
orang-orang Islam untuk berperang, tetapi ketika diseru untuk mengeluarkan uang,
ia bakhil; Itu bohong dan sekedar mencari popularitas. Kebalikannya jangan
takut, dan keluarkan harta
sebanyak-banyaknya apabila berdasar agama kita memang harus
berjihad. ABRI telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi
kerusuhan yang terjadi di Ambon
dan di Sambas dan kini kerusuhan di Ambon
dan Sambas tersebut telah mereda.
Kini yang diperlukan adalah amwal untuk mengatasi
kesulitan ekonomi saudara-saudara kita yang menjadi korban kerusuhan
tersebut. Oleh karena itu, lewat mimbar ini saya
mengajak kaum muslimin dan muslimat mengeluarkan hartanya sebanyak-banyaknya
untuk disumbangkan kepada mereka.
Kepada
saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang beragama lain, marilah kita jalin kehidupan bersama dengan saling
menghormati agama masing-masing. Jangan biarkan perbedaan
agama yang ada pada kita dijadikan alat oleh orang-orang yang tidak suka melihat
kita sebagai bangsa menjadi besar untuk mengadu domba dan memcah belah kita,
sehingga kita hancur berantakan.
Semoga
kaum muslimin dan muslimat dapat mengambil pelajaran dari firman Allah dan
hadits Nabi SAW tersebut, dan semoga langkah-langkah kita selalu dituntun oleh
Allah ke jalan yang diridlai-Nya.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ
تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ
ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ
بَرَكَاتُهُ.
~oO[ A ]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar