1/21/2013

KECINTAAN ORANG MUKMIN KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, pada hari ini ummat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di tanah suci Makkah Al-Mukarramah untuk melaksanakan rukun Islam yang ke lima, yakni ibadah hajji. Mereka menjalankan thawaf, sa'i, wukuf di 'Arafah, melempar jumrah serta ibadah-ibadah yang lain, yang telah ditentukan oleh syara'. Mereka berkumpul menjadi satu tanpa membedakan suku, bangsa, bahasa, warna kulit, pangkat, jabatan, status sosial ekonomi, dan sebagainya, dalam rangka memenuhi panggilan Allah :
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، اِنَّ اْلحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ اْلمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku sambut panggilan-Mu, sesungguh-nya segala puji, nikmat dan seluruh kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Hari raya 'Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya dalam Islam, yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Apabila hari raya 'Idul Fithri merupakan rangkaian dari puasa Ramadlan, maka hari raya 'Idul Adha mengingatkan kita kepada peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS beserta putranya Ismail AS ketika membangun Ka'bah serta pelaksanaan ibadah hajji dan qurban.
Adapun penyembelihan qurban yang dilakukan oleh ummat Islam mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS seperti yang diungkapkan oleh Al-Qur'an dalam surat Ash-Shaffat 100-103 dan ayat 107.
رَبّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّلِحِيْنَ. فَبَشَّرْنهُ بِغُلمٍ حَلِيْمٍ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ اِنّيْ اَرى فِى اْلمَنَامِ اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرى، قَالَ ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ، سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ. فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَ تَلَّه لِلْجَبِيْنِ. الصفات:100-103
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat shabar. Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu". Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapati aku termasuk orang-orang yang shabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya) nyatalah keshabaran keduanya. [QS. Ash-Shaffat : 100-103]
وَ فَدَيْنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفات:107
Maka Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [QS. Ash-Shaffaat : 107]
Kisah tersebut dengan berbagai perbedaan pendapat tentang bagaimana Allah menebus Ismail dengan seekor sembelihan yang besar itu telah kita ketahui bersama. Yang perlu kita perhatikan terus-menerus dan kita renungkan dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, adalah ketidak-ragu-raguan Nabi Ibrahim dan kesiapan putranya (Ismail) menjalankan perintah tersebut. Ibrahim diperintah menyembelih putranya yang sangat dicintainya, satu-satunya anak yang diharap-harapkan kehadirannya, serta sudah sampai pada usia dapat membantu ayahnya, dan Ibrahim  sama sekali tidak ragu-ragu untuk melaksanakan perintah tersebut; pertanyaan beliau kepada Ismail "Maka pikirkanlah apa pendapatmu", bukan merupakan ungkapan keraguan, melainkan untuk mengetahui sikap Ismail terhadap perintah Allah kepada ayahnya. Sedangkan Ismail sendiri ternyata menerima perintah tersebut dengan taslim, bersedia disembelih ayahnya.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, itulah contoh iman yang benar, yakni siap melaksanakan perintah Allah tanpa ragu-ragu, walaupun tampaknya membawa resiko yang sangat berbahaya, bahkan mengancam keselamatan jiwa sekalipun. Iman yang benar tersebut menumbuhkan keyaqinan yang sangat dalam bahwa semua perintah-perintah Allah pasti membawa kepada kebaikan dan keselamatan, walaupun tampaknya membahayakan, dan semua larangan Allah pasti mengakibatkan kehancuran bagi yang melanggarnya, sekalipun tampaknya menyenangkan.
Yang perlu kita perhatikan lagi dari kisah tersebut di atas adalah bahwa iman yang benar menjadikan orang sanggup mengorbankan apasaja yang dicintainya demi kecintaannya kepada Allah serta mengharapkan ridla-Nya. Dan orang yang benar-benar beriman akan mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi  segalanya, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah berikut:
قُلْ اِنْ كَانَ ابَآؤُكُمْ وَ اَبْنَآؤُكُمْ وَ اِخْوَانُكُمْ وَ اَزْوَاجُكُمْ وَ عَشِيْرَتُكُمْ وَ اَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَ تِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَ مَسكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مّنَ اللهِ وَ رَسُوْلِه وَ جِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِه فَتَرَبَّصُوْا حَتّى يَأْتِيَ اللهُ بِاَمْرِه، وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلفسِقِيْنَ. التوبة:24
Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum  keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq. [QS. At-Taubah : 24]
Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada yang lain sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam ayat tersebut akan membuahkan kenikmatan iman.
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ: اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَ اَنْ يُحِبَّ اْلمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِى اْلكُفْرِ بَعْدَ اَنْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. البخارى و مسلم
Tiga perkara, barangsiapa memilikinya ia akan merasakan lezatnya iman : Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada yang lain, cinta kepada orang lain karena Allah, dan membenci kekafiran sebagaimana ia merasa benci dicampakkan ke dalam neraka. [HR. Bukhari dan Muslim]
Kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya melebihi segelanya itu akan menjadikan orang mukmin tidak akan menjalin hubungan kasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka bapak-bapak atau anak-anak mereka sendiri.
لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ يُوَآدُّوْنَ مَنْ حَآدَّ اللهَ وَ رَسُوْلَه وَ لَوْ كَانُوْآ ابَآءَهُمْ اَوْ اَبْنآءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْ. المجادلة:22
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. [QS. Al-Mujadilah : 22]
Kecintaan dan kebenciaan orang-orang mukmin kepada orang lain tidak lagi didasarkan semata-mata pada faktor-faktor pribadi, melainkan didasarkan pada ridla Allah, sehingga orang-orang mukmin akan mencintai atau membenci seseorang karena Allah.
اَوْثَقُ عُرَى اْلاِيْمَانِ: اْلمُوَالاَةُ فِى اللهِ وَ اْلمُعَادَاةُ فِى اللهِ وَ اْلحُبُّ فِى اللهِ وَ اْلبُغْضُ فِى اللهِ. الطبرانى
Sekuat-kuat ikatan iman adalah bershahabat karena Allah, bermusuhan karena Allah, cinta karena Allah dan membenci karena Allah. [HR. Thabrani]
Atas dasar cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itulah persaudaraan dalam Islam dibangun. Pertama-tama Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara.
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ. الحجرات:10
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. [QS. Al-Hujurat : 10]
Sebagai orang-orang yang bersaudara orang-orang mukmin saling tolong-menolong
  اْلمُؤْمِنُوْنَ وَ اْلمُؤْمِنتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ. التوبة:71
Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. [QS. At-Taubah : 71]
Persaudaraan sesama orang-orang mukmin tersebut oleh Nabi digambarkan sebagai anggota dari tubuh yang satu, apabila salah satu anggota tubuh menderita sakit anggota tubuh yang lain ikut merasakan.
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ، اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَ اْلحُمَّى. احمد و مسلم
Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling kasih-mengasihi, bantu-membantu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya merasa sakit, merasa demam dan tidak dapat tidur. [HR. Ahmad, dan Muslim]
Oleh karena itulah Nabi melarang sesama orang Islam saling medhalimi atau membelakangi. Kebalikannya, Nabi memerintahkan agar antara orang Islam yang satu dengan orang Islam yang lain saling membantu untuk meringankan  beban penderitaan mereka masing-masing.
اْلمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ اَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِى حَاجَتِهِ، وَ مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَ مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. البخارى و مسلم
Seorang muslim adalah saudara orang muslim lainnya. Tidak boleh ia medhalimi dan tidak boleh membiarkan tidak menolongnya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan kesusahan saudaranya, maka Allah akan melepaskan kesusahannya di hari qiyamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat [HR. Bukhari dan Muslim].
Oleh  karena itu pula Nabi melarang sesama orang Islam  saling menghujat, meremehkan satu sama lain, apalagi mengolok-olok untuk menjatuhkan golongan lain.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مّنْ قَوْمٍ عَسى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مّنْهُمْ، الحجرات:11
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan) memperolok-olok kaum (golongan) yang lain. Boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik daripada yang mengolok-olok [QS. Al-Hujurat : 11].
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مّنَ الظَّنّ، اِنَّ بَعْضَ الظَّنّ اِثْمٌ وَّ لاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا، الحجرات:12
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. [QS. Al-Hujurat 12].
Apabila kesukaan  menghujat dan memperolok kelompok atau golongan lain tidak dihentikan, niscaya perpecahan dalam agama Islam tidak bisa dihindarkan lagi. Padahal berpecah-belah dalam agama itu merupakan tindakan kemusyrikan.
وَ لاَ تَكُوْنُوْا مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ. مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ. الروم:31-32
Janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (Q.S. Ar-Rum: 31-32)
Banyaknya partai-partai politik yang bercirikan atau berasaskan Islam  yang tampaknya mustahil untuk disatukan lagi itu hendaknya justru dijadikan motiviasi untuk menyemarakkan ukhuwah Islamiah dan menumbuhkan rasa kasih sayang diantara sesama mukmin sehingga perbedaan ijtihad dalam  politik dan strategi perjuangan tidak akan menjadi sumber perpecahan ummat, melainkan justru menjadi landasan untuk fastabiqul khairat yang akan membuahkan kebaikan dan kemaslahatan bagi kita semua.
Setelah persaudaran dan cinta kasih sesama mukmin, pada gilirannya, Allah melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang di luar kalangan mereka sebagai teman kepercayaan, penolong, pelindung dan pemimpin.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مّنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً، وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ، قَدْ بَدَتِ اْلبَغْضَآءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْ، وَ مَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ، قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلايتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعقِلُوْنَ. ال عمران:118
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan kepadamu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terang-kan kepadamu ayat-ayat (Kami) jika kamu memahaminya. [QS. Ali Imran : 118]
Ayat tersebut disamping melarang orang-orang mukmin untuk mengambil orang-orang di luar kalangan mereka sebagai teman kepercayaan sekaligus menjelaskan alasan pelarangan tersebut, yakni bahwa mereka tidak henti-hentinya  menimbulkan kemudlaratan kepada orang-oang mukmin dan bahwa mereka menyukai timbulnya kesusahan pada orang-orang mukmin. al ini ditegaskan lebih lanjut oleh Allah dalam Surt Ali Imran ayat 120Hal ini ditegaskan lebih lanjut oleh Allah dalam Surat Ali Imran ayat 120.
اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ، وَ اِنْ تُصِبْكُمْ سَيّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا، وَ اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا، اِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ. ال عمران:120
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapatkan bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bershabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudlaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. [QS. Ali Imran : 120].
Siapakah mereka ?  Mereka terutama adalah  orang-orang yang suka menjadikan agama Islam sasaran ejekan, yakni Ahli Kitab.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّ لَعِبًا مّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَ اْلكُفَّارَ اَوْلِيَآءَ، وَ اتَّقُوا اللهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ. المائدة:57
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi walimu orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir, dan bertaqwalah kepada Allah jika kamu benar-benar termasuk orang-orang yang beriman. [QS. Al-Maidah : 57]
Auliyaa' dalam ayat tersebut adalah jamak dari waliy, yang berarti : teman akrab, pemimpin, pelindung atau penolong.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 51 secara lebih tegas disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوا اْليَهُوْدَ وَ النَّصرى اَوْلِيَآءَ، بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ، وَ مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَاِنَّه مِنْهُمْ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ الظّلِمِيْنَ. المائدة:51
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi walimu, sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim [QS. Al-Maidah : 51].
Pengambilan  teman akrab, teman kepercayaan, pelindung, dan pemimpin oleh orang-orang mukmin ini bukan semata-mata urusan keduniaan, melainkan  urusan keimanan sehingga Allah menjadikannya tolok ukur beriman atau tidaknya seseorang.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تُتْرَكُوْا وَ لَمَّا يَعْلَمِ اللهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَ لَمْ يَتَّخِذُوْا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَ لاَ رَسُوْلِه وَ لاَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَلِيْجَةً، وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. التوبة:16
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (saja), sedang Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad diantara kamu dan tidak mengambil pelindung selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. At-Taubah : 16]
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah belum mengakui pengakuan keimanan seseorang sebelum terbukti orang tersebut mau berjihad di jalan Allah dan tidak menjadikan teman akrab, teman kepercayaan, atau pelindung, selain Allah, Rasul-Nya dan sesama orang-orang mukmin.
Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai penolong, sesungguhnya sama dengan mencari kekuatan dari orang-orang kafir, bukan dari Allah.
َالَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ اْلكفِرِيْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ اْلمُؤْمِنِيْنَ، اَ يَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ اْلعِزَّةَ فَاِنَّ اْلعِزَّةَ ِللهِ جَمِيْعًا. النساء:139
Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin, apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang-orang kafir ? Maka sesungguhnya semua kekuatan itu adalah kepunyaan Allah. [QS. An-Nissa' : 139].
Penolong orang-orang mukmin sesungguhnya adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin sendiri.
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُه وَ الَّذِيْنَ امَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلوةَ وَ يُؤْتُوْنَ الزَّكوةَ وَ هُمْ رَاكِعُوْنَ. المائدة:55
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan tunduk kepada Allah. [QS. Al-Maidah : 55]
وَ مَنْ يَّتَوَلَّ اللهَ وَ رَسُوْلَه وَ الَّذِيْنَ امَنُوْا فَاِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ اْلغلِبُوْنَ. المائدة:56
Dan barangsiapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. [QS. Al-Maidah : 56]
Sehubungan dengan pengambilan seseorang menjadi pemimpin ini antara lain Nabi SAW memberi petunjuk sebagai berikut. 
 سَتَكُوْنُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ مِنْ بَعْدِى يَعِظُوْنَ بِاْلحِكْمَةِ عَلَى مَنَابِرَ، فَاِذَا نَزَلُوْا افْتُلِسَتْ مِنْهُمْ وَ قُلُوْبُهُمْ اَنْتَنُ مِنَ اْلجِيْفِ. الطبرانى
Sepeninggalku nanti kamu akan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang pandai memberikan nasehat-nasehat dengan penuh hikmat diatas mimbar. Tetapi bila telah turun, mereka suka melakukan penipuan dan hati mereka lebih busuk daripada bangkai. [HR. Thabrani]
Hadits tersebut menjelaskan akan muncul pemimpin yang manis kata-katanya tetapi buruk perbuatannya.
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. احمد و الترمذى
Bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang yang rakus terhadap harta dan ambisius terhadap suatu jabatan bagi agamanya adalah lebih besar daripada bahayanya dua serigala yang lapar dilepas di tengah-tengah sekumpulan domba. [HR. Ahmad dan Tirmidzi]
Orang yang ambisius dan rakus dalam harta sangat berbahaya apabila menjadi pemimpin, lebih berbahaya dari dua ekor serigala yang lapar bagi sekumpulan domba. Oleh karena itulah Rasulullah tidak mau memberikan jabatan kepada orang yang ambisi terhadapnya  dan memintanya.
اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلِّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَأَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم و اللفظ له
Demi Allah kami tidak akan mengangkat seseorang dalam suatu jabatan pada orang yang memintanya dan pada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim].
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia. Itulah petunjuk Allah dan bimbingan Nabi SAW tentang hubungan kita kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama mukmin. Selanjutnya, bagaimanakah hubungan kita dengan selain orang-orang mukmin. Untuk itu marilah kita perhatikan firman Allah dalam Surat Al-Mumtahanah berikut ini.
لاَ يَنْهيكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَ تُقْسِطُوْآ اِلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُقْسِطِيْنَ. اِنَّمَا يَنْهيكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ اَخْرَجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ وَ ظَاهَرُوْا عَلى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْ، وَ مَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولئِكَ هُمُ الظّلِمُوْنَ. الممتحنة:8-9
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari rumah/kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [QS. Al-Mumtahanah : 8]
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari rumah/kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. [QS. Al-Mumtahanah : 9]
Sehubungan dengan hal ini Allah berfirman: 
اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اْلكِتبَ بِاْلحَقّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا اَرـكَ اللهُ، وَ لاَ تَكُنْ لّلْخَائِنِيْنَ خَصِيْمًا. النساء:105
Sesungguhnya Kami telah menurunkan  Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang khianat. [QS. An-Nisaa' : 105].
Sebab turunnya ayat tersebut berkenaan dengan pencurian yang dilakukan oleh Thu'mah; ia menyembunyikan curiannya itu di rumah seorang Yahudi. Ia tidak mengakui perbuatannya melainkan malah menuduh orang Yahudi itu yang melakukan pencurian. Kerabat Thu'mah menyampaikan hal itu kepada Nabi dan meminta Nabi untuk membela Thu'mah dan menghukum orang Yahudi tersebut, meskipun mereka mengetahui bahwa Thu'mahlah yang mencuri. Nabi  hampir-hampir mempercayai tuduhan Thu'mah dan kerabatnya kepada orang Yahudi itu. Allah pun menurunkan ayat 105 Surat An-Nisaa' dan beberapa ayat berikutnya sebagai teguran kepada Nabi.
Berdasar ayat tersebut, apabila ada pertikaian antara orang-orang mukmin dengan orang-orang di luar kalangan orang-orang mukmin bukan karena perkara agama dan yang salah orang-orang mukmin, orang-orang mukmin tidak dibenarkan membela. "Benar atau salah adalah saudaraku dan oleh karenanya harus saya bela", itu bukan doktrin Islam. Berbeda halnya apabila pertikaian itu disebabkan karena agama dan orang Islam dibunuh, diusir, dan dijarah harta bendanya serta dibakar rumahnya karena keislamannya, maka wajib bagi orang-orang mukmin untuk membelanya, dan haram bagi orang-orang mukmin berkawan dengan para pembunuh dan penjarah tersebut. Di sinilah pemerintah, dalam hal ini ABRI, harus betul-betul siap dan sigap mencegah timbulnya pembunuhan dan pengusiran terhadap sesama bangsa Indonesia karena agamanya. Apabila ABRI lengah dan tidak adil dalam menangani pertikaian antar sesama bangsa Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan agama, tidak bisa kita bayangkan lagi apa yang akan terjadi.
  اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, itulah antara lain pokok-pokok ajaran Islam yang harus kita gunakan sebagai petunjuk dalam menyikapi berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini yang dapat dirangkum sebagai berikut :
1.  Orang yang benar-benar beriman mencintai Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya melebihi kecintaannya terhadap segalanya.
2.  Orang yang beriman tidak akan menjalin kasih sayang dan menjadikan kawan kepada siapasaja yang menentang Allah dan Rasul-Nya.
3.  Walinya orang mukmin hanyalah  Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.
4.  Sesama muslim adalah bersaudara, tidak boleh saling berolok-olokan, mencari-cari kesalahan, tetapi harus saling bantu-membantu, tolong-menolong bagaikan satu tubuh.
5.  Jangan memilih pemimpin yang berambisi untuk menempati suatu jabatan/ kedudukan.
6.  Jangan membangga-banggakan golongan dengan memecah belah agama, yang akhirnya terjerumus kepada kemusyrikan.
7. Haram hukumnya seorang muslim membela orang yang salah sekalipun ia saudara sesama muslim..
8. Wajib bagi seorang muslim membela muslim yang lain yang diperangi dan diusir dari kampung halamannya karena agamanya.
Untuk mengakhiri khutbah ini saya mengajak kaum muslimin dan muslimat terutama yang ikut shalat 'Idul Adha di sini untuk  bertindak sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya tersebut. Jangan sok berani memanggil  jihad dan menyerukan takbir mengajak orang-orang Islam untuk berperang, tetapi ketika diseru untuk mengeluarkan uang, ia bakhil; Itu bohong dan sekedar mencari popularitas. Kebalikannya jangan takut, dan keluarkan harta  sebanyak-banyaknya apabila berdasar agama kita memang harus berjihad. ABRI telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kerusuhan yang terjadi di Ambon dan di Sambas dan kini kerusuhan di Ambon dan Sambas tersebut telah mereda. Kini yang diperlukan adalah amwal untuk mengatasi kesulitan ekonomi saudara-saudara kita yang menjadi korban kerusuhan tersebut. Oleh karena itu, lewat mimbar ini saya mengajak kaum muslimin dan muslimat mengeluarkan hartanya sebanyak-banyaknya untuk disumbangkan kepada mereka.
Kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang beragama lain, marilah kita jalin kehidupan bersama dengan saling menghormati agama masing-masing. Jangan biarkan perbedaan agama yang ada pada kita dijadikan alat oleh orang-orang yang tidak suka melihat kita sebagai bangsa menjadi besar untuk mengadu domba dan memcah belah kita, sehingga kita hancur berantakan.
Semoga kaum muslimin dan muslimat dapat mengambil pelajaran dari firman Allah dan hadits Nabi SAW tersebut, dan semoga langkah-langkah kita selalu dituntun oleh Allah ke jalan yang diridlai-Nya.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ.
~oO[ A ]Oo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...