Adab majlis dan teman duduk yang
baik.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى
اْلمَجلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ، وَ اِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا
فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا
اْلعِلْمَ دَرَجتٍ، وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. المجادلة: 11
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu,
“Berlapang-lapanglah
dalam majlis”,
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu”,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan. [QS. Al-Mujadalah : 11]
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: كُنَّا اِذَا اَتَيْنَا النَّبِيَّ ص
جَلَسَ اَحَدُنَا حَيْثُ يَنْتَهِى. ابو داود و 4: 258، رقم: 4825
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata,
“Adalah
kami apabila datang kepada Nabi SAW, seseorang diantara kami duduk dimana saja
ia sampai”.
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 258, no. 4825]
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
يَقُوْلُ: خَيْرُ اْلمَجَالِسِ اَوْسَعُهَا. ابو داود 4: 257، رقم: 4820
Dari Abu Sa’id
Al-Khudriy, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Sebaik-baik
majlis adalah yang luas (longgar)”.
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 257, no. 4820]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَامَ
لَهُ رَجُلٌ مِنْ مَجْلِسِهِ فَذَهَبَ لِيَجْلِسَ فِيْهِ، فَنَهَاهُ رَسُوْلُ اللهِ
ص. ابو داود 4: 258، رقم: 4828
Dari Ibnu ‘Umar,
ia berkata :
Ada Seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah SAW, lalu ada seorang laki-laki yang lain bangkit dari
tempat duduknya, lalu pergi agar didudukinya. Lalu Rasulullah
SAW melarangnya. [HR. Abu
Dawud juz 4, hal. 258, no. 4828]
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ اَبِى اْلحَسَنِ قَالَ: جَاءَنَا اَبُوْ بَكْرَةَ
فِى شَهَادَةٍ، فَقَامَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ مَجْلِسِهِ، فَاَبَى اَنْ يَجْلِسَ
فِيْهِ، وَ قَالَ: اِنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى عَنْ ذَا. ابو داود 4: 258، رقم: 4827
Dari Sa’id
bin Abul Hasan, ia berkata : Abu Bakrah datang dalam
suatu kesaksian, lalu ada seorang laki-laki yang bangkit dari tempat duduknya,
maka Abu Bakrah enggan untuk duduk pada tempat tersebut, dan ia berkata,
“Sesungguhnya
Nabi SAW melarang dari yang demikian itu”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 258, no.
4827]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يُقِيْمَنَّ اَحَدُكُمُ
الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ. مسلم 4: 1714
Dari Ibnu ‘Umar,
dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Janganlah
sekali-kali seseorang diantara kalian menyuruh seseorang berdiri dari tempat
duduknya, lalu ia mendudukinya”.
[HR Muslim juz 4, hal. 1714]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ يُقِيْمَنَّ
اَحَدُكُمْ اَخَاهُ ثُمَّ يَجْلِسُ فِى مَجْلِسِهِ. وَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ اِذَا
قَامَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ مَجْلِسِهِ لَمْ يَجْلِسْ فِيْهِ. مسلم 4: 1714
Dari Ibnu ‘Umar
bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Janganlah
sekali-kali seseorang diantara kalian menyuruh saudaranya untuk berdiri, lalu ia
menempati tempat duduknya”.
Dan adalah Ibnu ‘Umar
apabila ada seorang laki-laki yang berdiri dari tempat duduknya untuk
menghormatinya, ia tidak mau duduk padanya. [HR. Muslim juz 4, hal.
1714]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ
الرَّجُلَ مِنْ مَقْعَدِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ، وَ لكِنْ تَفَسَّحُوْا وَ
تَوَسَّعُوْا. مسلم 4: 1714
Dari Ibnu ‘Umar,
dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Janganlah
seseorang menyuruh orang lain untuk berdiri dari tempat
duduknya lalu ia duduk di situ, akan tetapi longgarkanlah dan
luaskanlah”.
[HR Muslim juz 4, hal. 1714]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
عَمْرٍو عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ اَنْ يُفَرّقَ بَيْنَ
اثْنَيْنِ اِلاَّ بِاِذْنِهِمَا. ابو داود 4: 262، رقم: 4845
Dari ‘Amr
bin Syu’aib
dari ayahnya, dari Abdullah bin ‘Amr,
dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tidak
halal bagi seseorang untuk memisahkan diantara dua orang (yang duduk), kecuali
dengan izin dari keduanya”.
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 262, no. 4845]
عَنْ حُذَيْفَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَعَنَ مَنْ جَلَسَ وَسَطَ
اْلحَلْقَةِ. ابو داود 4: 258، رقم: 4826
Dari Hudzaifah, bahwasanya Rasulullah SAW
mela’nat
orang yang duduk di tengah-tengah lingkaran orang. [HR. Abu Dawud juz
4, hal. 258, no. 4826]
عَنْ اَبِىْ مِجْلَزٍ اَنَّ رَجُلاً قَعَدَ وَسَطَ اْلحَلْقَةِ. فَقَالَ
حُذَيْفَةُ: مَلْعُوْنٌ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ ص اَوْ لَعَنَ اللهُ عَلَى لِسَانِ
مُحَمَّدٍ ص مَنْ قَعَدَ وَسَطَ اْلحَلْقَةِ. الترومذى 4: 183، رقم: 2901، و قال حديث حسن صحيح
Dari Abu Mijlaz bahwasanya ada seorang
laki-laki duduk di tengah-tengah lingkaran orang, maka Hudzaifah berkata,
“Ia
dilaknat atas lisan Nabi Muhammad SAW”
atau “Allah
mela’nat
atas lisan Nabi Muhammad SAW terhadap orang yang duduk di tengah-tengah
lingkaran orang”.
[HR. Tirmidzi, juz 4, hal. 183, no. 2901, dan ia berkata
: Hadits hasan shahih]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا قَامَ
اَحَدُكُمْ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ رَجَعَ اِلَيْهِ فَهُوَ اَحَقُّ بِهِ. مسلم 4: 1715
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila
seseorang diantara kalian berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia kembali lagi
ke tempat itu, maka ia lebih berhak (untuk duduk padanya)”.
[HR. Muslim juz 4, hal. 1715]
عَنْ وَهْبِ بْنِ حُذَيْفَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَلرَّجُلُ
اَحَقُّ بِمَجْلِسِهِ، وَ اِنْ خَرَجَ لِحَاجَتِهِ ثُمَّ عَادَ فَهُوَ اَحَقُّ
بِمَجْلِسِهِ. الترمذى 4: 183، رقم:
2899
Dari Wahab bin Hudzaifah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Seseorang
itu lebih berhak pada tempat duduknya. Dan apabila ia keluar
untuk suatu keperluan, kemudian ia kembali lagi, maka ia lebih berhak
pada tempat duduknya itu”.
[HR. Tirmidzi juz 4, hal. 183, no. 2899]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا كَانَ ثَلاَثَةً
فَلاَ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُوْنَ وَاحِدٍ. مسلم 4: 1717
Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, “Apabila ada tiga orang, maka tidak boleh berbisik-bisik dua orang,
tanpa melibatkan yang satu”. [HR. Muslim juz 4, hal.
1717]
عنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا كُنْتُمْ
ثَلاَثَةً فَلاَ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُوْنَ اْلآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوْا
بِالنَّاسِ مِنْ اَجْلِ اَنْ يُحْزِنَهُ. مسلم 4: 1718
Dari ‘Abdullah, ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian
bertiga, maka tidak boleh dua orang berbisik-bisik tanpa melibatkan yang lain,
sehingga kalian bercampur dengan orang banyak, karena bisa membuatnya
susah”. [HR. Muslim juz 4,
hal. 1718]
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ:
اِيَّاكُمْ وَ اْلجُلُوْسَ بِالطُّرُقَاتِ، فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا
لَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا بُدٌّ نَتَحَدَّثُ فِيْهَا. فَقَالَ: اِذَا اَبَيْتُمْ
فَاَعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ. قَالُوْا: وَ مَا حَقُّ الطَّرِيْقِ يَا رَسُوْلَ
اللهِ؟ قَالَ: غَضُّ اْلبَصَرِ، وَ كَفُّ اْلاَذَى، وَ رَدُّ السَّلاَمِ، وَ
اْلاَمْرُ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ النَّهْيُ عَنِ اْلمُنْكَرِ. البخارى 7: 126
Dari Abu Sa’id
Al-Khudriy RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Hati-hatilah
kalian dari duduk-duduk di jalan”.
Para shahabat berkata, “Ya
Rasulullah, kami tidak bisa meninggalkan tempat duduk kami sama sekali dimana
kami berbincang-bincang padanya”.
Maka Rasulullah SAW bersabda, “Jika
kalian enggan (meninggalkannya), maka berikanlah hak jalan”.
Para shahabat bertanya, “Apa
itu hak jalan, ya Rasulullah ?”.
Beliau bersabda, “Menundukkan
pandangan, menghilangkan gangguan, menjawab salam, amar
ma’ruf
dan nahi munkar”.
[HR. Bukhari juz 7, hal. 126]
عَنْ اَبِى مُوْسَى رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَثَلُ
اْلجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَ اْلجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ اْلمِسْكِ وَ
كِيْرِ اْلحَدَّادِ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ اْلمِسْكِ اِمَّا تَشْتَرِيْهِ
اَوْ تَجِدُ رِيْحَهُ، وَ كِيْرُ اْلحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ اَوْ ثَوْبَكَ اَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً. البخارى 3: 16
Dari Abu Musa RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan teman duduk yang shalih dan teman duduk
yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan perapian tukang besi, tidak
boleh tidak akan kamu dapati dari penjual minyak wangi itu, boleh jadi kamu
membelinya atau mencium bau harumnya, sedangkan perapian tukang besi (bisa)
membakar badanmu atau pakaianmu, atau kamu mencium bau busuknya". [HR.
Bukhari juz 3, ha. 16]
عَنْ اَبِى مُوْسَى عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّمَا مَثَلُ
اْلجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَ اْلجَلِيْسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ اْلمِسْكِ وَ نَافِخِ
اْلكِيْرِ. فَحَامِلُ اْلمِسْكِ اِمَّا اَنْ يُحْذِيَكَ وَ اِمَّا اَنْ تَبْتَاعَ
مِنْهُ وَ اِمَّا اَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيّبَةً. وَ نَافِخُ اْلكِيْرِ
اِمَّا اَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَ اِمَّا اَنْ تَجِدَ رِيْحًا
خَبِيْثَةً. مسلم
4: 2026
Dari Abu Musa, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya
perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti
pembawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun pembawa minyak wangi, boleh
jadi ia akan memberimu atau kamu akan membeli (minyak
wangi) darinya, atau kamu akan mendapati bau harumnya. Adapun tukang pandai
besi, boleh jadi akan membakar pakaianmu, atau kamu
akan mendapatkan bau busuknya". [HR. Muslim juz 4, hal. 2026]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَثَلُ اْلجَلِيْسِ
الصَّالِحِ كَمَثَلِ صَاحِبِ اْلمِسْكِ اِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ شَيْءٌ اَصَابَكَ
مِنْ رِيْحِهِ وَ مَثَلُ اْلجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ اْلكِيْرِ اِنْ
لَمْ يُصِبْكَ مِنْ سَوَادِهِ اَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ. ابو داود 4: 259، رقم: 4829
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “Perumpamaan
teman duduk yang baik seperti pemilik minyak wangi, jika kamu tidak mendapatkan
dari minyaknya sedikitpun, paling tidak kamu mencium bau wanginya. Dan
perumpamaan teman duduk yang buruk adalah seperti tukang pandai besi, jika kamu
tidak terkena
hitam-hitamnya, paling tidak kamu mendapatkan bau busuknya.
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 259, no. 4829]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar