TERORISME
DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
Disampaikan
oleh : Al-Ustadz Drs. Ahmad
Sukina
Dalam
pengajian ICMI Orsat Surakarta
Jum’at,
27
September 2001
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
TERORISME
DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
Sebelum
kita membahas tentang terorisme menurut pandangan agama Islam, terlebih dahulu
marilah kita pahami tentang pengertian terorisme.
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, artinya
:
Terorisme :
Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai
suatu tujuan (terutama tujuan politik).
Tetoris :
adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut
(biasanya untuk tujuan politik).
Teror :
perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan
ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
Selanjutnya
mari kita cermati dan kita tela’ah kembali ajaran Islam, agama yang diridlai
Allah SWT, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya di
dunia yang sedang kita jalani sekarang ini, maupun kebahagiaan hidup yang haqiqi
di akhirat kelak.
Allah
SWT mengutus nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam di tengah-tengah
manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar bagi
manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka.
Allah SWT berfirman :
وَ مَآ اَرْسَلْنكَ اِلاَّ رَحْمَةً لّلْعَالَمِيْنَ. الانبياء: 107
Dan
tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.
[QS. Al-Anbiyaa’ : 107]
وَ مَآ اَرْسَلْنكَ اِلاَّ كَآفَّةً لّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّ نَذِيْرًا
وَّ لكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ. سبأ:28
Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya, sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.
[QS. Saba’
:
28]
... قَدْ جَآءَكُمْ مّنَ اللهِ نُوْرٌ وَّ كِتبٌ
مُّبِيْنٌ. يَهْدِيْ بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَه سُبُلَ السَّلاَمِ وَ
يُخْرِجُهُمْ مّنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ بِإِذْنِه وَ يَهْدِيْهِمْ اِلى
صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ. المائدة:15-16
Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang
menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
[QS. Al-Maaidah : 15-16]
لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى اْلمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ
رَسُوْلاً مّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ ايتِه وَ يُزَكّيْهِمْ وَ
يُعَلّمُهُمُ اْلكِتبَ وَ اْلحِكْمَةَ وَ اِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَللٍ
مُّبِيْنٍ. ال عمران:164
Sungguh
Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus
di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah.
Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
[QS. Ali Imran : 164]
Dari
ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, menerangkan bahwa
Nabi Muhammad SAW dan Islam yang diserukannya, benar-benar membawa rahmat di
alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita (tanpa mengetahui
tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang, sehingga mengetahui jalan yang
lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang menyelamatkan
hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Bahkan
sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan,
sebagaimana peringatan Allah dalam surat
Ali Imran : 103
وَ اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً
فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِه اِخْوَانًا ... ال عمران:103
Dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu
(masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara
...
[QS. Ali Imran 103]
Oleh
karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi
Muhammad SAW membawa dinul Islam ini.
Karena hanya dengan Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup
rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang. Dengan mengabaikan
Islam, maka dunia akan kacau-balau, terorisme timbul di
mana-mana seperti sekarang ini.
Agama
Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai kepribadian yang suci
pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji, sebagaimana
dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, antara lain :
فَبِمَا رَحَمْةٍ مّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَ لَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيْظَ اْلقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ. ال عمران:159
Maka
disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu.
[QS. Ali Imran : 159]
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِاْلمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. التوبة:128
Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
[QS. At-Taubah : 128]
Dalam
ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat lemah-lembut
serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada manusia,
maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan yang
dirasakan oleh manusia tersebut.
Rasulullah
SAW bersabda :
اِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرّفْقَ فِى اْلاَمْرِ كُلّهِ وَ يُعْطِى
عَلَيْهِ مَا لاَ يُعْطَى عَلَى اْلعُنْفِ. البخارى
Sesungguhnya
Allah itu lemah-lembut.
Ia mencintai kelemah-lembutan dalam segala hal. Dan Dia
akan memberi apa yang tidak Dia berikan kepada
kekerasan.
[HR. Bukhari]
اِنَّ اْلفُحْشَ وَ التَّفَحُّشَ لَيْسَ مِنَ اْلاِسْلاَمِ فِى شَيْءٍ
وَ اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. الترمذى
Kejahatan
dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran
Islam. Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling
baik akhlaqnya.
[HR. Tirmidzi]
وَ اِذَا اَحَبَّ اللهُ عَبْدًا اَعْطَاهُ الرّفْقَ. مَا مِنْ اَهْلِ
بَيْتٍ يُحَرَّمُونَ الرّفْقَ اِلاَّ حُرِمُوْا. الطبرانى و ابوداود
Dan
apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang
(kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih
sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan.
[HR. Thabrani dan Abu Dawud]
Dalam
suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang ‘Arab gunung kencing di masjid, lalu
orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman.
Kemudian melihat kemarahan para shahabat tersebut, beliau bersabda :
دَعُوْهُ وَ اَرِيْقُوْا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءٍ اَوْ
ذَنُوْبًا مِنْ مَاءٍ، فَاِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسّرِيْنَ وَ لَمْ تُبْعَثُوْا
مُعَسّرِيْنَ. البخارى
Biarkanlah
dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember atau setimba air, karena
sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi kemudahan bukan diutus untuk
membuat kesukaran/kesusahan.
[HR. Bukhari]
Dalam
sabdanya yang lain :
عَنْ اَنَسٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: يَسّرُوْا وَ لاَ تُعَسّرُوا وَ
بَشّرُوْا وَ لاَ تُنَفّرُوْا. البخارى و مسلم
Dari
Anas RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit.
Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”.
[HR. Bukhari dan Muslim]
Setelah
kita cermati kembali tentang dinul Islam sekaligus peribadi Rasulullah SAW yang
diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan dinul Islam ke seluruh ummat manusia,
maka jelas sekali bahwa terorisme sama sekali tidak dikenal, bahkan bertolak
belakang dengan ajaran Islam.
Terorisme
dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan cara-cara lain
untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada manusia untuk mencapai
tujuan.
Sedangkan
Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa khabar gembira tidak menjadikan
manusia takut dan lari, serta membawa kepada kemudahan, tidak menimbulkan
kesusahan, dan tidak ada paksaan.
Bahkan
dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi SAW berpesan
kepada para shahabat, sabda beliau
:
ياَاَيُّهَا النَّاسُ، لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ اْلعَدُوّ، وَ
اسْأَلُوا اللهَ اْلعَافِيَةَ، فَاِنْ لَقِيْتُمُ اْلعَدُوَّ فَاصْبِرُوْا وَ
اعْلَمُوْا اَنَّ اْلجَنَّةَ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُّوْفِ. البخارى و مسلم، فى نور اليقين:149-150
Hai
manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan mohonlah kepada
Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila kalian bertemu dengan musuh,
maka bershabarlah dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah bahwasanya surga itu
dibawah bayangan pedang”.
[HR. Bukhari dan Muslim, dalam Nurul Yaqin :
149-150]
Pesan
Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau terhadap jiwa manusia,
sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari bertemu musuh agar tidak
terjadi marabahaya.
Namun kalau terpaksa bertemu dengan musuh, jangan takut dan
jangan dihadapi dengan hawa nafsu yang melampaui batas, tetapi hendaklah
dihadapi dengan shabar dan tabah, karena surga di bawah bayangan
pedang.
Memang
kedua hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda.
Terorisme biasanya digunakan untuk tujuan politik, kekuasaan,
sedangkan Islam bertujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kebahagiaan
hidupnya dengan dilandasi rasa kasih sayang hanya semata-mata mengharap ridla
Allah SWT.
Oleh
karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan bahwa
“politik itu kotor”, karena dalam mencapai tujuannya dengan menghalalkan segala
cara, sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian bagi
seorang muslim haram hukumnya mendukung, mengikuti alur
politik yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan
politiknya.
Yang
demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh berpolitik, tidak boleh
meraih kekuasaan.
Boleh berpolitik, tetapi tidak boleh keluar dari bingkai
Islam, dengan tujuan untuk kejayaan Islam dengan mengharap ridla Allah
semata-mata.
Dalam
mencapai kesuksesan cita-cita harokahnya, Rasulullah melalui cara-cara yang
ditunjukkan oleh Allah serta berusaha memenuhi persyaratan untuk memperoleh
janji Allah, karena janji Allah pasti tepat dan tidak perlu
diragukan.
Rasulullah
SAW membina kekuatan dari bawah, sebagaimana firman Allah
:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَ فَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ. تُؤْتِي اُكُلَهَا كُلَّ
حِيْنٍ بِاِذْنِ رَبّهَا، وَ يَضْرِبُ اللهُ اْلاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُوْنَ. وَ مَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةٍ اجْتُثَّتْ
مِنْ فَوْقِ اْلاَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ. ابراهيم:24-26
Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan idzin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat-kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.
[QS. Ibrahim : 24-26]
Rasulullah
membina dasar tauhid pada ummat manusia + 10 tahun di Makkah dengan penuh
tantangan, tindak kekejaman dan terorisme dilakukan oleh orang-orang musyrikin
dan kafirin Makkah terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Namun
teror-teror yang dilakukan oleh mereka tidak menjadikan kaum muslimin takut,
malah makin bertambah kuat dan mendorong lebih dekat dan berserah diri
(tawakkal) kepada Allah SWT.
Dalam
suatu peristiwa, orang kafir melakukan teror dengan ucapan
:
اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ
اِيْمَانًا وَّ قَالُوْا حَسْبُنَا اللهُ وَ نِعْمَ اْلوَكِيْلُ. ال عمران:173
Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab,
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
pelindung”.
[QS. Ali Imran : 173]
Itulah
buah tauhid yang kuat, bagaikan pohon yang baik, tidak akan tumbang walaupun dihempas badai topan yang
dahsyat.
Untuk
menumbuhkan pohon-pohon yang baik seperti itu perlu menanam dan memelihara
dengan sungguh-sungguh, bekerja keras dan ikhlash, semata-mata karena Allah,
tidak mudah tergiur dengan tipudaya dunia yang dapat membelokkan cita-cita yang
mulia.
Oleh
karena itu ketika Rasulullah mendapat tawaran materi, bahkan akan diangkat menjadi raja (penguasa) di negeri itu asalkan
beliau mau berhenti dari dakwahnya, dengan tegas beliau menjawab, “Andaikata
kamu dapat menaruh bulan dan matahari di kedua tanganku, aku tidak akan berhenti
berdakwah, sehingga agama Allah ini menjadi terang (menjadi kehidupan manusia)
atau aku mati karena membelanya”.
Dengan
kuat beliau menanamkan kepada ummatnya akan janji
Allah.
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى اْلاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِهِمْ، وَ لَيُمَكّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضى لَهُمْ وَ
لَيُبَدّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا، يَعْبُدُوْنَنِيْ وَ لاَ
يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا، وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَاُولئِكَ هُمُ
اْلفسِقُوْنَ. النور:55
Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridlai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.
[QS. An-Nuur : 55]
Penekanan
pada akhir ayat tersebut perlu mendapat perhatian bagi kita semua, terutama para
politikus muslim, “Barangsiapa tetap kafir sesudh janji itu”, maksudnya : Dengan memilih cara lain dalam mencapai tujuannya
dan meninggalkan jalan yang dijanjikan oleh Allah, yakni dengan memperkokoh iman
serta memperbanyak amal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang
fasiq.
وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلفسِقِيْنَ. التوبة:24
Dan
Allah tidak menunjuki orang-orang yang fasiq.
[QS. At-Taubah : 24]
Kaum
politisi yang ada sekarang sekalipun muslim, pada
umumnya tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan praktek yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Mereka berjuang hanya untuk memperoleh kursi
(kedudukan).
Maka
tidak ada kegiatan dakwah untuk membina ummat secara serius agar mempunyai
landasan dasar tauhid yang kuat seperti pohon yang baik sebagaimana yang
digambarkan oleh Allah SWT.
Da’i
kaum politisi aktif berdakwah menyelenggarakan pengajian-pengajian dan
kegiatan-kegiatan keagamaan hanya ketika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) untuk
meraih simpati dari masyarakat, dan setelah selesai Pemilu selesai pulalah
kegiatan-kegiatan tersebut.
Sudah tidak lagi ada pengajian-pengajian, aktifitas-aktifitas
sebagaimana sebelum terselenggaranya Pemilu.
Maka
hasilnya seperti pohon yang jelek, akarnya rapuh, tidak memiliki daya
tahan.
Jangankan dengan hempasan badai topan yang besar, dengan angin
sepoi-sepoi saja cukup dapat menumbangkan pohon tersebut, dan terangkat
seakar-akarnya sehingga tidak lagi dapat tegak berdiri. Keadaan yang demikian itu, maka tidak perlu tawaran kursi raja
sebagaimana yang ditawarkan kepada Nabi, melainkan dengan kursi RT pun sudah
cukup dapat merontokkan tujuan dakwah yang sangat
mulia.
Dengan
alasan kesibukan tugasnya sebagai RT sudah tidak ada waktu lagi (tidak ada
tempat) untuk membina ummat, berdakwah, menyelenggarakan pengajian dan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain guna memperbaiki aqidah dan pengamalan
agamanya dalam kehidupan sehari-hari, نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ ذلِكَ (Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian) Kalau demikian keadaannya, apa yang kita
harapkan dari kaum politisi untuk Islam ini ? Politikus Islam pun kadang lepas
dari kendali agama, dengan entengnya menghina, merendahkan, bahkan memfitnah
untuk menjatuhkan sesama muslim, hanya karena berbeda
aspirasi politiknya, bahkan sampai menghalalkan darahnya.
Keadaan
yang demikian, akibatnya ukhuwah Islamiyah rusak, timbul saling
dengki-mendengki, benci-membenci sehingga ummat Islam menjadi lumpuh tidak
berdaya, sekalipun jumlahnya besar.
Padahal Allah SWT telah memperingatkan
:
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مّنْ قَوْمٍ عَسى
اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مّنْهُمْ. الحجرات:11
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan) memperolok-olok kaum
(golongan) yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik
dari mereka (yang memperolok-olok).
[QS. Al-Hujuraat : 11]
Nabi
SAW telah memperingatkan juga bahwa sesama muslim
adalah saudara dan haram darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya. Namun itu semua tidak diindahkan.
Memperhatikan
praktek-praktek yang ada, rasanya tidak tampak partai yang memperjuangkan Islam
di negeri ini, bahkan terjebak dalam pertikaian, terorisme, saling menjatuhkan
untuk mencapai tujuan, baik partai yang beridentitas Islam maupun yang tidak
beridentitas Islam, hampir tidak ada bedanya.
Oleh
karena itu melalui kesempatan ini semoga dapat menjadi jembatan, menyadarkan
para politikus muslim, hendaklah mempererat persaudaraan sesama muslim, walaupun
berbeda partai, tetapi tetap membawa misi yang sama
:
عِزُّ اْلاِسْلاَمِ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ (kejayaan Islam dan muslimin)
dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk Allah dan praktek Rasulullah dalam menggalang
ummat, serta menghindari terorisme dalam mencapai tujuan.
Dengan
demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam pandangan agama Islam tidak
dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam.
Semoga bermanfaat.
اَللّهُمّ اَرِنَا اْلحَقَّ حَقًّا وَ ارْزُقْنَا اتّبَاعَهُ وَ اَرِنَا
اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. اَللّهُمَّ اِنَّا اَعُوْذُ بِكَ
مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَ غَلَبَةِ اْلعَدُوّ وَ شَمَاتَةِ اْلاَعْدَاءِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
mampir juga disini,
BalasHapushttp://www.bakatsuper.com/2016/10/islam-melarang-terorisme.html