Tentang
larangan berlaku dhalim
Firman
Allah SWT :
وَ الَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَهُمُ اْلبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُوْنَ. وَ جَزؤُا سَيّئَةٍ سَيّئَةٌ مِثْلُهَا، فَمَنْ عَفَا وَ اَصْلَحَ
فَاَجْرُه عَلَى اللهِ، اِنَّه لاَ يُحِبُّ الظّلِمِيْنَ. وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِه فَاُولئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مّنْ سَبِيْلٍ. اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّاسَ
وَ يَبْغُوْنَ فِى اْلاَرْضِ
بِغَيْرِ اْلحَقّ، اُولئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ، وَ
لَمَنْ صَبَرَ وَ غَفَرَ اِنَّ ذلِكَ لَمِنْ عَزْمِ
اْلاُمُوْرِ. الشورى:39-43
Dan
(bagi) orang-orang yang
apabila mereka diperlakukan dengan dhalim mereka membela diri.
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang dhalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang
membela diri karena teraniaya, maka tidak ada jalan untuk menyalahkan mereka. Sesungguhnya ada jalan (untuk menyalahkan) orang-orang yang berbuat
dhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu
mendapat adzab yang pedih. Tetapi orang yang bershabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang
demikian termasuk hal-hal yang diutamakan.
[Asy-Syuura
: 39 - 43]
Hadits-hadits
Nabi SAW
:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَلْمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يَخْذُلُهُ، وَ لاَ
يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى ههُنَا. وَ يُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ
الشَّرّ اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ. كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ
حَرَامٌ دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ. مسلم 4: 1986
Dari
Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Orang Islam itu saudaranya orang Islam yang
lain.
Tidak boleh berlaku dhalim kepadanya, tidak boleh membiarkannya (dengan tidak mau menolongnya), dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu di sini”, sambil menunjuk dada beliau tiga kali. “Cukuplah seseorang itu berbuat jahat apabila ia merendahkan saudaranya orang Islam yang lain.
Tiap-tiap orang Islam terhadap orang Islam yang lain adalah haram darahnya, kehormatannya dan harta bendanya”.
[HR. Muslim juz 4, hal.
1986]
عَنْ اَبِى ذَرّ رض عَنِ النَّبِيّ ص فِيْمَا
يَرْوِى عَنْ رَبّهِ عَزَّ وَ جَلَّ اَنَّهُ قَالَ: يَا عِبَادِى اِنّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ
عَلَى نَفْسِى، وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا
فَلاَ تَظَّالَمُوْا. مسلم و الترمذى و ابن ماجه
Dari
Abu Dzarr RA dari Nabi SAW didalam apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya 'Azza wa jalla, sesungguhnya Dia berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedhaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya pula haram diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku dhalim”.
[HR. Muslim, Tirmidzi dan
Ibnu Majah]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِتَّقُوا الظُّلْمَ فَاِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ اتَّقُوا الشُّحَّ فَاِنَّ
الشُّحَّ اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى اَنْ سَفَكُوْا دِمَاءَهُمْ، وَ اسْتَحَلُّوْا
مَحَارِمَهُمْ. مسلم 4: 1996
Dari
Jabir bin ‘Abdullah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhkanlah kalian dari berlaku dhalim, karena sesungguhnya (berlaku) dhalim itu (menyebabkan) kegelapan pada hari qiyamat, dan jauhkanlah kalian dari (berlaku) kikir, karena sesungguhnya kikir itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan bisa mendorong mereka hingga menumpahkan darah dan menghalalkan yang haram”.
[HR. Muslim juz 4, hal.
1996]
عَنِ اْلهِرْمَاسِ بْنِ زِيَادٍ رض قَالَ:
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَخْطُبُ عَلَى نَاقَتِهِ، فَقَالَ: اِيَّاكُمْ وَ اْلخِيَانَةَ فَاِنَّهَا بِئْسَتِ اْلبِطَانَةُ، وَ اِيَّاكُمْ وَ الظُّلْمَ فَاِنَّهُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ اِيَّاكُمْ وَ الشُّحَّ فِاِنَّمَا
اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الشُّحُّ، حَتَّى سَفَكُوْا دِمَاءَهُمْ، وَ
قَطَّعُوْا اَرْحَامَهُمْ. الطبرانى فى
الكبير و الاوسط فى الترغيب و
الترهيب 3: 184
Dari
Al-Hirmas bin Ziyad RA,
ia berkata : Saya pernah melihat Rasulullah SAW berpidato di atas ontanya. Beliau bersabda, “Jauhkanlah kalian dari khianat, karena sesungguhnya khianat itu seburuk-buruk perilaku, jauhkanlah kalian dari dhalim, karena sesungguhhya dhalim itu (menyebabkan) kegelapan-kegelapan
pada hari qiyamat, dan jauhkanlah kalian dari kikir, karena sesungguhnya kikir itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian sehingga mereka menumpahkan darah dan memutus persaudaraan”.
[HR. Thabarani di dalam Al-Kabir dan Al-Ausath, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal.
184]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَتَدْرُوْنَ مَا اْلمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا
مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَ لاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: اِنَّ
اْلمُفْلِسَ مِنْ اُمَّتِى مَنْ يَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَ صِيَامٍ وَ زَكَاةٍ
وَ يَأْتِى وَ قَدْ شَتَمَ هذَا، وَ قَذَفَ هذَا، وَ
اَكَلَ مَالَ هذَا. وَ سَفَكَ دَمَ هذَا، وَ ضَرَبَ
هذَا؛ فَيُعْطَى هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَ هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَاِنْ فَنِيَتْ
حَسَنَاتُهُ قَبْلَ اَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ اُخِذَ
مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى
النَّارِ. مسلم 4: 1997
Dari
Abu Hurairah RA ia berkata :
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tahukah kamu siapakah orang yang disebut pailit itu ?”. Jawab shahabat, “Orang yang disebut pailit diantara kami ialah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya barang-barang”. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya
orang yang disebut pailit dari ummatku ialah orang yang datang pada hari qiyamat lengkap dengan membawa (pahala) shalatnya, puasanya dan zakatnya. Tetapi di samping itu ia
telah mencaci ini dan menuduh ini, memakan hartanya ini dan menumpahkan darahnya ini dan memukul ini, maka diberikan kepada orang yang dianiaya itu dari (pahala) kebaikan amalnya, dan kepada orang yang lainnya lagi (dari pahala) kebaikan amalnya. Maka apabila telah habis (pahala) kebaikannya itu dan belum terbayar semua tuntutan orang-orang yang pernah dianiaya itu, maka diambilkan dari dosa-dosa orang yang telah dianiaya itu dan ditanggungkan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka”.
[HR. Muslim juz 4, hal.
1997]
عَنْ اَبِى حُمَيْدٍ السَّاعِدِيّ رض قَالَ: اِسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ ص رَجُلاً
مِنَ اْلاَزْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اْلاُتَبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ. فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ:
هذَا لَكُمْ وَ هذَا اُهْدِيَ لِى، قَالَ: فَهَلاَّ
جَلَسَ فِى بَيْتِ اَبِيْهِ
اَوْ بَيْتِ اُمّهِ
فَيَنْظُرَ اَ يُهْدَى لَهُ اَمْ لاَ. وَ الَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يَأْخُذُ اَحَدٌ مِنْهُ شَيْئًا
اِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى
رَقَبَتِهِ اِنْ كَانَ بَعِيْرًا لَهُ رُغَاءٌ اَوْ بَقَرَةً لَهُ خُوَارٌ اَوْ
شَاةً تَيْعِرُ. ثُمَّ رَفَعَ بِيَدِهِ حَتَّى رَاَيْنَا عُفْرَةَ اِبْطَيْهِ: اَللّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ، اَللّهُمَّ هَلْ
بَلَّغْتُ ثَلاَثًا. البخارى 3: 136
Dari
Abu Humaid As-Saa’idiy RA
ia berkata : Rasulullah SAW pernah mengangkat seseorang dari suku Al-Azdi yang bernama Ibnul Utabiyyah untuk mengumpulkan zakat. Setelah orang itu kembali kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Yang ini buat kamu dan ini untuk saya (saya mendapat hadiah dari orang-orang)”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Kenapa ia tidak duduk menanti di rumah bapaknya saja atau di rumah ibunya, apakah ia akan diberi hadiah atau tidak. Demi Tuhan yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah seseorang mengambil sesuatu darinya kecuali ia akan
datang pada hari qiyamat dengan membawanya di tengkuknya. Maka ada yang membawa unta yang bersuara, atau lembu yang melenguh, atau kambing yang mengembik”. Kemudian beliau mengangkat tangannya sehingga kami melihat putih kedua ketiaknya, beliau berdoa, “Alloohumma hal ballaghtu, Alloohumma hal ballaghtu”. (Ya
Allah, bukankah sudah aku sampaikan), beliau mengucapkannya tiga kali. [HR.
Bukhari juz 3, hal. 136]
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَقُوْلُ اللهُ:
اِشْتَدَّ غَضَبِى عَلَى مَنْ ظَلَمَ مَنْ لاَ يَجِدُ لَهُ نَاصِرًا غَيْرِى. الطبرانى فى
الصغير و الاوسط، فى الترغيب
و الترهيب 3: 188
Dari
Ali RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : Allah berfirman, “Aku sangat murka kepada orang yang berbuat dhalim terhadap orang lain yang orang itu tidak mempunyai penolong selain Aku”.
[HR. Thabarani di dalam Ash-Shaghir dan Al-Ausath, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal.
188]
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ رض قَالَتْ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُمْ تَخْتَصِمُوْنَ اِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ اَنْ
يَكُوْنَ اَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَاَقْضِى لَهُ عَلَى نَحْوٍ مِمَّا اَسْمَعُ مِنْهُ فَمَنْ
قَطَعْتُ لَهُ مِنْ حَقّ اَخِيْهِ شَيْئًا فَلاَ
يَأْخُذْهُ فَاِنَّمَا اَقْطَعُ لَهُ بِهِ قِطْعَةً مِنَ
النَّارِ. مسلم 3: 1337
Dari
Ummu Salamah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kalian mengadukan
perselisihan kepadaku, barangkali sebagian kalian lebih pintar berhujjah (beralasan) dari pada sebagian yang lain, kemudian aku memberikan keputusan kepadanya berdasarkan apa yang aku dengar darinya. Maka barangsiapa yang aku beri sepotong dari haq saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya, karena berarti aku memberinya sepotong api neraka”.
[HR. Muslim juz 3, hal
1337]
عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُنْصُرْ اَخَاكَ ظَالِمًا اَوْ مَظْلُوْمًا،
قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُوْمًا، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ
ظَالِمًا؟ قَالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ. البخارى 3: 98
Dari
Anas RA, ia berkata :
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tolonglah saudaramu yang berbuat dhalim maupun yang didhalimi !”. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, kami bisa menolongnya kalau dia didhalimi, tetapi bagaimana cara kami menolong orang yang berbuat dhalim ?”.
Rasulullah SAW menjawab,
“Kamu mencegah dari kedua tangannya (perbuatannya)”.
[HR. Bukhari juz 3, hal. 98]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص
قَالَ: لاَ تَظْلِمُوْا فَتَدْعُوْا فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ، وَتَسْتَسْقُوْا
فَلاَ تُسْقَوْا، وَتَسْتَنْصِرُوْا فَلاَ تُنْصَرُوْا. الطبرانى، فى
الترغيب و الترهيب 3: 184
Dari
Ibnu Mas'ud RA, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda, “Janganlah kalian berlaku dhalim, (jika kalian berlaku dhalim), maka (akibatnya) kalian berdoa (kepada Allah) tidak dikabulkan, kalian minta hujan tidak diberi hujan, dan kalian mohon kemenangan tidak diberi kemenangan”.
[HR. Thabarani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 184]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص
بَعَثَ مُعَاذًا اِلَى اْليَمَنِ فَقَالَ: اِتَّقِ
دَعْوَةَ اْلمَظْلُوْمِ فَاِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَ
بَيْنَ اللهِ حِجَابٌ. البخارى 3: 99
Dari
Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah mengutus Mu'adz ke Yaman, maka Rasulullah SAW berpesan, “Takutlah kamu dari doanya orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara doa itu dan antara Allah tidak ada penghalangnya”.
[HR. Bukhari juz 3, hal. 99]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْوَةُ اْلمَظْلُوْمِ مُسْتَجَابَةٌ، وَ اِنْ كَانَ فَاجِرًا، فَفُجُوْرُهُ عَلَى نَفْسِهِ. احمد باسناد حسن، فى الترغيب و الترهيب 3: 187
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda,
“Doanya orang yang teraniaya itu terkabul, walaupun dia itu orang yang durhaka, karena kedurhakaannya itu urusan dia sendiri (kepada Allah)”.
[HR. Ahmad dengan sanad
hasan, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 187]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْوَتَانِ
لَيْسَ بَيْنَهُمَا وَ بَيْنَ اللهِ حِجَابٌ: دَعْوَةُ اْلمَظْلُوْمِ، وَ دَعْوَةُ
اْلمَرْءِ ِلاَخِيْهِ بِظَهْرِ اْلغَيْبِ. الطبرانى، فى
الترغيب و الترهيب 3: 187
Dari
Ibnu Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda “Ada
dua doa yang antaranya dan antara Allah tidak ada penghalang, yaitu doanya orang yang teraniaya dan doanya seseorang terhadap saudaranya dimana orang yang didoakan itu tidak mengetahuinya”.
[HR. Thabarani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 187]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar