Tentang
musik dan nyanyian
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص مَرَّ بِبَعْضِ
الْمَدِيْنَةِ فَاِذَا هُوَ بِجَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِدُفّهِنَّ وَ يَتَغَنَّيْنَ وَ
يَقُلْنَ: نَحْنُ جَوَارٍ مِنْ بَنِى النَّجَّارِ، يَا حَبَّذَا مُحَمَّدٌ مِنْ
جَارٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اَللهُ يَعْلَمُ اَنّى َلاُحِبُّكُنَّ. ابن ماجه 1: 612، رقم: 1899
Dari Anas bin
Malik, bahwasanya Nabi SAW pernah melewati bagian dari kota Madinah, tiba-tiba
beliau melewati para wanita yang memukul rebana dan bernyanyi, mereka
mengucapkan, “Kami tetangga
dari Bani Najjar. Alangkah baiknya Muhammad sebagai
tetanggaku”. Maka Nabi SAW
bersabda, “Allah mengetahui
bahwa aku mencintai kalian”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 612, no. 1899]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّهَا زَفَّتِ امْرَأَةً اِلىَ رَجُلٍ مِنَ
اْلاَنْصَارِ فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: يَا عَائِشَةُ، مَا كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ
فَاِنَّ اْلاَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ. البخارى 6: 140
Dari
‘Aisyah
bahwasanya ia mengantar (mengiring) pengantin perempuan kepada pengantin
laki-laki dari kaum Anshar, lalu Nabiyyullah SAW bersabda, “Hai
‘Aisyah, apakah
tidak ada hiburan pada kalian, karena sesungguhnya orang-orang Anshar itu suka
hiburan”. [HR. Bukhari
juz 6, hal. 140]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اَنْكَحَتْ عَائِشَةُ ذَاتَ قَرَابَةٍ لَهَا
مِنَ اْلاَنْصَارِ فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: اَهْدَيْتُمُ اْلفَتَاةَ؟
قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: اَرْسَلْتُمْ مَعَهَا مَنْ يُغَنّى؟ قَالَتْ: لاَ.
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلاَنْصَارَ قَوْمٌ فِيْهِمْ غَزَلٌ. فَلَوْ
بَعَثْتُمْ مَعَهَا مَنْ يَقُوْلُ: اَتَيْنَاكُمْ اَتَيْنَاكُمْ فَحَيَّانَا
وَحَيَّاكُمْ. ابن ماجه 1: 612، رقم: 1898
Dari Ibnu
‘Abbas, ia
berkata : Dahulu ‘Aisyah pernah
menikahkan kerabatnya dari kaum Anshar, lalu Rasulullah SAW datang dan bersabda,
“Apakah kalian
mengantarkan wanita (pengantin perempuan) ?”. Mereka
menjawab, “Ya”. Beliau SAW
bertanya, “Apakah kalian
mengantarkannya disertai dengan orang yang akan menyanyi ?”.
‘Aisyah menjawab,
“Tidak”. Maka
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
kaum Anshar itu adalah kaum yang suka hiburan. Alangkah baiknya kalau kalian
mengantar dengan disertai orang yang menyanyikan, “Kami datang
kepada kalian, kami datang kepada kalian, penghormatan kepada kami dan
penghormatan kepada kalian”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 612, no. 1898]
عَنْ اَبِى اْلحُسَيْنِ (اِسْمُهُ خَالِدٌ الْمَدَنِيُّ) قَالَ: كُنَّا
بِالْمَدِيْنَةِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَ اْلجَوَارِى يَضْرِبْنَ بِالدُّفّ وَ
يَتَغَنَّيْنَ، فَدَخَلْنَا عَلَى الرُّبَيّعِ بِنْتِ مُعَوّذٍ، فَذَكَرْنَا ذلِكَ
لَهَا، فَقَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ ص: صَبِيْحَةَ عُرْسِي وَ عِنْدِى
جَارِيَتَانِ يَتَغَنَّيَانِ وَ تَنْدُبَانِ آبَائِى الَّذِيْنَ قُتِلُوْا يَوْمَ
بَدْرٍ، وَ تَقُوْلاَنِ فِيْمَا تَقُوْلاَنِ. وَ فِيْنَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِى
غَدٍ. فَقَالَ: اَمَّا هذَا، فَلاَ تَقُوْلُوْهُ، مَا يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ اِلاَّ
اللهُ. بن ماجه 1: 611، رقم: 1897
Dari Abul Husain
(nama aslinya Khalid Al-Madaniy), ia berkata : Dahulu ketika kami di Madinah
pada hari ‘Aasyuuraa’, pada waktu itu
ada wanita-wanita sedang memukul rebana dan bernyanyi, lalu kami masuk pada
Rubayyi’ binti
Mu’awwidz, lalu
kami ceritakan kepadanya yang demikian itu. Maka dia berkata,
“Dahulu
Rasulullah SAW datang kepada saya pada pagi hari pernikahan saya, sedangkan di
dekat saya ada dua wanita yang bernyanyi yang dalam liriknya (isinya)
menyebutkan tentang kebaikan orang-orang tuaku yang gugur di perang Badr, dan
diantara yang mereka nyanyikan adalah, “Dan diantara
kita ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok
pagi”. Maka
(Rasulullah SAW) menegur, “Adapun kata-kata
yang ini jangan kalian ucapkan, karena tidak ada yang mengetahui apa yang
terjadi besok pagi, kecuali Allah”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 611, no. 1897]
عَنْ خَالِدِ بْنِ ذَكْوَانَ قَالَ: قَالَتِ الرُّبَيّعُ بِنْتُ
مُعَوّذِ بْنِ عَفْرَاءَ، جَاءَ النَّبِيُّ ص فَدَخَلَ حِيْنَ بُنِيَ عَلَيَّ
فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِى كَمَجْلِسِكَ مِنّى فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا
يَضْرِبْنَ بِالدُّفّ وَ يَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِى يَوْمَ بَدْرٍ اِذْ
قَالَتْ اِحْدَاهُنَّ وَ فِيْنَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ. فَقَالَ: دَعِى
هذِهِ وَ قُوْلِى بِالَّذِى كُنْتِ تَقُوْلِيْنَ. البخارى 6: 137
Dari Khalid bin
Dzakwan, ia berkata : Rubayyi’ binti
Mu’awwidz bin
‘Afraa’ berkata :
Dahulu Nabi SAW datang lalu masuk ketika diselenggarakan pernikahanku, lalu
beliau duduk di atas tikarku seperti dudukmu di dekatku, lalu anak-anak
perempuan kami mulai menabuh rebana dan bernyanyi dengan menyanjung kepahlawanan
orang-orang tuaku yang gugur pada perang Badr. Ada salah satu diantara mereka
yang bernyanyi yang syairnya, “Di kalangan kita
ada Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok pagi”. Lalu beliau
bersabda, “Tinggalkanlah
ini dan ucapkanlah (nyanyikanlah) apa yang tadi kamu
nyanyikan”. [HR. Bukhari
juz 6, hal. 137]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ اَبُوْ بَكْرٍ وَ عِنْدِى
جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِى اْلاَنْصَارِ. تُغَنّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ بِهِ
اْلاَنْصَارُ فِى يَوْمِ بُعَاثٍ. قَالَتْ وَ لَيْسَتَا بِمُغَنّيَتَيْنِ. فَقَالَ
اَبُوْ بَكْرٍ: اَ بِمَزْمُوْرِ الشَّيْطَانِ فِى بَيْتِ النَّبِيّ ص، وَ ذلِكَ فِى
يَوْمِ عِيْدِ اْلفِطْرِ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: يَا اَبَا بَكْرٍ اِنَّ لِكُلّ
قَوْمٍ عِيْدًا وَ هذَا عِيْدُنَا. ابن ماجه 1: 612، رقم: 1898
Dari
‘Aisyah, ia
berkata Abu Bakar pernah datang kepada saya, sedangkan waktu itu ada dua wanita
diantara wanita-wanita Anshar yang bernyanyi dengan syair-syair yang diucapkan
orang-orang Anshar pada hari perang Bu’aats,
‘Aisyah
mengatakan bahwa kedua wanita tersebut pekerjaannya bukan sebagai penyanyi. Lalu
Abu Bakar berkata, “Apakah dengan
seruling syaithan di rumah Nabi SAW ?”. Dan kejadian
itu pada hari raya ‘idul fithri.
Maka Nabi SAW bersabda, “Hai Abu Bakar,
sesungguhnya masing-masing kaum mempunyai hari raya, dan pada hari ini adalah
hari raya kita”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 612, no. 1898]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا وَ عِنْدَهَا
جَارِيَتَانِ فِى اَيَّامِ مِنًى تُدَفّفَانِ وَ تَضْرِبَانِ وَ النَّبِيُّ ص
مُتَغَشّ بِثَوْبِهِ فَانْتَهَرَهُمَا اَبُوْ بَكْرٍ فَكَشَفَ النَّبِيُّ ص عَنْ
وَجْهِهِ وَ قَالَ: دَعْهُمَا يَا اَبَا بَكْرٍ، فَاِنَّهَا اَيَّامُ عِيْدٍ. وَ
تِلْكَ اْلاَيَّامُ اَيَّامُ مِنًى. وَ قَالَتْ عَائِشَةُ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص
يَسْتُرُنِى وَ اَنَا اَنْظُرُ اِلىَ اْلحَبَشَةِ وَ هُمْ يَلْعَبُوْنَ فِى
الْمَسْجِدِ، فَزَجَرَهُمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص دَعْهُمْ اَمْنًا بَنِى
اَرْفِدَةَ يَعْنِى مِنَ اْلاَمْنِ. البخارى 2: 11
Dari
‘Aisyah,
bahwasanya pada hari Mina Abu Bakar datang kepadanya, sedangkan di dekatnya ada
dua wanita yang bernyanyi dan bermain rebana, sedangkan Nabi SAW menutupi
wajahnya dengan pakaiannya, lalu Abu Bakar membentak kedua wanita (yang bermain
rebana tadi), maka Nabi SAW membuka wajahnya dan bersabda, “Biarkan keduanya
hai Abu Bakar, karena ini adalah hari raya. Dan hari itu adalah hari-hari
Mina”.
‘Aisyah berkata,
“Aku melihat Nabi
SAW menutupiku, sedangkan aku melihat kaum Habsyi mereka bermain di masjid. Maka
(‘Umar) membentak
mereka”. Lalu Nabi SAW
bersabda, “Biarkanlah aman
kaum Bani Arfidah, yakni dengan aman”. [HR. Bukhari
juz 2, hal. 11]
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَصْلُ
بَيْنَ اْلحَلاَلِ وَ اْلحَرَامِ الدُّفُّ وَ الصَّوْتُ فِى النّكَاحِ. ابن ماجه 1: 611، رقم: 1896
Dari Muhammad
bin Haathib, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Yang membedakan
antara yang halal dan yang haram adalah rebana dan suara (diumumkannya) dalam
pernikahan”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 611, no. 1896]
عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَعْلِنُوْا هذَا النّكَاحَ، وَ
اضْرِبُوْا عَلَيْهِ بِاْلغِرْبَالِ. ابن ماجه 1: 611، رقم: 1895
Dari
‘Aisyah, dari
Nabi SAW, beliau bersabda, “Umumkanlah
pernikahan ini, dan pukullah rebana padanya”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 611, no. 1895, dla’if karena di
dalam sanadnya ada perawi bernama Khalid bin Ilyas (Abul Haitsam Al-‘Adawiy)]
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِيْ بَعْضِ مَغَازِيْهِ
فَلَمَّا انْصَرَفَ جَاءَتْ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ
اِنّيْ كُنْتُ نَذَرْتُ اِنْ رَدَّكَ اللهُ سَالِمًا اَنْ اَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْكَ
بِالدُّفّ وَ اَتَغَنَّى. قَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنْ كُنْتِ نَذَرْتِ
فَاضْرِبِيْ وَ اِلاَّ فَلاَ. فَجَعَلَتْ تَضْرِبُ فَدَخَلَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ هِيَ
تَضْرِبُ، ثُمَّ دَخَلَ عَلِيٌّ وَ هِيَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ وَ هِيَ
تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَاَلْقَتِ الدُّفَّ تَحْتَ اِسْتِهَا ثُمَّ قَعَدَتْ
عَلَيْهِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَخَافُ مِنْكَ يَا
عُمَرُ، اِنّيْ كُنْتُ جَالِسًا وَ هِيَ تَضْرِبُ، فَدَخَلَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ هِيَ
تَضْرِبُ، ثُمَّ دَخَلَ عَلِيٌّ وَ هِيَ تَضْرِبُ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ وَ هِيَ
تَضْرِبُ، فَلَمَّا دَخَلْتَ اَنْتَ يَا عُمَرُ، اَلْقَتِ الدُّفّ. الترمذي 5: 285، رقم: 3773، وصححه
Dari Buraidah,
ia berkata : Rasulullah SAW pernah pergi dalam salah satu peperangan, ketika
beliau kembali, ada seorang wanita berkulit hitam yang menyambut kedatangan
beliau itu sambil mengatakan, “Ya Rasulullah,
sungguh aku telah bernadzar, jika Allah mengembalikan engkau dengan selamat, aku
akan menabuh rebana sambil bernyanyi di hadapanmu. Maka jawab beliau,
“Kalau benar kamu
telah bernadzar, maka tabuhlah, tetapi kalau tidak bernadzar, jangan kamu
tabuh”. Lalu wanita
itu menabuhnya. Tiba-tiba Abu Bakar masuk ke rumah Nabi SAW, sedang si wanita
tadi masih tetap menabuh. Lalu ‘Ali menyusul
masuk, sedang si wanita tadi masih tetap menabuh. Kemudian ‘Utsman menyusul
masuk, dan si wanita tadi masih tetap menabuh. Lalu datanglah
‘Umar, maka si
wanita tadi (berhenti menabuh) dan menyembunyikan rebananya itu di bawah
pinggulnya lalu mendudukinya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Sungguh syaithan
benar-benar takut kepadamu hai ‘Umar. Aku duduk
sedang si wanita itu menabuh rebana, kemudian Abu Bakar masuk, sedang si wanita
itu tetap saja menabuh rebana, menyusul ‘Ali masuk, si
wanita itu tetap menabuh rebana, lalu ‘Utsman masuk,
sedang si wanita itu tetap saja menabuh rebana. Tetapi begitu kamu masuk, maka
wanita itu spontan menyembunyikan rebananya”. [HR. Tirmidzi
juz 5, hal. 285, no. 3773, dan ia menshahihkannya]
Keterangan
:
A. Musik atau
ma’aazif adalah
semua alat yang menimbulkan bunyi-bunyian, baik dengan cara dipukul, digesek,
dipetik, ditiup, ditekan dan lain sebagainya.
Dari
hadits-hadits di atas bisa kita pahami bahwa bermain musik, melihat, maupun
mendengarkan musik adalah sudah ada sejak jaman Nabi SAW, dan beliaupun tidak
melarangnya. Dan bisa pula kita pahami bahwa bermain musik dan bernyanyi,
melihat maupun mendengarkannya, hukumnya adalah mubah
(boleh).
B Ada sebagian
kaum muslimin yang berpendapat bahwa bermain musik itu hukumnya haram berdasar
hadits-hadits sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ غَنْمٍ اْلاَشْعَرِيّ قَالَ: حَدَّثَنِي
اَبُوْ عَامِرٍ اَوْ اَبُوْ مَالِكٍ اْلاَشْعَرِيُّ وَ اللهِ مَا كَذَبَنِى سَمِعَ
النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَيَكُوْنَنَّ مِنْ اُمَّتِى اَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ
اْلحِرَّ وَ اْلحَرِيْرَ وَ اْلخَمْرَ وَ الْمَعَازِفَ وَ لَيَنْزِلَنَّ اَقْوَامٌ
اِلىَ جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوْحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ يَأْتِيْهِمْ
لِحَاجَةٍ فَيَقُوْلُوْا اِرْجِعْ اِلَيْنَا غَدًا فَيُبَيّتُهُمُ اللهُ وَ يَضَعُ
اْلعَلَمَ وَ يَمْسَخُ آخَرِيْنَ قِرَدَةً وَ خَنَازِيْرَ اِلىَ يَوْمِ
اْلقِيَامَةِ. البخاري 6: 243
Dari
‘Abdur Rahman bin
Ghanmin Al-Asy’ariy, ia berkata
: Abu ‘Amir atau Abu
Malik Al-Asy’ariy
menceritakan kepadaku, demi Allah dia tidak berbohong kepadaku, bahwa ia
mendengar Nabi SAW bersabda, “Sungguh
akan
ada di kalangan ummatku kaum-kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan
musik, dan beberapa kaum akan mendatangi tempat yang terletak di dekat gunung
tinggi, mereka datang dengan berjalan kaki untuk suatu keperluan. Lantas mereka
(yang didatangi) berkata, “Kembalilah kepada kami
besok pagi”. Pada malam harinya Allah
menimpakan gunung tersebut kepada mereka, dan (Allah) merubah yang lainnya
menjadi kera dan babi hingga hari qiyamat”. [HR. Bukhari
juz 6, hal. 243]
عَنْ اَبِى مَالِكِ اْلاَشْعَرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:
لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ اُمَّتِى اْلخَمْرَ يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا
يُعْزَفُ عَلَى رُءُوْسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ وَ الْمُغَنّيَاتِ، يَخْسِفُ اللهُ
بِهِمُ اْلاَرْضَ وَ يَجْعَلُ مِنْهُمُ اْلقِرَدَةَ وَ اْلخَنَازِيْرَ. ابن ماجة 2: 1333، رقم:4020
Dari Abu Malik
Al-Asy’ariy, ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh ada
segolongan dari ummatku yang minum khamr yang mereka menamakannya bukan nama
(asli)nya, kepala mereka disibukkan dengan musik dan biduanita. Allah akan
menenggelamkan mereka ke dalam tanah dan merubah mereka menjadi kera dan
babi”. [HR. Ibnu
Majah juz 2, hal. 1333, no. 4020]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله ص: اِنَّ اللهَ حَرَّمَ
عَلَيَّ اَوْ حُرّمَ اْلخَمْرُ وَ الْمَيْسِرُ وَ اْلكُوْبَةُ. قَالَ: وَ كُلُّ
مُسْكِرٍ حَرَامٌ. قَالَ سُفْيَانُ: فَسَأَلْتُ عَلِيَّ بْنَ بَذِيْمَةَ عَنِ
اْلكُوْبَةِ، قَالَ: اَلطَّبْلُ. ابو داود 3: 331، رقم: 3696
Dari Ibnu
‘Abbas, dia
berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah mengharamkan kepadaku atau diharamkan (kepadaku) khamr, judi dan
Kuubah”. Dan beliau
bersabda, “Setiap yang
memabukkan adalah haram”. Sufyan berkata
: Lalu aku bertanya kepada ‘Ali bin Badzimah
tentang arti Kuubah. Ia menjawab, “(Kuubah itu
adalah) tambur”. [HR. Abu
Dawud juz 3, hal. 331, no. 3696]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ
حَرَّمَ عَلَيْكُمُ اْلخَمْرَ وَ الْمَيْسِرَ وَ اْلكُوْبَةَ وَقَالَ: وَ كُلُّ
مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد 1: 350
Dari Ibnu
‘Abbas, ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah mengharamkan kepada kalian khamr, judi dan Kuubah (tambur), dan beliau
bersabda, “Dan setiap yang
memabukkan adalah haram”. [HR. Ahmad juz
1, hal. 350]
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: فِيْ هذِهِ
اْلاُمَّةِ خَسْفٌ وَ مَسْخٌ وَ قَذْفٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَتَى ذلِكَ؟ قَالَ: اِذَا ظَهَرَتِ اْلقِيَانُ وَ الْمَعَازِفُ
وَ شُرِبَتِ اْلخُمُوْرُ. الترمذي 3: 336، رقم: 2309
Dari
‘Imran bin Husain
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada ummat ini
akan ada (siksaan berupa) ditenggelamkan ke bumi, diganti rupa dan dilempar batu
dari langit”. Lalu ada
seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin bertanya, “Ya Rasulullah,
kapan peristiwa itu terjadi ?”. Beliau
menjawab, “Apabila telah
merajalela penyanyi-penyanyi dan musik, dan khamr diminum
(dimana-mana)”. [HR. Tirmidzi
juz 3, hal. 336, no. 2309, dla’if karena dalam
sanadnya ada perawi bernama ‘Abbaad bin
Ya’quub Al-Kuufiy
dan ‘Abdullah bin
‘Abdul Qudduus,
keduanya dla’if]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا اتُّخِذَ
اْلفَيْءُ دُوَلاً وَ اْلاَمَانَةُ مَغْنَمًا وَ الزَّكَاةُ مَغْرَمًا وَ تُعُلّمَ
لِغَيْرِ الدّيْنِ وَ اَطَاعَ الرَّجُلُ امْرَاَتَهُ وَ عَقَّ اُمَّهُ وَ اَدْنَى
صَدِيْقَهُ وَ اَقْصَى اَبَاهُ وَ ظَهَرَتِ اْلاَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ وَ سَادَ
اْلقَبِيْلَةَ فَاسِقُهُمْ وَ كَانَ زَعِيْمُ اْلقَوْمِ اَرْذَلَهُمْ و اُكْرِمَ
الرَّجُلُ مَخَافَةَ شَرّهِ وَ ظَهَرَتِ اْلقَيْنَاتُ وَ الْمَعَازِفُ وَ شُرِبَتِ
اْلخُمُوْرُ وَ لَعَنَ آخِرُ هذِهِ اْلاُمَّةِ اَوَّلَهَا فَلْيَرْتَقِبُوْا عِنْدَ
ذلِكَ رِيْحًا حَمْرَاءَ وَ زَلْزَلَةً وَ خَسْفًا وَ مَسْخًا وَ قَذْفًا وَآيَاتٍ
تَتَابَعُ كَنِظَامِ بَالٍ قُطِعَ سِلْكُهُ فَتَتَابَعَ. الترمذي 3: 335، رقم: 2308
Dari Abu
Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila harta
fai’ (rampasan
perang) sudah dijadikan barang rebutan, amanat (kepemimpinan) dijadikan sebagai
barang ghanimah (rampasan), zakat dihutang (tidak dibayar), dipelajari hal-hal
yang bukan agama, suami tunduk kepada istrinya, ibunya didurhakai, orang lebih
dekat kepada kawannya, sementara ayahnya sendiri dijauhi, suara-suara gaduh di
masjid-masjid, yang menjadi kepala qabilah (kampung) adalah orang yang fasiq,
yang menjadi pemimpin bagi suatu kaum adalah orang yang sangat rendah akhlaqnya,
seseorang disanjung-sanjung karena takut kejahatannya, merajalelanya
penyanyi-penyanyi dan musik, khamr diminum (dimana-mana), generasi yang di
belakang mengutuk generasi pendahulunya, maka di saat yang demikian itu
hendaklah mereka waspada datangnya angin merah, gempa bumi, tenggelam ke dalam
tanah, perubahan (menjadi kera dan babi) dan pelemparan batu dari langit serta
beberapa tanda (kekuasaan Allah) yang akan terjadi berturut-turut seperti
untaian (benda) yang talinya putus, maka akan (berjatuhan benda tersebut)
berturut-turut”. [HR. Tirmidzi
juz 3, hal. 335, no. 2308, dla’if karena di
dalam sanadnya ada perawi bernama Rumaih Al-Judzamiy, ia majhul]
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: لاَ تَبِيْعُوا
اْلقَيْنَاتِ وَ لاَ تَشْتَرُوْهُنُّ وَ لاَ تُعَلّمُوْهُنَّ وَ لاَ خَيْرَ فِيْ
تِجَارَةٍ فِيْهِنَّ وَ ثَمَنُهُنَّ حَرَامٌ وَ فِيْ مِثْلِ هذَا اُنْزِلَتْ هذِهِ
اْلآيَةُ وَ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْتَرِيْ لَهْوَ اْلحَدِيْثِ لِيُضِلَّ عَنْ
سَبِيْلِ اللهِ (اِلى آخِرِ اْلآيَةِ). الترمذي 5: 25، رقم: 3247
Dari Abu Umamah,
dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Janganlah kalian
menjual penyanyi-penyanyi wanita, jangan kalian membeli mereka dan jangan pula
kalian ajari mereka itu, karena sama sekali tidak ada kebaikannya
memperdagangkan mereka itu, dan hasilnya pun haram, dan seperti ini, diturunkan
ayat (yang artinya), “Diantara manusia
ada yang membeli perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (orang) lain
dari jalan Allah, (QS Luqman : 6) sampai akhir ayat”. [HR. Tirmidzi
juz 5, hal. 25, no. 3247, dla’if karena dalam
sanadnya ada perawi bernama ‘Ali bin Yazid
bin Abi Hilaal].
عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ: كُنْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ فَسَمِعَ صَوْتَ طَبْلٍ
فَاَدْخَلَ اِصْبَعَيْهِ فِى اُذُنَيْهِ، ثُمَّ تَنَحَّى حَتَّى فَعَلَ ذلِكَ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قَالَ: هكَذَا فَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص. ابن ماجه 1: 612
Dari Mujahid, ia
berkata : Dahulu ketika saya bersama Ibnu ‘Umar, tiba-tiba
mendengar suara tambur, lalu (Ibnu ‘Umar) memasukkan
kedua jarinya ke kedua telinganya, kemudian ia mundur, sehingga berbuat demikian
tiga kali. Kemudian ia berkata, “Demikianlah
dahulu Rasulullah SAW berbuat”. [HR. Ibnu
Majah juz 1, hal. 611, no. 1901, dla’if karena dalam
sanadnya ada perawi bernama Laits bin Abi Sulaim]
Keterangan
:
Dari
hadits-hadits yang mereka pakai dasar haramnya bermain musik tersebut, kalau
kita fahami bahwa bermain musik itu haram, tentu berlawanan dengan hadits-hadits
yang di depan yang membolehkan bermain musik.
Oleh sebab itu,
kami memahami maksud hadits tersebut bahwa Nabi SAW memberitahukan akan terjadi
zaman kerusakan ummat, dimana orang-orang sudah tidak mempedulikan lagi
halal-haram, dan merajalelanya pergaulan bebas dan perzinaan, yang biasanya
dibarengi dengan minuman keras, penyanyi atau penari dan musik. Walloohu
a’lam.
~oO[ @
]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar