Berdasar
sunnah Nabi SAW, orang Islam diharuskan meninggalkan
tempat jamuan yang ada khamrnya, termasuk duduk-duduk dengan orang yang sedang
minum khamr.
Diriwayatkan
dari 'Umar bin Khaththab RA, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدَنَّ
عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. احمد
Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali ia duduk pada suatu hidangan yang padanya diedarkan
khamr.
[HR. Ahmad]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا
اْلخَمْرُ. الدارمى
Dari
Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia duduk
pada jamuan makan yang ada minum khamr
padanya".
[HR. Ad-Darimiy]
Setiap
muslim diperintah untuk menghentikan kemungkaran jika
menyaksikan-nya. Tetapi jika tidak mampu, dia harus menyingkir atau
meninggalkannya.
Dalam
salah satu kisah diceritakan, bahwa Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah
mendera orang-orang yang minum khamr dan yang ikut menyaksikan jamuan mereka
itu, sekalipun orang yang menyaksikan itu tidak turut minum bersama
mereka.
Dan
diriwayatkan pula, bahwa pernah ada suatu qaum yang diadukan kepadanya karena
minum khamr, kemudian beliau memerintahkan agar semuanya
didera.
Lalu ada orang yang berkata, bahwa diantara mereka itu ada
yang berpuasa. Maka jawab 'Umar, "Dera dulu, dia
!". Apakah kamu tidak mendengar firman Allah
:
وَ قَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى اْلكِتبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ ايتِ
اللهِ يُكْفَرُ بِهَا وَ يُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتَّى
يَخُوْضُوْا فِى حَدِيْثٍ غيْرِهِ اِنَّكُمْ اِذًا مّثْلُهُم. النساء:140
Sungguh
Allah telah menurunkan kepadamu dalam Al-Qur'an, bahwa apabila kamu mendengar
ayat-ayat Allah ditentang dan diejeknya. Maka itu janganlah kamu duduk bersama
mereka, sehingga mereka itu memasuki dalam pembicaraanan yang lain. Sebab
sesungguhnya jika kamu berbuat demikian adalah sama
dengan mereka.
[QS. An-Nisaa' : 140]
12. Nabi SAW pernah melarang wadah yang biasa
digunakan membuat/ menyimpan khamr, kemudian
membolehkannya.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَدِمُوْا عَلَى
النَّبِيِّ ص. فَسَأَلُوْهُ عَنِ النَّبِيْذِ، فَنَهَاهُمْ أَنْ يَنْبُذُوْا فِى
الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْمُزَفَّتِ وَالْحَنْتَمِ. متفق عليه
Dari
'Aisyah RA, bahwa utusan Abdul Qais menghadap Nabi SAW, lalu mereka bertanya
kepada beliau tentang (membuat) minuman. Lalu Nabi SAW
melarang mereka membuat minuman di tempat (wadah) dari dubba', naqir, muzaffat
dan guci.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ لِوَفْدِ عَبْدِ
الْقَيْسِ اَنْهَاكُمْ عَمَّا يُنْبَذُ فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ
وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari
Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada utusan Abdul Qais : "Aku melarang kamu (minum) minuman yang dibuat pada
dubba', pada naqir, pada guci dan di wadah yang dicat".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ مَيْمُوْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ص. قَالَ: لاَ تَنْبُذُوْا فىِ
الدُّبَّاءِ ، وَلاَ فىِ الْمُزَفَّتِ ، وَلاَ فِى النَّقِيْرِ، وَلاَ فِى
الْجِرَارِ، وَ قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد
Dari
Maimunah RA, dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, "Jangan kamu membuat
minuman pada dubba', jangan pada wadah yang dicat, jangan pada lubang kayu, dan
jangan di guci".
Dan beliau bersabda, "Setiap minuman yang memabukkan itu haram".
[HR. Ahmad].
عَنِ ابْنِ أَبِى اَوْفَى قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص. عَنْ نَّبِيْذِ
الْجَرِّ اْلاَخْضَرِ. متفق عليه
Dari
Ibnu Abi Aufa RA ia berkata, "Nabi SAW melarang minuman
(yang dibuat pada) guci hijau".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص اَنْ تَنْبُذُوْا فِى
الدُّبَّاءِ وَ الْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari
Ali RA. ia berkata, "Rasulullah SAW melarang kamu
membuat minuman pada dubba' dan pada wadah yang dicat".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
وَ فِى رِوَايَةٍ اَنَّ
النَّبِيَّ ص نَهَى عَنِ الْمُزَفَّتِ وَ الْحَنْتَمِ وَ النَّقِيْرِ، قِيْلَ
ِلاَبِى هُرَيْرَةَ: مَا الْحَنْتَمُ ؟ قَالَ: اَلْجِرَارُ الْخُضَرُ. احمد و مسلم
Dan
dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Nabi SAW melarang (membuat minuman pada)
wadah yang dicat, pada hantam dan pada lubang kayu.
Abu Hurairah ditanya, "Apa Hantam itu ?". Ia menjawab,
"Guci yang hijau".
[HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ مَاذَا يَصْلُحُ لَنَا مِنَ اْلاَشْرِبَةِ ؟ قَالَ: لاَ تَشْرَبُوْا
فِى النَّقِيْرِ، فَقَالُوْا جَعَلْنَا اللهُ فِدَاكَ، اَوَ تَدْرِى مَا
النَّقِيْرُ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلْجَذْعُ يُنْقَرُ فِى وَسَطِهِ، وَ لاَ فِى
الدُّبَّاءِ، وَ لاَ فِى الْحَنْتَمِ، وَ عَلَيْكُمْ بِالْمُوْكِى. احمد و مسلم
Dari
Abu Sa'id, bahwa utusan Abdul Qais bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang boleh bagi
kami dari berbagai minuman ? Nabi SAW menjawab, "Jangan
kamu minum di wadah naqir". Lalu mereka bertanya, "Semoga Allah menjadikan kami
tebusanmu. Apa naqir itu ?" Nabi menjawab, "Yaitu
batang kurma yang dilubangi pada tengah-tengahnya. Jangan kamu
(minum) pada dubba', jangan (pula) pada guci, dan hendaklah kamu (minum) pada
bejana yang tertutup".
[HR. Ahmad dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ، وَ
الْمُزَفَّتِ. مسلم و النسائى و ابو داود
Dan
dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW melarang memakai wadah
dubba', guci dan wadah yang dicat.
[HR. Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالاَ: حَرَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص
نَبِيْذَ اْلجَرِّ. احمد و مسلم و النسائى و ابو داود
Dari
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, mereka berkata, "Rasulullah SAW mengharamkan (minuman)
dalam guci".
[HR. Ahmad, Muslim, Nasai
dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ اْلحَنْتَمَةِ،
وَ هِيَ اْلجَرَّةُ، وَ نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَ هِيَ اْلقَرْعَةُ، وَ نَهَى عَنِ
النَّقِيْرِ، وَ هِيَ اَصْلُ النَّخْلِ يُنْقَرُ نَقْرًا وَ يُنْسَحُ نَسْحًا، وَ
نَهَى عَنِ اْلمُزَفَّتِ، وَ هُوَ اْلمُقَـيَّرُ، وَ اَمَرَ اَنْ يُنْبَذَ فِى
اْلاَسْقِيَةِ. احمد و مسلم و النسائى و الترمذى و صححه
Dari
Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang
(minuman pada) hantam, yaitu guci, dan beliau melarang dari dubba' yaitu labu
(waloh yang dihilangkan isinya), melarang (minuman pada) naqir, yaitu batang
kurma yang dilubangi atau dikerat, melarang (minum pada) muzaffat, yaitu wadah
yang diberi tir, dan (Nabi) menyuruh membuat minuman pada tempat-tempat minuman
(biasa).
[HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi
mengesahkannya].
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ
عَنِ اْلاَشْرِبَةِ اِلاَّ فِى ظُرُوْفِ اْلاَدَمِ، فَاشْرَبُوْا فِى كُلِّ وِعَاءٍ
غَيْرَ اَنْ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. احمد و مسلم و ابو داود و النسائى
Dari
Buraidah,
ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Aku pernah melarang
kamu beberapa minuman kecuali (minuman yang) di kantong-kantong kulit yang
disamak. Sekarang minumlah (minuman) di semua tempat minuman,
tapi jangan kamu minum (minuman yang) memabukkan".
[HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai]
و فى رواية: نَهَيْتُكُمْ عَنِ الظُّرُوْفِ وَ اِنَّ ظَرْفًا لاَ
يُحِلُّ شَيْئًا وَّ لاَ يُحَرِّمُهُ، وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا البخارى و ابا داود
Dan
dalam riwayat lain dikatakan, "Aku pernah melarang kamu beberapa wadah
(minuman), namun (ketahuilah) sesungguhnya wadah (itu sendiri) tidak bisa
menghalalkan sesuatu dan mengharamkannya dan setiap minuman yang memabukkan
itulah yang haram".
[HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Abu Dawud].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ النَّبِيْذِ فِى
الدُّبَّاءِ وَ النَّقِيْرِ وَ اْلمُزَفَّتِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذلِكَ: اَلاَ
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ النَّبِيْذِ فِى اْلاَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوْا فِيْمَا
شِئْتُمْ وَ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. مَنْ شَاءَ اَوْكَى سِقَائَهُ عَلَى
اِثْمٍ. احمد
Dari
Anas, ia berkata : Rasulullah SAW melarang membuat
minuman di dubba', di lubang kayu, di guci dan di wadah yang dicat. Kemudian
sesudah itu, beliau bersabda : "Benar aku pernah
melarang kamu membuat minuman di beberapa wadah, namun (sekarang) boleh kamu
minum di wadah mana saja yang kamu sukai, tapi janganlah minum minuman yang
memabukkan, barang siapa (tetap) menghendaki (minuman yang memabukkan) berarti
ia menutupi wadahnya itu dengan dosa".
[HR. Ahmad].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ: اَنَا شَهِدْتُ رَسُوْلَ اللهِ
ص حِيْنَ نَهَى عَنِ النَّبِيْذِ اْلجَرِّ. وَ اَنَا شَهِدْتُهُ حِيْنَ رَخَّصَ
فِيْهِ، وَ قَالَ: وَ اجْتَنِبُوْا كُلَّ مُسْكِرٍ. احمد
Dari
Abdullah bin Mughaffal RA ia berkata, saya menyaksikan
Rasulullah SAW ketika beliau melarang membuat minuman pada guci dan saya pun
menyaksikan ketika beliau memberi keringanan padanya. Seraya bersabda, "Dan
jauhilah setiap minuman yang memabukkan".
[HR. Ahmad].
Keterangan
:
Dubba'
ialah labu (waloh) yang dihilangkan isinya.
Hantam atau jarrah ialah guci (hijau). Naqir ialah batang (glugu) kurma dilubangi tengahnya, dan muqayyar
atau muzaffat ialah wadah yang diberi tir atau yang diberi cat.
Wadah-wadah
tersebut pada waktu itu biasa digunakan membuat/menyimpan minuman
keras.
Oleh karena itu beliau melarangnya menggunakan wadah-wadah
tersebut.
Tetapi
setelah orang-orang mengetahui dengan jelas tentang haramnya khamr, maka beliau
membolehkan minum pada wadah apa saja, asalkan bukan
minum minuman yang memabukkan.
termasuk dalam sunnah apa sih?
BalasHapus