Membelalakkan
mata kepada orang tua termasuk durhaka
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا بَرَّ اَبَاهُ
مَنْ اَحَدَّ اِلَيْهِ الطَّرْفَ. البيهقى و ابن مردويه
Dari
‘Aisyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah termasuk berbhakti
kepada bapaknya, anak yang membelalakkan mata kepadanya”.
[HR. Baihaqi dan Ibnu Mardawaih]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَمْ يَتْلُ
اْلقُرْآنَ مَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِهِ وَ لَمْ يَبَرَّ وَالِدَيْهِ مَنْ اَحَدَّ
النَّظَرَ اِلَيْهِمَا فِى حَالِ اْلعُقُوْقِ اُولئِكَ بُرَاءٌ مِنّى وَ اَنَا
مِنْهُمْ بَرِيْءٌ. الدارقطنى
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dinamakan
membaca Al-Qur’an, orang yang tidak mengamalkan apa yang telah dibaca, dan
tidaklah disebut berbhakti kepada kedua orang tua, seseorang yang membelalakkan
mata kepada mereka karena berani kepadanya. Mereka itu terlepas dariku dan
akupun berlepas diri dari mereka”.
[HR. Daruquthni]
Dengan
hadits tersebut berarti siapasaja yang menajamkan pandangan (membelalakkan mata)
kepada ibu-bapaknya karena marah, bisa dikatakan ia durhaka kepada ibu-bapaknya,
meskipun ia tidak berbicara sepatah katapun.
Membenci
dan melepaskan diri dari kedua orang tua (karena marah) termasuk
berdosa
عَنْ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثَةٌ لَعَنَهُمُ
اللهُ تَعَالَى: رَجُلٌ رَغِبَ عَنْ وَالِدَيْهِ وَ رَجُلٌ يَسْعَى بَيْنَ رَجُلٍ
وَ امْرَأَةٍ يُفَرّقُ بَيْنَهُمَا ثُمَّ تَخَلَّفَ عَلَيْهَا مِنْ بَعْدِهِ وَ
رَجُلٌ, Membenc سَعَى بَيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِاْلاَحَادِيْثِ لِيَتَبَاغَضُوْا وَ
يَتَحَاسَدُوْا. الديلمى فى
الفردوس
Dari
‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Ada
tiga golongan manusia yang dilaknat Allah SWT : 1. orang yang membenci kepada
kedua orang tuanya, 2. orang yang berusaha memisahkan antara suami istri, ia
memisahkan antara keduanya kemudian mengawininya, dan 3. seorang yang berusaha
dengan kata-katanya agar orang mukmin saling membenci dan
mendengki”.
[HR. Dailamiy dalam Al-Firdaus]
عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ اَبِيْهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
ص: مِنَ اْلعِبَادِ عِبَادٌ لاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ لاَ
يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ وَ لاَ يُزَكّيْهِمْ وَ لاَ يُطَهّرُهُمْ. قِيْلَ: مَنْ
اُولئِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اْلمُتَبَرّئُ مِنْ وَالِدَيْهِ وَ رَجُلٌ
اَنْعَمَ عَلَيْهِ قَوْمٌ فَكَفَرَ نِعْمَتَهُمْ وَ تَبَرَّأَ مِنْهُمْ.
احمد و البيهقى فى شعب الايمان و الطبرانى
Dari
Sahl bin Mu’adz dari bapaknya RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Diantara hamba-hamba Allah ini ada hamba-hamba yang pada hari qiyamat nanti
Allah tidak mau berbicara dengannya, tidak mau melihatnya, tidak mau
mensucikannya dan tidak pula membersihkannya”. Ada yang bertanya, “Siapakah
mereka itu, ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “Orang yang melepaskan diri dari
kedua orang tuanya (karena marah), dan orang yang diberi kenikmatan oleh suatu
qaum, lalu ia mengingkari kenikmatan mereka, bahkan melepaskan diri dari
mereka”.
[HR. Ahmad, Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Thabrani]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَعَنَ اللهُ مَنْ
ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ وَ لَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ تُخُوْمَ اْلاَرْضِ وَ لَعَنَ
اللهُ مَنْ سَبَّ وَالِدَيْهِ. ابن حبان فى صحيحه
Dari
Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Allah melaknat orang yang
menyembelih bukan karena Allah, Allah melaknat orang yang merubah batas-batas
pekarangan dan Allah melaknat orang yang mencaci kedua orang
tuanya”.
[HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal.
331]
عَنْ اَبِى الطُّفَيْلِ قَالَ: قُلْنَا لِعَلِيّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ:
اَخْبِرْنَا بِشَيْءٍ اَسَرَّهُ اِلَيْكَ رَسُوْلُ اللهِ ص. فَقَالَ: مَا اَسَرَّ
اِلَيَّ شَيْئًا كَتَمَهُ النَّاسَ وَلكِنّى سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: لَعَنَ اللهُ
مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ وَ لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَ لَعَنَ اللهُ
مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ وَ لَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ اْلمَنَارَ. مسلم 3:1567
Dari
Abu Thufail, ia berkata : Kami berkata kepada ‘Ali bin Abu Thalib,
Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang Rasulullah SAW bisikkan secara rahasia
kepadamu !”. ‘Ali menjawab : Rasulullah SAW tidak pernah membisikkan kepadaku
yang beliau rahasiakan dari orang lain, tetapi aku mendengar beliau bersabda,
“Allah melaknat orang yang menyembelih bukan karena Allah, Allah melaknat orang
yang memberi tempat kepada penjahat, Allah melaknat orang yang melaknat kedua
orang tuanya, dan Allah melaknat orang yang merubah batas
pekarangan”.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1567]
عَنْ اَبِى بَكْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: كُلُّ الذُّنُوْبِ
يُؤَخّرُ اللهُ مِنْهَا مَا شَاءَ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ اِلاَّ عُقُوْقَ
اْلوَالِدَيْنِ، فَاِنَّ اللهَ يُعَجّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِى اْلحَيَاةِ قَبْلَ
اْلمَمَاتِ. الحاكم و الاصبهانى و قال الحاكم: صحيح الاسناد
Dari
Abu Bakrah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Setiap dosa itu Allah
mengakhirkan hukumannya menurut kehendak-Nya sampai hari qiyamat nanti, kecuali
hukuman sebab durhaka kepada kedua orang tua, karena sesungguhnya Allah akan
menyegerakan siksaan kepada si pelakunya sejak masih hidup sebelum
matinya”.
[HR. Hakim dan Ashbahaniy, Hakim berkata : isnadnya
shahih]
Orang
yang durhaka kepada kedua orang tua tidak akan masuk surga
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: ثَلاَثَةٌ لاَ
يَنْظُرُ اللهُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ: اَلْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَ
مُدْمِنُ اْلخَمْرِ وَ اْلمَنَّانُ عَطَائَهُ. وَ ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ
اْلجَنَّةَ: اَلْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَ الدَّيُّوْثُ وَ الرَّجِلَةُ.
النسائى و البزار و اللفظ له و الحاكم و قال صحيح
الاسناد
Dari
Ibnu ‘Umar RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
“Ada
tiga golongan yang Allah tidak mau melihat mereka pada hari qiyamat : orang yang
durhaka kepada kedua orang tua, peminum khamr, dan orang yang menyebut-nyebut
pemberiannya. Dan ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga : orang yang
durhaka kepada kedua orang tuanya, orang yang membiarkan perzinaan di
tengah-tengah keluarganya dan wanita yang bergaya laki-laki”.
[HR. Nasai, Bazzar dalam lafadh itu baginya, dan Hakim, ia berkata : sanadnya
shahih]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
ص قَالَ: ثَلاَثَةٌ حَرَّمَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى عَلَيْهِمُ اْلجَنَّةَ.
مُدْمِنُ اْلخَمْرِ وَ اْلعَاقُّ وَ الدَّيُّوْثُ الَّذِى يُقِرُّ اْلخَبَثَ فِى
اَهْلِهِ. احمد و اللفظ له و النسائى و البزار و الحاكم و قال صحيح
الاسناد
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga golongan
yang Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa mengharamkannya masuk surga, yaitu : peminum
khamr, durhaka kepada kedua orang tua dan orang yang membiarkan perzinaan di
tengah-tengah keluarganya”.
[HR. Ahmad dan lafadh itu baginya, Nasaai, Bazzaar dan Hakim. Dan ia berkata :
Shahih isnadnya. Dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 327]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَرْبَعٌ حَقٌّ عَلَى
اللهِ اَنْ لاَ يُدْخِلَهُمُ اْلجَنَّةَ وَ لاَ يُذِيْقَهُمْ نَعِيْمَهَا: مُدْمِنُ
اْلخَمْرِ وَ آكِلُ الرّبَا وَ آكِلُ مَالِ اْليَتِيْمِ بِغَيْرِ حَقّ وَ اْلعَاقُّ
لِوَالِدَيْهِ. الحاكم و قال: صحيح الاسناد، فى الترغيب و الترهيب 3:254
Dari
Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Empat golongan yang Allah
berhaq untuk tidak memasukkan ke surga dan tidak memberikan rasa nikmatnya,
yaitu : peminum khamr, pemakan riba, pemakan harta anak yatim tanpa alasan yang
benar, dan durhaka kepada kedua orang tuanya”.
[HR. Hakim, dan ia mengatakan : Hadits ini shahih isnadnya, dalam Targhib wat
Tarhib juz 3, hal. 254]
عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ اْلجُهَنِيّ رض قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى
النَّبِيّ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، شَهِدْتُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ
اَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ، وَ صَلَّيْتُ اْلخَمْسَ وَ اَدَّيْتُ زَكَاةَ مَالِى وَ
صُمْتُ رَمَضَانَ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: مَنْ مَاتَ عَلَى هذَا كَانَ مَعَ
النَّبِيّيْنَ وَ الصّدّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ هكَذَا، وَ
نَصَبَ اُصْبُعَيْهِ، مَا لَمْ يَعُقَّ وَالِدَيْهِ. احمد و الطبرانى
Dari
‘Amr bin Murrah Al-Juhaniy RA, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi
SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah, aku shalat
lima
waktu, aku menunaikan zakat hartaku, dan aku puasa Ramadlan”. Maka Nabi SAW
bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan demikian itu maka dia bersama
para Nabi, Shiddiiqiin dan Syuhadaa’ pada hari qiyamat seperti ini”. Beliau
mengisyaratkan dengan kedua jarinya (dan bersabda), “Selama dia tidak durhaka
kepada kedua orang tuanya”.
[HR. Ahmad dan Thabrani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal.
329]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ
اللهِ ص وَ نَحْنُ مُجْتَمِعُوْنَ، فَقَالَ. فَذَكَرَ اْلحَدِيْثَ اِلىَ اَنْ
قَالَ: وَ اِيَّاكُمْ وَ عُقُوْقَ اْلوَالِدَيْنِ، فَاِنَّ رِيْحَ اْلجَنَّةِ
يُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ اَلْفِ عَامٍ، وَ اللهِ لاَ يَجِدُهَا عَاقٌّ وَ لاَ
قَاطِعُ رَحِمٍ وَ لاَ شَيْخٌ زَانٍ وَ لاَ جَارٌّ اِزَارَهُ خُيَلاَءَ. اِنَّمَا
اْلكِبْرِيَاءُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. الطبرانى، فى الترغيب و الترهيب 3: 276
Dari
Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : Rasulullah SAW keluar kepada kami ketika kami
sedang berkumpul, kemudian beliau bersabda. Lalu jabir menyebutkan hadits hingga
sabda beliau, “Jagalah dirimu dari durhaka kepada kedua orang tua, karena bau
surga itu harumnya tercium sejauh perjalanan seribu tahun, demi Allah, tidak
akan mendapatkannya orang yang durhaka (kepada kedua orang tua), orang yang
memutuskan persaudaraan, orang tua yang berzina, dan orang yang menjulurkan
pakaiannya karena sombong. Sesungguhnya sifat sombong itu hanya milik Allah
Tuhan semesta alam”.
[HR. Thabraniy, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 276]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يُرَاحُ
رِيْحُ اْلجَنَّةِ مِنْ مَسِيْرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ وَ لاَ يَجِدُ رِيْحَهَا
مَنَّانٌ بِعَمَلِهِ وَ لاَ عَاقٌّ وَ لاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ. الطبرانى فى الترغيب و الترهيب 3:327
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Bau surga itu tercium
dari perjalanan lima
ratus tahun. Dan tidak akan mendapatkan baunya orang yang pamer amalnya, orang
yang durhaka (kepada orang tuanya), dan peminum khamr”.
[HR. Thabrani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 327]
Orang
yang membunuh orang tuanya akan mendapat siksa yang sangat berat di hari
qiyamat
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِنَّ اَشَدَّ
النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَنْ قَتَلَ نَبِيًّا اَوْ قَتَلَهُ نَبِيٌّ
اَوْ قَتَلَ اَحَدَ وَالِدَيْهِ وَ اْلمُصَوّرُوْنَ وَ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ
بِعِلْمِهِ. الديلمى، فى الفردوس 1:217
Dari
Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia yang
paling berat siksanya pada hari qiyamat nanti ialah orang yang membunuh Nabi
atau yang dibunuh oleh Nabi atau membunuh salah satu dari kedua orang tuanya,
pembuat gambar atau patung (untuk disembah), dan orang alim yang tidak
memanfaatkan ilmunya”.
[HR. Dailamiy dalam Al-Firdaus juz 1, hal. 217]
Perintah
kedua orang tua yang tidak boleh dithaati
Apabila
kedua orang tua kita memerintahkan atau mengajak kita untuk musyrik kepada
Allah, atau berma’shiyat kepada Allah atau kepada perbuatan-perbuatan dosa yang
tidak dibenarkan oleh agama, maka kita tidak boleh menthaatinya. Meskipun
demikian kita tetap harus bergaul dengan keduanya di dunia ini dengan baik.
Firman Allah SWT :
وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا، وَ اِنْ جَاهَدَاكَ
لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا، اِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. العنكبوت:8
Dan
Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya
kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.
[QS. Al-’Ankabuut : 8]
وَ اِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه
عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَ صَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا، وَ اتَّبِعْ
سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ، ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. لقمان:15
Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritahukan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
[QS. Luqman : 15]
وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى اْلبِرّ وَ التَّقْوى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى
اْلاِثْمِ وَ اْلعُدْوَانِ، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ شَدِيْدُ
اْلعِقَابِ. المائدة:2
Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
[QS. Al-Maaidah : 2]
Dan
Rasulullah SAW bersabda :
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللهِ، اِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى
اْلمَعْرُوْفِ. مسلم
Tidak
boleh thaat (kepada makhluq) dalam berma’shiyat kepada Allah. Hanyasanya thaat
itu dalam perkara yang ma’ruf.
[HR. Muslim dari ‘Ali RA, juz 3 hal. 1469]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar