قَالَ ابْنُ عُمَرَ : مِنَ السُّنَّةِ اَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ اِنْ
اَرَادَ اَنْ يُحْرِمَ. البزّار فى مجمع الزوائد 3: 371، رقم: 5323
Ibnu Umar berkata
: Menurut sunnah bahwa orang (mesti) mandi apabila hendak
berihram. [HR. Al-Bazzar
dalam Majma’uz Zawaaid juz 3,
hal. 371, no.5323].
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا اَرَادَ اَنْ
يُحْرِمَ، يَتَطَيَّبُ بِاَطْيَبِ مَا يَجِدُ، ثُمَّ اَرَى وَبِيْصَ الدُّهْنِ فِى
رَأْسِهِ وَ لِحْيَتِهِ بَعْدَ ذلِكَ. مسلم 2: 848
Dari ‘Aisyah
RA, ia berkata, “Adalah
Rasulullah SAW apabila akan berihram beliau memakai wangi-wangian dengan
sebaik-baik yang ada padanya. Kemudian sesudah itu saya melihat kilat minyak itu
di kepala beliau dan di jenggot beliau”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 848].
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: كُنْتُ اُطَيّبُ رَسُوْلَ اللهِ ص
ِلاِحْرَامِهِ قَبْلَ اَنْ يُحْرِمَ وَ لِحِلّهِ قَبْلَ اَنْ يَطُوْفَ
بِاْلبَيْتِ. مسلم 2: 846
Dari ‘Aisyah
RA, bahwasanya ia berkata : Aku memberi minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk
ihram beliau sebelum beliau berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau
thawaf di Baitullah”. [HR. Muslim juz 2, hal. 846]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ
رض: بِاَيّ شَيْءٍ طَيّبْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص عِنْدَ حُرْمِهِ؟ قَالَتْ: بِاَطْيَبِ
الطّيْبِ. مسلم 2: 847
Dari ‘Utsman
bin ‘Urwah,
dari ayahnya, ia berkata : Aku bertanya kepada ‘Aisyah
RA, “Dengan
apa engkau memberi minyak wangi pada Rasulullah ketika akan berihram
?”.
‘Aisyah
menjawab, “Dengan
sebaik-baik minyak wangi”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 847]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ قَالَ: سَمِعْتُ عُرْوَةَ يُحَدّثُ عَنْ
عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كُنْتُ اُطَيّبُ رَسُوْلَ اللهِ ص بِاَطْيَبِ مَا اَقْدِرُ
عَلَيْهِ قَبْلَ اَنْ يُحْرِمَ، ثُمَّ يُحْرِمُ. مسلم 2: 847
Dari ‘Utsman
bin ‘Urwah,
ia berkata : Saya mendengar ‘Urwah
menceritakan dari ‘Aisyah
RA, ia berkata , “Saya
memberi minyak wangi pada Rasulullah SAW dengan sebaik-baik apa yang ada pada
saya sebelum beliau berihram, kemudian beliau berihram”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 847]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: طَيّبْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
لِحُرْمِهِ حِيْنَ اَحْرَمَ، وَ لِحِلّهِ قَبْلَ اَنْ يُفِيْضَ بِاَطْيَبِ مَا
وَجَدْتُ. مسلم 2: 847
Dari ‘Aisyah
RA, bahwasanya ia berkata, “Aku
memakaikan minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk ihram beliau ketika akan
berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau thawaf ifadlah, dengan
sebaik-baik minyak wangi yang aku dapatkan”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 847] 38
Keterangan :
Memakai wangi-wangian ini hanya khusus untuk pria.
BEBERAPA
CARA PELAKSANAAN HAJJI
Didalam melaksanakan ibadah hajji ada 3 (tiga) cara yang bisa
kita lakukan.
1. Hajji Tamattu’
ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan ‘umrah
lebih dahulu kemudian baru hajji.
2. Hajji Ifrad ialah
ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan hajji lebih dahulu
kemudian baru ‘umrah.
3. Hajji Qiran ialah
ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan hajji dan ‘umrah
bersama-sama.
Bagi yang melaksanakan dengan cara hajji Ifrad maka tidak
terkena dam sedang yang melaksanakan dengan cara hajji Tamattu’
dan hajji Qiran harus membayar dam.
1. Pelaksanaan Hajji Tamattu’
Hajji Tamattu’
ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan ‘umrah
lebih dahulu kemudian baru hajji.
Pelaksanaan ‘umrah
sebagai berikut :
Setelah jama’ah
hajji berpakaian ihram yang dipakai mulai dari Miqat, lalu berniat ‘umrah
:
لَبَّيْكَ عُمْرَةً
lalu membaca talbiyah di sepanjang perjalanan dengan suara
keras.:
لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
لَبَّيْكَ، اِنَّ اْلحَمْدَ وَ النّعْمَةَ لَكَ وَ اْلمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ
لَكَ. متفق عليه
Kusambut
panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu, kusambut panggilan-Mu, tiada
sekutu bagi-Mu, kusambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat
adalah milik-Mu dan begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu. [Muttafaqun alaihi].
Setelah masuk
Makkah, lalu melakukan thawaf tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad,
Sa’i tujuh kali dari
Shafa ke Marwah kemudian diakhiri dengan Tahallul (menggunting
rambut). Maka selesailah ibadah ‘umrah,
dan dia sudah bebas dari larangan-larangan ihram (termasuk kumpul
suami-istri).
Setelah hari Tarwiyah (Tanggal 8 Dzulhijjah) kemudian berpakaian
ihram lagi dari Makkah untuk hajji, dengan membaca niat :
لَبَّيْكَ حَجًّا
Selanjutnya berangkat ke ‘Arafah
untuk melakukan wukuf, dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam
matahari (pada tanggal 9 Dzulhijjah). Pada malam harinya berangkat ke Mina dan
Mabit di Muzdalifah, setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah melempar Jumrah ‘Aqabah
pada waktu dluha, setelah melempar jumrah tersebut, maka menjadi halallah
(tahallul dengan memotong rambut) tetapi belum diperbolehkan kumpul dengan
istrinya.
Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk Thawaf Ifadlah pada
saat itu diperbolehkan juga dan sudah halal seluruhnya dari semua larangan ihram
setelah melakukan Thawaf Ifadlah.
Adapun siapa yang ingin terus kembali ke Mina setelah melempar
Jumrah ‘Aqabah,
lalu bercukur atau menggunting rambutnya maka boleh juga, selanjutnya melempar
tiga jumrah pada hari berikutnya yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dimulai
dari Jumratul Uulaa, Wustha dan ‘Aqabah
masing-masing tujuh kali lemparan dan pada setiap lemparan membaca takbir dan
berdo’a:
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْبًا
مَغْفُوْرًا
Bagi siapa yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni
tanggal 11 dan 12, untuk melempar ketiga jumrah, maka tidak ada dosa baginya,
dan yang demikian disebut Nafar Awwal, tetapi bagi yang ingin sampai tanggal 13
nya juga tidak mengapa dan yang demikian itu disebut Nafar Tsani.
Setelah selesai melempar Jumrah pada hari-hari tersebut baru
pergi ke Masjidil Haram untuk menunaikan Thawaf Ifadlah, dan selesailah semua
ibadah hajji tersebut, ketika akan pulang, disyariatkan untuk melaksanakan
Thawaf Wada’.
2. Pelaksanaan Hajji
Ifrad
Hajji Ifrad ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan
melakukan hajji lebih dahulu baru ‘umrah.
Setelah jama’ah
hajji berpakaian ihram yang dipakai mulai dari Miqat, lalu niat hajji :
لَبَّيْكَ حَجًّا
Terus bertalbiyah sepanjang perjalanan, setelah masuk Makkah
lantas melaksanakan Thawaf Qudum tujuh kali putaran yang dimulai dari Hajar
Aswad. Setelah selesai kembali ke Maktab tetap memakai pakaian ihram menunggu
pelaksanaan hajji.
Setelah hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah berangkat ke ‘Arofah
untuk melakukan wukuf dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam
matahari (pada tanggal 9 Dzulhijjah).
Pada malam harinya berangkat ke Mina dan Mabit di Muzdalifah,
setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina. Pada tanggal 10 Dzulhijjah
melempar jumrah Aqabah pada waktu Dluha,
setelah melempar jumrah tersebut, maka menjadi halallah (Tahallul dengan
bercukur atau memotong rambut). Tapi belum diperbolehkan kumpul dengan
isterinya. Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk Thawaf Ifadlah pada saat
itu diperbolehkan juga dan sudah halal seluruh
larangan ihram setelah Thawaf
Ifadlah.
Adapun bagi siapa yang ingin terus kembali ke Mina setelah
melempar Jumrah ‘Aqabah,
lalu bercukur atau menggunting rambutnya (Tahallul) boleh juga. Selanjutnya
melempar 3 jumrah berikutnya yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dimulai
dari Jumratul Uulaa, Wustha, dan ‘Aqabah
masing-masing tujuh kali lemparan dengan membaca takbir dan berdo’a
:
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَذَنْبًا
مَغْفُوْرًا
Bagi yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal
11-12 untuk melempar ketiga jumrah maka tidak ada dosa baginya dan yang demikian
disebut Nafar Awwal, adapun bagi yang ingin sampai tanggal 13 nya juga tidak
mengapa disebut Nafar Tsani. Setelah selesai melempar jumrah pada hari-hari
tersebut, lalu pergi ke Masjidil Harom untuk menunaikan Thawaf Ifadlah
dilanjutkan Sa’i
dan selesailah hajji tersebut.
Kemudian melaksanakan ‘umrah
dengan mengambil miqat dari Tan’im
atau Ji’ronah.
Setelah jama’ah
berpakaian ihram dari Tan’im
atau Ji’ranah
lalu berniat ‘Umrah
:
لَبَّيْكَ عُمْرَةً
Terus berangkat ke Masjidil Haram kemudian melakukan Thawaf
tujuh kali dimulai dari Hajar Aswad dan
Sa’i
tujuh kali dimulai dari Shafa ke Marwah kemudian diakhiri dengan Tahallul
(bercukur atau menggunting rambut) maka selesailah ‘Umrah
kita. Setelah akan pulang di syari’atkan
untuk melakukan Thawaf Wada’.
3. Pelaksanaan Hajji Qiran
Hajji Qiran ialah ibadah Hajji yang cara melaksanakannya Hajji
dan Umrah dikerjakan bersama-sama.
Setelah Jamaah Hajji berpakaian Ihram yang dipakai mulai dari
Miqat, lalu niat ‘umrah
dan hajji:
لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّا
Terus bertalbiyah sepanjang perjalanan. Setelah masuk Makkah
(Masjidil Haram) lantas melakukan Thawaf tujuh kali dimulai dari Hajar Aswad
(Thawaf Qudum) terus kembali ke Maktab tetap memakai pakaian Ihram.
Setelah hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah berangkat ke Arofah untuk melakukan Wukuf
dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari pada tanggal 9
Dzulhijjah.
Pada malam harinya berangkat ke Mina dan mabit di Muzdalifah
setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah melempar Jumrah ‘Aqabah
pada waktu dhuha, setelah melempar Jumrah tersebut,maka menjadi Halallah
(Tahallul dengan bercukur atau menggunting rambut) tapi belum diperbolehkan
kumpul suami-isteri. Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk Thawaf Ifadlah pada saat itu diperbolehkan
juga, dan sudah halal seluruhnya larangan Ihram setelah Thawaf Ifadlah. Adapun bagi yang ingin terus
kembali ke Mina setelah melempar Jumrah ‘Aqabah
dan mencukur atau menggunting rambutnya (Tahallul) boleh juga. Selanjutnya
melempar 3 Jumrah hari berikutnya yakni
tanggal 11, tanggal 12 dan tanggal 13 Dzulhijjah, dimulai dari Jumratul Uulaa,
Wustha, dan ‘Aqabah
masing-masing tujuh kali lemparan, setiap melempar membaca :
اَللهُ اَكْبَرُ
dan berdo’a
:
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْبًا
مَغْفُوْرًا
Bagi yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal
11-12 Dzulhijjah untuk melempar ketiga jumrah maka tidak ada dosa baginya dan
yang demikian disebut Nafar Awwal, tetapi bagi yang ingin sampai tanggal 13 nya
juga tidak mengapa disebut Nafar Tsani. Setelah selesai melempar jumrah pada
hari-hari tersebut, baru pergi ke Masjidil Haram untuk menunaikan Thawaf Ifadlah
dilanjutkan Sa’i,
dan selesailah hajji tersebut. Setelah pulang disyariatkan melakukan thawaf
wada’.
4. Niat ‘umrah dan
hajji
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص اَهَلَّ بِهِمَا
جَمِيْعًا. لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجًّا. لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ
حَجًّا. مسلم 915
Dari Anas, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW
berihram dengan niat, ‘umrah
dan hajji. “Labbaika
‘umratan
wa hajjan”
(Aku penuhi panggilan-Mu untuk ‘umrah
dan hajji)”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 915]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يُلَبّيْ
بِاْلحَجّ وَ اْلعُمْرَةِ جَمِيْعاً. يَقُوْلُ: لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجَّاً،
لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجًّا. ابو داود 2: 157، رقم: 1795
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah
SAW ihram untuk hajji dan ‘umrah
bersama. Beliau membaca, “Labbaika
‘umrotan
wa hajjan, Labbaika ‘umrotan
wa hajjan”
(Aku penuhi panggilan-Mu untuk ‘umrah
dan hajji. Aku penuhi panggilan-Mu untuk ‘umrah
dan hajji). [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 157, no. 1795].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَبَّيْكَ عُمْرَةً
وَ حَجًّا. وَ قَالَ حُمَيْدُ: قَالَ اَنَسٌ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ:
لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ وَ حَجّ. مسلم 2: 915
Dari Anas, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW membaca,
“Labbaika
‘umratan
wa hajjan”.
Dan dalam riwayat Humaid, ia berkata : Anas berkata : Saya mendengar Rasulullah
SAW membaca, “Labbaika
bi’umratin
wa hajjin”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 915]
عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ:
لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ وَ حَجَّةٍ. الترمذى 2: 158
Dari Humaid, dari Anas, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW
membaca, “Labbaika
bi’umratin
wa hajjatin”.
[HR. Tirmidzi juz 2, hal. 158, no. 821]
Keterangan :
Apabila niatnya untuk ‘umrah
mengucap : Labbaika ‘umrotan.
Apabila untuk hajji mengucap : Labbaika hajjan. Apabila niat untuk hajji
dan ‘umrah
mengucap : Labbaika ‘umrotan
wa hajjan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar