بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ الدّيْنِ
اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke
hadlirat Allah SWT atas limpahan ni’mat-Nya kepada kita semua, baik materiil
maupun immateriil.
Pada
pagi ini kita ummat Islam di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir,
tahlil dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur atas terselesaikannya ibadah
puasa Ramadlan yang sudah kita jalani selama satu bulan penuh, semoga puasa kita
dapat sampai kepada tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Puasa
Ramadlan selalu datang setiap tahun, tetapi tujuan berpuasa tidak pernah berubah
sejak ditetapkan oleh Allah sampai sekarang, bahkan sampai hari qiyamat
kelak.
Walaupun bulan Ramadlan tahun ini berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya, karena naiknya harga BBM yang mengakibatkan
melambungnya harga-harga sembako dan perekonomian semakin sulit, semoga tidak
mempengaruhi ibadah puasa kita dalam mencapai tujuan, yakni menuju
taqwallooh.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau puasa bangsa
yang mayoritas muslim di negeri ini bisa mencapai tujuan, maka janji Allah pasti
sampai kepada kita, sebagaimana firman Allah : Jikalau penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya. [QS. Al-A’raaf :
96]
Dengan
terjadinya mushibah dan bencana yang bertubi-tubi silih berganti menimpa bangsa
negeri ini, mulai dari krisis moneter, ekonomi, politik dan krisis hukum, hingga
krisis multi dimensi telah memporak-porandakan bangsa ini, tampaknya ibadah
puasa tahun-tahun yang lalu bangsa ini tidak bisa mencapai tujuan yang
ditetapkan oleh Allah SWT, yakni bertaqwa kepada-Nya. Sumber
pokok dari berbagai krisis tersebut adalah krisis akhlaq yang sebab utamanya
karena mengabaikan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, yakni Al-Qur’an
dan Sunnah (Islam), karena perbaikan akhlaq adalah tugas Rasulullah SAW.
Beliau bersabda :
اِنَّمَا بُعِثْتُ ِلاُتَمّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ. احمد
Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
[HR. Ahmad]
Betapa
pentingnya akhlaq bagi kehidupan manusia, sehingga Allah mengutus seorang Rasul
untuk memperbaiki akhlaqnya.
Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ اْلفَحْشَ وَ التَّفَحُّشَ لَيْسَا مِنَ اْلاِسْلاَمِ فِى شَيْءٍ
وَ اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. الترمذى
Sesungguhnya
kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali
bukan ajaran Islam, dan bahwasanya orang yang paling baik Islamnya ialah yang
paling baik akhlaqnya.
[HR. Tirmidzi]
Begitu
pentingnya perbaikan akhlaq, karena sangat menentukan baik dan buruknya manusia
atau suatu bangsa.
Imam Asy-Syauki mengatakan :
وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Sesungguhnya bangsa itu tergantung
akhlaqnya,
bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa itu.
Krisis
akhlaq telah melanda bangsa ini, di tataran bawah dimanifestasikan sebagai
krisis kepercayaan, pada tataran atas dimanifestasikan sebagai krisis
keteladanan.
Rakyat
jelata pada tataran bawah kehilangan kepercayaan pada pemimpin
mereka.
Mereka men-cap para pemimpin sebagai penipu, koruptor, manipulator dan masih
banyak lagi sebutan buruk yang lain.
Mereka
menilai para pemimpin sudah tidak lagi memikirkan kepentingan rakyat banyak,
mereka lebih sibuk memperkaya diri sendiri daripada berusaha untuk
mensejahterakan rakyatnya.
Di
sisi lain para pejabat yang masih idealis dan jujur
kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, karena melihat perilaku teman sesama
pejabat lainnya sangat kotor. Mereka curang, korupsi,
menggunakan kesempatan mumpung menjadi pejabat untuk memperkaya diri tanpa
memperhatikan halal-haram dan mengkhianati sumpah janji yang mereka ucapkan
ketika dilantik.
Yang
sangat menyedihkan lagi, di jajaran para penegak hukum juga melakukan praktek
kotor yang sangat memalukan.
Dari aparat kepolisian, jaksa, pengacara, hakim, bahkan
termasuk Mahkamah Agung.
Catatan
akhir tahun 2002 LBH Jakarta, Hukum jadi barang dagangan.
Menurut catatan tersebut, tentang penegakan hukum pada masa
pemerintahan Megawati Sukarnoputri, “Hukum memang telah menjadi barang dagangan,
baik dalam arti ekonomi dan politis”. Menurut Irianto Subiakto direktur
LBH Jakarta : Polisi, hakim, jaksa dan pengacara telah
bertindak sebagai pedagang perkara ketimbang menjaga kehormatan
profesi.
Hukum
telah diperdagangkan untuk kepentingan siapapun yang bisa
beli.
Praktek tercela itu menurut catatan LBH tersebut tidak hanya
dilakukan oleh aparat jaksa, polisi dan hakim, tetapi juga para pengacara dan
panitera. (Republika Kamis 19 Des
2002).
Praktek
keji itu ternyata sampai sekarang masih berjalan terus, malah meningkat menjadi
“Pasar terbuka” di MA.
Praktek mafia peradilan di MA ibarat pasar terbuka, dimana ada
penawar, perantara dan pembeli. Setelah Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Jum’at 30
September 2005
membongkar skandal suap di MA ternyata melibatkan pengacara dan
lima
orang pegawai MA. Terbongkarnya praktek mafia peradilan di MA sebenarnya sudah
beberapa kali, tetapi anehnya belum ada satupun Hakim Agung yang dipecat dari
MA, biasanya yang dikorbankan selalu para pegawai MA yang hanya berperan sebagai
perantara. (Rep. Selasa 18 Oktober
2005).
Kalau
dalam keadaan yang demikian itu dibiarkan, tidak disangsikan lagi bangsa ini
akan mengalami kehancuran yang tak akan tertolong
lagi.
Perhatikan
sabda Rasulullah SAW :
اِنَّمَا هَلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَ اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ اَقَامُوْا عَلَيْهِمُ اْلحَدَّ. وَ اَيْمُ اللهِ لَوْ اَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعَ مُحَمَّدٌ يَدَهَا. ابو داود 4: 132، البخارى 4: 173
Sesungguhnya
yang merusak orang-orang sebelum kamu ialah tindakan mereka (para penegak hukum)
apabila orang-orang terhormat/para pejabat mencuri (korupsi, kolusi dan
sejenisnya), mereka dibiarkan (tidak ditegakkan hukum atas
mereka).
Tetapi apabila yang mencuri orang-orang yang lemah (rakyat
kecil), maka dijatuhi hukuman (hukum ditegakkan) padanya. Demi Allah,
kalau Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti Muhammad akan memotong tangannya.
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 132, Bukhari juz 4, hal. 173]
Berkaca
dari hadits tersebut, jelas bahwa tidak tegaknya keadilan, curangnya para
penegak hukum adalah andil besar untuk menghancurkan suatu
bangsa.
Melihat kondisi yang demikian, maka pada acara Editorial Media
Indonesia Metro TV (9
September 2005)
dengan tajuk NEGERI MALING.
Maling di negeri ini terjadi di semua sektor, dan
maling-maling ini sudah merupakan jaringan dari atas sampai bawah hampir di
semua lapisan. Demoralisasi para pejabatpublik sudah
begitu besar. Maka negeri ini seakan surga bagi para
maling. Bagaimana tidak ?
Karena
hukum sudah diperdagangkan, maka tidak perlu takut maling, berlaku curang, asal
bisa membeli pasal-pasalnya dalam undang-undang hukum di negeri
ini.
Berkenaan
dengan hal itu Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada para penegak hukum
dengan sabdanya :
اَلْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ وَاحِدٌ فِى اْلجَنَّةِ وَ اِثْنَانِ فِى
النَّارِ. فَاَمَّا الَّذِيْ فِى اْلجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ اْلحَقَّ فَقَضَى
بِهِ، وَ رَجُلٌ عَرَفَ اْلحَقَّ فَجَارَ فِى اْلحُكْمِ فَهُوَ فِى النَّارِ، وَ
رَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِى النَّارِ. ابو داود 3: 299
Penegak hukum (hakim) itu ada
3 macam, seorang di surga dan dua lainnya di neraka
:
1. Penegak
hukum (hakim) yang mengetahui kebenaran dan dia membuat keputusan berdasarkan
kebenaran (dengan adil), maka dia di surga.
2. Penegak
hukum (hakim) yang mengetahui kebenaran, tetapi dia membuat keputusan dengan
curang (tidak adil), maka dia di neraka.
3. Penegak hukum (hakim) yang membuat keputusan
dengan bodoh (tidak adanya bukti yang jelas, sehingga tidak mengetahui yang
sebenarnya, lalu membuat keputusan dengan ngawur), maka dia di
neraka.
[HR. Abu Dawud juz 3, hal. 299]
Oleh
karena itu para penegak hukum hendaklah takut kepada Hakim yang Maha Adil, yakni
Allah SWT.
Hidup
ini hanya sementara, kesenangan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu tidak
dapat dinikmati untuk selama-lamanya.
Harta
yang diperoleh dari hasil kecurangan tidak akan ada
berkahnya, hanya akan menyeret dirinya ke dalam neraka.
Penyebab
lain hancurnya suatu bangsa, sebagaimana Allah jelaskan dalam firman-Nya : Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka
Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (para pembesar negeri itu)
supaya menthaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, lalu Kami hancurkan
negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Israa’ :
16]
Jadi
tidak thaatnya pembesar-pembesar negeri dan orang-orang yang hidup mewah kepada
Allah menjadi penyebab besar hancurnya suatu negeri.
Karena kalau tidak thaat berarti makshiyat atau durhaka kepada
Allah. Kalau sudah demikian tidak akan mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, tetapi malah sebaliknya mengajak,
melindungi, mensponsori berbagai bentuk kemakshiyatan.
Padahal Nabi SAW memerintahkan :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيّرْهُ بِيَدِهِ.
Barangsiapa
melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan kekuasaanmu.
Karena kalau membiarkan kemungkaran/kemakshiyatan berlangsung
di negeri itu apalagi malah didukung (dibacking), Allah akan turunkan bencana/adzab secara merata di negeri tersebut.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِاْلمَعَاصِ ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ
عَلَى اَنْ يُغَيّرُوْا ثُمَّ لاَ يُغَيّرُوْا اِلاَّ يُوْشِكُ اَنْ يَعُمَّهُمُ
اللهُ بِعِقَابٍ. ابو داود 4: 122
Tidaklah
suatu kaum yang di tengah-tengah mereka dilakukan kemakshiyatan, sedang mereka
mampu mencegahnya, tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada
mereka.
[HR Abu Dawud juz 4, hal. 122]
Apabila
aparat penegak hukum menyalahgunakan kekuasaan yang diamanatkan kepadanya,
padahal mestinya mencegah semua bentuk kemakshiyatan, kemungkaran dan kejahatan,
malahan melindungi karena mendapat setoran yang cukup besar, melebihi dari gaji
yang diterimanya, maka dampaknya kemakshiyatan menyebar dan tumbuh subur di
mana-mana, karena tidak ada yag ditakuti lagi, aparat bisa tutup mata dengan
setoran yang diterimanya. Kalau sudah demikian, maka adzab Allah akan turun dengan merata akibat ulah manusia itu
sendiri.
Alhamdu
lillah, aparat kepolisian termasuk salah satu dari aparat penegak hukum, setelah
pergantian Kapolri dari Jendral Dai Bachtiar kepada Jendral Sutanto, mulai mengadakan
perubahan yang sangat menggembirakan. Yakni tidak lagi
bersekutu dengan langkah syaithan yang selalu berusaha dengan keras
menjerumuskan manusia dari jalan yang benar.
Penyakit
masyarakat yang sudah melekat dan membudaya dengan terang-terangan dilakukan di
masyarakat, perjudian, mabuk-mabukan, diberantas dengan sungguh-sungguh tidak
mau lagi menerima setoran dari uang syaithan yang akan
membawa mati hati nurani yang bersih. Yang demikian itu harus
disambut positif oleh semua jajaran kepolisian sampai akar yang paling
bawah. Untuk Jawa Tengah, dibawah pimpinan Irjen Pol Chairul Rasyid sudah
mengawali “perang melawan syaithan” sejak sebelum pergantian
Kapolri.
Kami berharap semoga “perang melawan
syaithan” oleh jajaran kepolisian ini dikobarkan terus, karena syaithan memang
musuh yang harus diperangi. Allah SWT berfirman
: Hai semua manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, karena
sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaithan itu
hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [QS. Al-Baqarah : 168-169]
Langkah aparat kepolisian yang sudah membenahi di jajarannya
hendaklah segera diikuti oleh aparat penegak hukum yang lain, agar kerusakan yang terjadi di negeri ini segera bisa
diatasi dengan pertolongan Allah. Kepada kaum muslimin kami
serukan untuk pro aktif membantu aparat kepolisian dalam memerangi syaithan,
tetapi dengan koordinasi yang baik, tidak melangkah sendiri-sendiri, agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Perlu kita perhatikan
bersama, sabda Rasulullah SAW :
وَ لاَ حَكَمَ اُمَرَاؤُهُمْ بِغَيْرِ مَا اَنْزَلَ اللهُ اِلاَّ
سَلَّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَاسْتَنْفَذُوْا بِبَعْضِ مَا فِى اَيْدِيْهِمْ،
وَ مَا عَطَلُوْا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ اِلاَّ جَعَلَ اللهُ
بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ. البيهقى و الحاكم
Tidaklah
para penguasa mengutamakan hukum selain yang diturunkan Allah (mengabaikan
syair’at Islam) kecuali mereka akan dihancurkan oleh
musuh hingga musuh akan menguasai yang berada dalam kekuasaannya. Dan tidaklah
sekelompok kaum mengabaikan syariat Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menimbulkan permusuhan diantara mereka.
[HR. Baihaqi dan Hakim]
Oleh karena itu kepada para penguasa dan seluruh bangsa
negeri ini jangan apriori terhadap syariat Islam, mari
kita pelajari dulu, kita pahami dengan sebenar-benarnya dengan hati yang bening,
tentu kita akan dapat mengerti ketinggian syariat Allah yang tak
terbandingkan.
اَْلاِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَ لاَ يُعْلَى عَلَيْهِ
Islam
adalah tinggi dan tidak ada yang melebihinya.
Jangan menolak sebelum kita memahami, yang akan mengakibatkan kita bangsa yang besar ini tak berdaya,
dikuasai oleh musuh-musuh kita, akhirnya menjadi bangsa yang terjajah.
Selanjutnya
perhatikan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 112 : Dan Allah telah
membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
penduduknya mengingkari ni’mat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
[QS. An-Nahl : 112]
Negeri
yang subur makmur, diibaratkan tongkat kayu pun tumbuh jadi tanaman karena
suburnya tanah, kolamnya pun kolam susu, lambang
kemakmuran, tetapi karena penduduk suatu negeri ingkar kepada Allah, mengabaikan
syariat Allah, maka dihimpit kelaparan dan ketakutan. Seperti itukah negeri kita
ini ?.
فَاِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. فَقَالَ: كَيْفَ
اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلىَ غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
“Apabila
hilang amanat, maka tunggulah qiyamat (kehancurannya)”. Seorang shahabat
bertanya, “Bagaimana hilangnya amanat ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamatnya (kehancurannya)”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 21]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan dengan seksama
ayat-ayat Allah dan hadits di atas, maka yang menyebabkan rusaknya suatu bangsa
antara lain :
1. Penduduk
negeri itu mendustakan ayat-ayat Allah.
2. Tidak adilnya para penegak
hukum.
3. Para
pembesar negeri (orang-orang yang hidup mewah) durhaka kepada
Allah.
4. Penduduk negeri tidak mencegah berlangsungnya
kemakshiyatan di negeri itu dan mengingkari ni’mat yang diberikan Allah kepada
mereka.
5. Para
penguasa mengabaikan syariat Islam.
6. Hilangnya amanat pada penduduk negeri
itu.
7. Kalau urusan negeri itu dipegang orang yang
bukan ahlinya.
Berkaca
dari itu semua untuk mensikapi kondisi bangsa negeri ini yang makin terpuruk,
pengangguran makin menumpuk, kemiskinan makin membengkak jumlahnya, apalagi
dengan kenaikan BBM, yang dampaknya harga-harga sembako makin melangit, sehingga
rakyat miskin makin menjerit kelaparan.
Melihat
kejadian itu, tentu kita semua merasa kasihan dan prihatin, mengapa negeri
yang bagaikan zamrud di Khathulistiwa ini mengalami jatuh terpuruk sampai ke
titik bawah. Untuk menghadapi itu kita semua harus mawas diri, jangan saling
melempar tuduhan, yang hanya akan menambah permusuhan,
akhirnya membawa lebih terpuruk lagi.
ظَهَرَ اْلفَسَادُ فِى اْلبَرّ وَ اْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى
النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ. الروم: 41
Telah
nyata kerusakan di muka bumi di daratan atau di lautan sebagai akibat perbuatan
manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari apa yang mereka kerjakan, agar dengan itu mereka kembali
kepada kebenaran.
[QS. Ar-Ruum : 41]
Dari
ayat tersebut menjelaskan bahwa kepedihan yang menimpa kita semua ini adalah
hasil dari usaha kita sendiri, semoga kita menyadari dan segera kembali ke jalan
yang benar, jangan mencari kambing hitam.
Para
pemegang amanat yang dipercaya mengurus negeri ini jangan terus-terusan durhaka
kepada Allah, hentikan mafia peradilan, hentikan jual-beli perkara, tegakkan
hukum dengan adil.
Berilah keteladanan kepada masyarakat untuk mengembalikan
kepercayaan mereka kepada para pemimpin mereka yang telah hilang. Jangan
karena kegalauan para pembesar negeri ini dalam menjalankan tugasnya kemudian
mencari kambing hitam seperti pernyataan pejabat pemerintah yang mengatakan
bahwa 50 % khathib yang berceramah menyebarkan kebencian, perlu diwaspadai,
bahkan ditangkap. (Rep. Kamis 20 Okt 2005, hal. 12), itu
adalah pernyataan ngawur dan gegabah.
Juga
pernyataan orang nomor 2 negeri ini yang mengatakan “Pesantren perlu
diawasi”.
(Rep. Rabu 19 Okt 2005).
Pernyataan-pernyataan
semacam itu sebagai pejabat pemerintah tidak pantas diucapkan, karena bisa
menimbulkan kebencian ummat Islam kepada pemegang pemerintahan negeri
ini.
Jangan terseret kepada perilaku iblis yang tidak senang dengan
kerukunan dan ketenteraman.
Mereka
bergentayangan kesana-kemari berusaha dengan berbagai cara untuk menimbulkan kekacauan dan permusuhan. Perhatikan
sabda Rasulullah SAW :
اِنَّ اِبْلِيْسَ قَدْ يَئِسَ اَنْ يَعْبُدَهُ الصَّالِحُوْنَ وَ لَكِنْ
يَسْعَى بَيْنَهُمْ فِى التَّخْرِيْشِ. البخارى
Sesungguhnya
iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang shalih, tetapi ia tetap berusaha mengadu domba (menimbulkan permusuhan)
diantara mereka.
[HR. Bukhari]
Alhamdu
lillah, pernyataan-pernyataan itu mendapat tanggapan dan reaksi keras dari
beberapa tokoh ummat Islam.
Diantaranya
:
Ketua Pengurus Pesar (PBNU) Sholahudin Wahid, beliau juga anggota Komnas HAM,
mengingatkan pemerintah, “Hendaknya tidak lagi membuka front dengan ummat Islam
dengan memata-matai pesantren, apalagi sekedar memenuhi pesanan asing. Kalau hal itu terjadi, qiyamatlah kita semua, pemerintah akan
kembali berseteru lagi dengan ummat Islam”.
“Tindakan
memata-matai pesantren akan mengorek luka lama yang
traumatis.
Beliau juga mengatakan bahwa mengaitkan Islam dengan
terorisme, merupakan sikap gegabah, sebab ajaran Islam termasuk yang diajarkan
di pesantren-pesantren, jelas tidak membenarkan tindakan terorisme. Jadi jangan curiga berlebihan, apalagi sekedar melayani kepentingan
pihak luar”. Rep. Rabu 19 Okt.
2005).
Demikian
juga dari ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan, “Dalam memberantas
terorisme akan lebih baik bila pemerintah mengajak pesantren dan tokoh-tokoh
ummat.
Bila pemerintah mengawasi pesantren akan menodai citra
pesantren yang sangat besar jasanya bagi kemerdekaan.
KH
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mantan Presiden
RI
mengatakan, “Tidak mengeri jalan pikiran yang hendak mengawasi
pesantren.
Tampaknya Yusuf Kalla ingin terus menerus menambah musuh, dia
menyerukan perlawanan lewat pengadilan”. (Rep. 20 Okt 2005, hal.
12).
Ketua
PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, “Agaknya pemerintah menutup telinga
terhadap pernyataan ummat Islam agar jangan mengaitkan teror dengan agama
manapun.
Anehnya tuduhan yang biasa datang dari pihak asing itu kini
dikemukakan pemerintah”. (Rep. Kamis 20 Okt. 2005, hal.
12).
Dan
masih banyak lagi para tokoh yang mengingatkan pemerintah dengan pernyataan
senada bahwa intel masuk pesantren tidak perlu
dilakukan. Andaikata benar-benar ditemukan mantan murid salah
satu pesantren terlibat dalam tindakan terorisme, tentu tidak tepat kalau
pesantrennya diawasi, dicurigai dan dilibatkan dalam tindakan
tersebut.
Kalau
didapati anggota polisi/TNI terlibat dalam pedagangan narkoba, pencurian kayu di
hutan, pencurian minyak dijual ke luar negeri, menjadi backing perjudian, yang
semua itu jelas-jelas tidak jauh berbeda dengan terorisme, apakah betul kalau
lembaganya terus dicurigai dan dilibatkan atas perbuatan itu ? Padahal
pelaku-pelaku tadi masih dinas
aktif.
Kalau
lulusan-lulusan pendidikan di Lemhannas ada yang menjadi pejabat, lalu mereka
menjadi koruptor yang menyengsarakan rakyat banyak, apakah terus lembaganya yang
diawasi dan dicurigai ? Jangan karena
kebenciannya kepada suatu kaum mendorong kamu berlakutidak adil.
(Al-Maaidah : 8).
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, menyikapi kondisi yang serba sulit ini,
semua pihak harus hati-hati, jangan terjebak dan terperangkap pada perilaku
iblis laknatullah yang akan menghancurkan kerukunan
kita.
Marilah
kita rajut kembali kesatuan dan persatuan yang sudah tercabik-cabik ini, kita
bangun bersama negeri ini dimulai dengan membangun akhlaq bangsa dengan diawali
dari diri kita masing-masing.
Allah tidak akan merubah keadaan ini kalau kita tidak mau merubah keadaan kita
sendiri :
… اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتىّ
يُغَيرّوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ. الرعد: 11
Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.
[QS. Ar-Ra’d : 11]
Masih
ada waktu, tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang
benar.
Perhatikan firman Allah dalam surat
Az-Zumar
ayat 53-55 : Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang
(mengerjakan sesuatu yang) melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu
dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu, kemudian kamu
tidak dapat ditolong lagi. Dan ikutilah sebaik-baik apa
yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhan mu sebelum datang adzab kepadamu
dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”. [QS.Az-Zumaar
: 53-55]
Dari
ayat tersebut Allah memerintah kita untuk mengikuti Al-Qur’an dengan
segera.
Memang harus menjadi keyaqinan bagi setiap muslim bahwa
ummat manusia ini tidak akan bisa menjadi baik tanpa bimbingan
Al-Qur’an.
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هذِهِ اْلاُمَّةِ اِلاَّ مَا اَصْلَحَ
اَوَّلَهَا. مالك
Tidak
akan dapat memperbaiki (keadaan) ummat akhir ini
melainkan apa yang pernah memperbaiki (keadaan) ummat pertamanya (dengan
Al-Qur’an).
(Imam Malik).
Semoga
dengan ibadah puasa bangsa kita dapat sampai tujuan, yakni menjadi bangsa yang
bertaqwa kepada Allah, akhirnya Allah akan berikan jalan keluar bangsa ini dari
berbagai kesulitan, dan menjadikan mudah semua urusan bangsa ini dan memberikan
rezqi yang berlimpah ruah, sebagaimana janji Allah kepada orang-orang yang
bertaqwa.
Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ
تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً، وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ
ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ
بَرَكَاتُهُ.
~oO[ A ]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar