2/04/2013

JANGAN TERPERANGKAP PERILAKU IBLIS YANG SELALU MENGADU DOMBA UNTUK MENGHANCURKAN KERUKUNAN BANGSA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ الدّيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadlirat Allah SWT atas limpahan ni’mat-Nya kepada kita semua, baik materiil maupun immateriil.
Pada pagi ini kita ummat Islam di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur atas terselesaikannya ibadah puasa Ramadlan yang sudah kita jalani selama satu bulan penuh, semoga puasa kita dapat sampai kepada tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Puasa Ramadlan selalu datang setiap tahun, tetapi tujuan berpuasa tidak pernah berubah sejak ditetapkan oleh Allah sampai sekarang, bahkan sampai hari qiyamat kelak.
Walaupun bulan Ramadlan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena naiknya harga BBM yang mengakibatkan melambungnya harga-harga sembako dan perekonomian semakin sulit, semoga tidak mempengaruhi ibadah puasa kita dalam mencapai tujuan, yakni menuju taqwallooh.

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau puasa bangsa yang mayoritas muslim di negeri ini bisa mencapai tujuan, maka janji Allah pasti sampai kepada kita, sebagaimana firman Allah : Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [QS. Al-A’raaf : 96]
Dengan terjadinya mushibah dan bencana yang bertubi-tubi silih berganti menimpa bangsa negeri ini, mulai dari krisis moneter, ekonomi, politik dan krisis hukum, hingga krisis multi dimensi telah memporak-porandakan bangsa ini, tampaknya ibadah puasa tahun-tahun yang lalu bangsa ini tidak bisa mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT, yakni bertaqwa kepada-Nya. Sumber pokok dari berbagai krisis tersebut adalah krisis akhlaq yang sebab utamanya karena mengabaikan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, yakni Al-Qur’an dan Sunnah (Islam), karena perbaikan akhlaq adalah tugas Rasulullah SAW. Beliau bersabda :
اِنَّمَا بُعِثْتُ ِلاُتَمّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ. احمد
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. [HR. Ahmad]
Betapa pentingnya akhlaq bagi kehidupan manusia, sehingga Allah mengutus seorang Rasul untuk memperbaiki akhlaqnya. Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ اْلفَحْشَ وَ التَّفَحُّشَ لَيْسَا مِنَ اْلاِسْلاَمِ فِى شَيْءٍ وَ اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. الترمذى
Sesungguhnya kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam, dan bahwasanya orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Tirmidzi]
Begitu pentingnya perbaikan akhlaq, karena sangat menentukan baik dan buruknya manusia atau suatu bangsa. Imam Asy-Syauki mengatakan :

وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ    فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا

            Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya,
                        bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa itu.
Krisis akhlaq telah melanda bangsa ini, di tataran bawah dimanifestasikan sebagai krisis kepercayaan, pada tataran atas dimanifestasikan sebagai krisis keteladanan.
Rakyat jelata pada tataran bawah kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka. Mereka men-cap para pemimpin sebagai penipu, koruptor, manipulator dan masih banyak lagi sebutan buruk yang lain.
Mereka menilai para pemimpin sudah tidak lagi memikirkan kepentingan rakyat banyak, mereka lebih sibuk memperkaya diri sendiri daripada berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya.
Di sisi lain para pejabat yang masih idealis dan jujur kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, karena melihat perilaku teman sesama pejabat lainnya sangat kotor. Mereka curang, korupsi, menggunakan kesempatan mumpung menjadi pejabat untuk memperkaya diri tanpa memperhatikan halal-haram dan mengkhianati sumpah janji yang mereka ucapkan ketika dilantik.
Yang sangat menyedihkan lagi, di jajaran para penegak hukum juga melakukan praktek kotor yang sangat memalukan. Dari aparat kepolisian, jaksa, pengacara, hakim, bahkan termasuk Mahkamah Agung.
Catatan akhir tahun 2002 LBH Jakarta, Hukum jadi barang dagangan. Menurut catatan tersebut, tentang penegakan hukum pada masa pemerintahan Megawati Sukarnoputri, “Hukum memang telah menjadi barang dagangan, baik dalam arti ekonomi dan politis”. Menurut Irianto Subiakto direktur LBH Jakarta : Polisi, hakim, jaksa dan pengacara telah bertindak sebagai pedagang perkara ketimbang menjaga kehormatan profesi.
Hukum telah diperdagangkan untuk kepentingan siapapun yang bisa beli. Praktek tercela itu menurut catatan LBH tersebut tidak hanya dilakukan oleh aparat jaksa, polisi dan hakim, tetapi juga para pengacara dan panitera. (Republika Kamis 19 Des 2002).
Praktek keji itu ternyata sampai sekarang masih berjalan terus, malah meningkat menjadi “Pasar terbuka” di MA. Praktek mafia peradilan di MA ibarat pasar terbuka, dimana ada penawar, perantara dan pembeli. Setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jum’at 30 September 2005 membongkar skandal suap di MA ternyata melibatkan pengacara dan lima orang pegawai MA. Terbongkarnya praktek mafia peradilan di MA sebenarnya sudah beberapa kali, tetapi anehnya belum ada satupun Hakim Agung yang dipecat dari MA, biasanya yang dikorbankan selalu para pegawai MA yang hanya berperan sebagai perantara. (Rep. Selasa 18 Oktober 2005).
Kalau dalam keadaan yang demikian itu dibiarkan, tidak disangsikan lagi bangsa ini akan mengalami kehancuran yang tak akan tertolong lagi.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW :

اِنَّمَا هَلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَ اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ اَقَامُوْا عَلَيْهِمُ اْلحَدَّ. وَ اَيْمُ اللهِ لَوْ اَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعَ مُحَمَّدٌ يَدَهَا. ابو داود 4: 132، البخارى 4: 173

Sesungguhnya yang merusak orang-orang sebelum kamu ialah tindakan mereka (para penegak hukum) apabila orang-orang terhormat/para pejabat mencuri (korupsi, kolusi dan sejenisnya), mereka dibiarkan (tidak ditegakkan hukum atas mereka). Tetapi apabila yang mencuri orang-orang yang lemah (rakyat kecil), maka dijatuhi hukuman (hukum ditegakkan) padanya. Demi Allah, kalau Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti Muhammad akan memotong tangannya. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 132, Bukhari juz 4, hal. 173]
Berkaca dari hadits tersebut, jelas bahwa tidak tegaknya keadilan, curangnya para penegak hukum adalah andil besar untuk menghancurkan suatu bangsa. Melihat kondisi yang demikian, maka pada acara Editorial Media Indonesia Metro TV (9 September 2005) dengan tajuk NEGERI MALING. Maling di negeri ini terjadi di semua sektor, dan maling-maling ini sudah merupakan jaringan dari atas sampai bawah hampir di semua lapisan. Demoralisasi para pejabatpublik sudah begitu besar. Maka negeri ini seakan surga bagi para maling. Bagaimana tidak ?
Karena hukum sudah diperdagangkan, maka tidak perlu takut maling, berlaku curang, asal bisa membeli pasal-pasalnya dalam undang-undang hukum di negeri ini.
Berkenaan dengan hal itu Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada para penegak hukum dengan sabdanya :
اَلْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ وَاحِدٌ فِى اْلجَنَّةِ وَ اِثْنَانِ فِى النَّارِ. فَاَمَّا الَّذِيْ فِى اْلجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ اْلحَقَّ فَقَضَى بِهِ، وَ رَجُلٌ عَرَفَ اْلحَقَّ فَجَارَ فِى اْلحُكْمِ فَهُوَ فِى النَّارِ، وَ رَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِى النَّارِ. ابو داود 3: 299
Penegak hukum (hakim) itu ada 3 macam, seorang di surga dan dua lainnya di neraka :
1.  Penegak hukum (hakim) yang mengetahui kebenaran dan dia membuat keputusan berdasarkan kebenaran (dengan adil), maka dia di surga.
2.  Penegak hukum (hakim) yang mengetahui kebenaran, tetapi dia membuat keputusan dengan curang (tidak adil), maka dia di neraka.
3.  Penegak hukum (hakim) yang membuat keputusan dengan bodoh (tidak adanya bukti yang jelas, sehingga tidak mengetahui yang sebenarnya, lalu membuat keputusan dengan ngawur), maka dia di neraka. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 299]
Oleh karena itu para penegak hukum hendaklah takut kepada Hakim yang Maha Adil, yakni Allah SWT.
Hidup ini hanya sementara, kesenangan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu tidak dapat dinikmati untuk selama-lamanya.
Harta yang diperoleh dari hasil kecurangan tidak akan ada berkahnya, hanya akan menyeret dirinya ke dalam neraka.
Penyebab lain hancurnya suatu bangsa, sebagaimana Allah jelaskan dalam firman-Nya : Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (para pembesar negeri itu) supaya menthaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, lalu Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Israa’ : 16]
Jadi tidak thaatnya pembesar-pembesar negeri dan orang-orang yang hidup mewah kepada Allah menjadi penyebab besar hancurnya suatu negeri. Karena kalau tidak thaat berarti makshiyat atau durhaka kepada Allah. Kalau sudah demikian tidak akan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, tetapi malah sebaliknya mengajak, melindungi, mensponsori berbagai bentuk kemakshiyatan.
Padahal Nabi SAW memerintahkan :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيّرْهُ بِيَدِهِ.
Barangsiapa melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan kekuasaanmu.
Karena kalau membiarkan kemungkaran/kemakshiyatan berlangsung di negeri itu apalagi malah didukung (dibacking), Allah akan turunkan bencana/adzab secara merata di negeri tersebut. Perhatikan sabda Rasulullah SAW :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ بِاْلمَعَاصِ ثُمَّ يَقْدِرُوْنَ عَلَى اَنْ يُغَيّرُوْا ثُمَّ لاَ يُغَيّرُوْا اِلاَّ يُوْشِكُ اَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ. ابو داود 4: 122
Tidaklah suatu kaum yang di tengah-tengah mereka dilakukan kemakshiyatan, sedang mereka mampu mencegahnya, tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada mereka. [HR Abu Dawud juz 4, hal. 122]
Apabila aparat penegak hukum menyalahgunakan kekuasaan yang diamanatkan kepadanya, padahal mestinya mencegah semua bentuk kemakshiyatan, kemungkaran dan kejahatan, malahan melindungi karena mendapat setoran yang cukup besar, melebihi dari gaji yang diterimanya, maka dampaknya kemakshiyatan menyebar dan tumbuh subur di mana-mana, karena tidak ada yag ditakuti lagi, aparat bisa tutup mata dengan setoran yang diterimanya. Kalau sudah demikian, maka adzab Allah akan turun dengan merata akibat ulah manusia itu sendiri.
Alhamdu lillah, aparat kepolisian termasuk salah satu dari aparat penegak hukum, setelah pergantian Kapolri dari Jendral Dai Bachtiar kepada  Jendral Sutanto, mulai mengadakan perubahan yang sangat menggembirakan. Yakni tidak lagi bersekutu dengan langkah syaithan yang selalu berusaha dengan keras menjerumuskan manusia dari jalan yang benar.
Penyakit masyarakat yang sudah melekat dan membudaya dengan terang-terangan dilakukan di masyarakat, perjudian, mabuk-mabukan, diberantas dengan sungguh-sungguh tidak mau lagi menerima setoran dari uang syaithan yang akan membawa mati hati nurani yang bersih. Yang demikian itu harus disambut positif oleh semua jajaran kepolisian sampai akar yang paling bawah. Untuk Jawa Tengah, dibawah pimpinan Irjen Pol Chairul Rasyid sudah mengawali “perang melawan syaithan” sejak sebelum pergantian Kapolri.
Kami berharap semoga “perang melawan syaithan” oleh jajaran kepolisian ini dikobarkan terus, karena syaithan memang musuh yang harus diperangi. Allah SWT berfirman : Hai semua manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [QS. Al-Baqarah : 168-169]
Langkah aparat kepolisian yang sudah membenahi di jajarannya hendaklah segera diikuti oleh aparat penegak hukum yang lain, agar kerusakan yang terjadi di negeri ini segera bisa diatasi dengan pertolongan Allah. Kepada kaum muslimin kami serukan untuk pro aktif membantu aparat kepolisian dalam memerangi syaithan, tetapi dengan koordinasi yang baik, tidak melangkah sendiri-sendiri, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Perlu kita perhatikan bersama, sabda Rasulullah SAW :
وَ لاَ حَكَمَ اُمَرَاؤُهُمْ بِغَيْرِ مَا اَنْزَلَ اللهُ اِلاَّ سَلَّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَاسْتَنْفَذُوْا بِبَعْضِ مَا فِى اَيْدِيْهِمْ، وَ مَا عَطَلُوْا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ اِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ. البيهقى و الحاكم
Tidaklah para penguasa mengutamakan hukum selain yang diturunkan Allah (mengabaikan syair’at Islam) kecuali mereka akan dihancurkan oleh musuh hingga musuh akan menguasai yang berada dalam kekuasaannya. Dan tidaklah sekelompok kaum mengabaikan syariat Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menimbulkan permusuhan diantara mereka. [HR. Baihaqi dan Hakim]
Oleh karena itu kepada para penguasa dan seluruh bangsa negeri ini jangan apriori terhadap syariat Islam, mari kita pelajari dulu, kita pahami dengan sebenar-benarnya dengan hati yang bening, tentu kita akan dapat mengerti ketinggian syariat Allah yang tak terbandingkan.

اَْلاِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَ لاَ يُعْلَى عَلَيْهِ

Islam adalah tinggi dan tidak ada yang melebihinya.
Jangan menolak sebelum kita memahami, yang akan mengakibatkan kita bangsa yang besar ini tak berdaya, dikuasai oleh musuh-musuh kita, akhirnya menjadi bangsa yang terjajah.
Selanjutnya perhatikan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 112 : Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari ni’mat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [QS. An-Nahl : 112]
Negeri yang subur makmur, diibaratkan tongkat kayu pun tumbuh jadi tanaman karena suburnya tanah, kolamnya pun kolam susu, lambang kemakmuran, tetapi karena penduduk suatu negeri ingkar kepada Allah, mengabaikan syariat Allah, maka dihimpit kelaparan dan ketakutan. Seperti itukah negeri kita ini ?.
فَاِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. فَقَالَ: كَيْفَ اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلىَ غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
“Apabila hilang amanat, maka tunggulah qiyamat (kehancurannya)”. Seorang shahabat bertanya, “Bagaimana hilangnya amanat ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamatnya (kehancurannya)”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 21]

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan dengan seksama ayat-ayat Allah dan hadits di atas, maka yang menyebabkan rusaknya suatu bangsa antara lain :
1.  Penduduk negeri itu mendustakan ayat-ayat Allah.
2.  Tidak adilnya para penegak hukum.
3.  Para pembesar negeri (orang-orang yang hidup mewah) durhaka kepada Allah.
4.  Penduduk negeri tidak mencegah berlangsungnya kemakshiyatan di negeri itu dan mengingkari ni’mat yang diberikan Allah kepada mereka.
5.  Para penguasa mengabaikan syariat Islam.
6.  Hilangnya amanat pada penduduk negeri itu.
7.  Kalau urusan negeri itu dipegang orang yang bukan ahlinya.
Berkaca dari itu semua untuk mensikapi kondisi bangsa negeri ini yang makin terpuruk, pengangguran makin menumpuk, kemiskinan makin membengkak jumlahnya, apalagi dengan kenaikan BBM, yang dampaknya harga-harga sembako makin melangit, sehingga rakyat miskin makin menjerit kelaparan.
Melihat kejadian itu, tentu kita semua merasa  kasihan dan prihatin, mengapa negeri yang bagaikan zamrud di Khathulistiwa ini mengalami jatuh terpuruk sampai ke titik bawah. Untuk menghadapi itu kita semua harus mawas diri, jangan saling melempar tuduhan, yang hanya akan menambah permusuhan, akhirnya membawa lebih terpuruk lagi.
ظَهَرَ اْلفَسَادُ فِى اْلبَرّ وَ اْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. الروم: 41
Telah nyata kerusakan di muka bumi di daratan atau di lautan sebagai akibat perbuatan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari apa yang mereka kerjakan, agar dengan itu mereka kembali kepada kebenaran. [QS. Ar-Ruum : 41]
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa kepedihan yang menimpa kita semua ini adalah hasil dari usaha kita sendiri, semoga kita menyadari dan segera kembali ke jalan yang benar, jangan mencari kambing hitam.
Para pemegang amanat yang dipercaya mengurus negeri ini jangan terus-terusan durhaka kepada Allah, hentikan mafia peradilan, hentikan jual-beli perkara, tegakkan hukum dengan adil. Berilah keteladanan kepada masyarakat untuk mengembalikan kepercayaan mereka kepada para pemimpin mereka yang telah hilang. Jangan karena kegalauan para pembesar negeri ini dalam menjalankan tugasnya kemudian mencari kambing hitam seperti pernyataan pejabat pemerintah yang mengatakan bahwa 50 % khathib yang berceramah menyebarkan kebencian, perlu diwaspadai, bahkan ditangkap. (Rep. Kamis 20 Okt 2005, hal. 12), itu adalah pernyataan ngawur dan gegabah.
Juga pernyataan orang nomor 2 negeri ini yang mengatakan “Pesantren perlu diawasi”. (Rep. Rabu 19 Okt 2005).
Pernyataan-pernyataan semacam itu sebagai pejabat pemerintah tidak pantas diucapkan, karena bisa menimbulkan kebencian ummat Islam kepada pemegang pemerintahan negeri ini. Jangan terseret kepada perilaku iblis yang tidak senang dengan kerukunan dan ketenteraman.
Mereka bergentayangan kesana-kemari berusaha dengan berbagai cara untuk menimbulkan kekacauan dan permusuhan. Perhatikan sabda Rasulullah SAW :
اِنَّ اِبْلِيْسَ قَدْ يَئِسَ اَنْ يَعْبُدَهُ الصَّالِحُوْنَ وَ لَكِنْ يَسْعَى بَيْنَهُمْ فِى التَّخْرِيْشِ. البخارى
Sesungguhnya iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang shalih, tetapi ia tetap berusaha mengadu domba (menimbulkan permusuhan) diantara mereka. [HR. Bukhari]
Alhamdu lillah, pernyataan-pernyataan itu mendapat tanggapan dan reaksi keras dari beberapa tokoh ummat Islam.
Diantaranya : Ketua Pengurus Pesar (PBNU) Sholahudin Wahid, beliau juga anggota Komnas HAM, mengingatkan pemerintah, “Hendaknya tidak lagi membuka front dengan ummat Islam dengan memata-matai pesantren, apalagi sekedar memenuhi pesanan asing. Kalau hal itu terjadi, qiyamatlah kita semua, pemerintah akan kembali berseteru lagi dengan ummat Islam”.
“Tindakan memata-matai pesantren akan mengorek luka lama yang traumatis. Beliau juga mengatakan bahwa mengaitkan Islam dengan terorisme, merupakan sikap gegabah, sebab ajaran Islam termasuk yang diajarkan di pesantren-pesantren, jelas tidak membenarkan tindakan terorisme. Jadi jangan curiga berlebihan, apalagi sekedar melayani kepentingan pihak luar”. Rep. Rabu 19 Okt. 2005).
Demikian juga dari ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan, “Dalam memberantas terorisme akan lebih baik bila pemerintah mengajak pesantren dan tokoh-tokoh ummat. Bila pemerintah mengawasi pesantren akan menodai citra pesantren yang sangat besar jasanya bagi kemerdekaan.
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mantan Presiden RI mengatakan, “Tidak mengeri jalan pikiran yang hendak mengawasi pesantren. Tampaknya Yusuf Kalla ingin terus menerus menambah musuh, dia menyerukan perlawanan lewat pengadilan”. (Rep. 20 Okt 2005, hal. 12).
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, “Agaknya pemerintah menutup telinga terhadap pernyataan ummat Islam agar jangan mengaitkan teror dengan agama manapun. Anehnya tuduhan yang biasa datang dari pihak asing itu kini dikemukakan pemerintah”. (Rep. Kamis 20 Okt. 2005, hal. 12).
Dan masih banyak lagi para tokoh yang mengingatkan pemerintah dengan pernyataan senada bahwa intel masuk pesantren tidak perlu dilakukan. Andaikata benar-benar ditemukan mantan murid salah satu pesantren terlibat dalam tindakan terorisme, tentu tidak tepat kalau pesantrennya diawasi, dicurigai dan dilibatkan dalam tindakan tersebut.
Kalau didapati anggota polisi/TNI terlibat dalam pedagangan narkoba, pencurian kayu di hutan, pencurian minyak dijual ke luar negeri, menjadi backing perjudian, yang semua itu jelas-jelas tidak jauh berbeda dengan terorisme, apakah betul kalau lembaganya terus dicurigai dan dilibatkan atas perbuatan itu ? Padahal pelaku-pelaku tadi masih dinas aktif.
Kalau lulusan-lulusan pendidikan di Lemhannas ada yang menjadi pejabat, lalu mereka menjadi koruptor yang menyengsarakan rakyat banyak, apakah terus lembaganya yang diawasi dan dicurigai ? Jangan karena kebenciannya kepada suatu kaum mendorong kamu berlakutidak adil. (Al-Maaidah : 8).

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, menyikapi kondisi yang serba sulit ini, semua pihak harus hati-hati, jangan terjebak dan terperangkap pada perilaku iblis laknatullah yang akan menghancurkan kerukunan kita.
Marilah kita rajut kembali kesatuan dan persatuan yang sudah tercabik-cabik ini, kita bangun bersama negeri ini dimulai dengan membangun akhlaq bangsa dengan diawali dari diri kita masing-masing. Allah tidak akan merubah keadaan ini kalau kita tidak mau merubah keadaan kita sendiri :
… اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتىّ يُغَيرّوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ. الرعد: 11
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [QS. Ar-Ra’d : 11]
Masih ada waktu, tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang benar. Perhatikan firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 53-55 : Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang (mengerjakan sesuatu yang) melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhan mu sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”. [QS.Az-Zumaar : 53-55]
Dari ayat tersebut Allah memerintah kita untuk mengikuti Al-Qur’an dengan segera. Memang harus menjadi keyaqinan bagi setiap muslim bahwa ummat manusia ini tidak akan bisa menjadi baik tanpa bimbingan Al-Qur’an.
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هذِهِ اْلاُمَّةِ اِلاَّ مَا اَصْلَحَ اَوَّلَهَا. مالك
Tidak akan dapat memperbaiki (keadaan) ummat akhir ini melainkan apa yang pernah memperbaiki (keadaan) ummat pertamanya (dengan Al-Qur’an). (Imam Malik).
Semoga dengan ibadah puasa bangsa kita dapat sampai tujuan, yakni menjadi bangsa yang bertaqwa kepada Allah, akhirnya Allah akan berikan jalan keluar bangsa ini dari berbagai kesulitan, dan menjadikan mudah semua urusan bangsa ini dan memberikan rezqi yang berlimpah ruah, sebagaimana janji Allah kepada orang-orang yang bertaqwa. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ.
~oO[ A ]Oo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...